Untaian Nasehat Syeikh Anis bin Ahmad Thahir

 Aug, 04 - 2015   no comments   FawaidNasehat UlamaSharing Bermanfaat

🌷Untaian Nasehat Syeikh Dr. Abu Anas Anis bin Ahmad Thahir Al-Indunisi Hafidhahullah ( Guru Besar Hadis Universitas Islam Madinah dan Pengajar di Masjid Al-Nabawi)🌷

👉Beliau Hafidhahullah memberikan nasehat dan wejangan di Masjid Ma’had Syeikh  Jamilurrahman As-Salafy Yogyakarta, di antara nasehat beliau adalah sebagai berikut:

1⃣Allah Ta’ala telah menciptakan kita di muka bumi ini dan memberikan rizki. Akan muncul pertanyaan: “Apa tujuan kita diciptakan Allah? Tidak lain tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah saja. Jika secara jelas tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dengannya maka apa arti ibadah itu?

Syeikhul Islam mengatakan Ibadah adalah:
اسم جامع لكل ما يحب الله ويرضى من الإقوال والأعمال الظاهرة والباطنة
Artinya: Suatu nama yang mencakup seluruh apa yang dicintai Allah dan diridhaiNya dari ucapan dan perbuatan yang tampak maupun batin.
2⃣Ketahuilah bahwa ibadah tidak akan diterima Allah kecuali jika terpenuhi dua syarat: Ikhlas dan ittiba’ (mencontoh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Ikhlas, yaitu menjadikan ibadah itu untuk Allah saja, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus… Al-Bayyinah: 5
Ittiba’ yaitu mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ali-Imran: 31.

3⃣Kalian adalah para penuntut ilmu, memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: barang siapa meniti jalan dalam menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya dengan sebab itu jalan menuju syurga. H.R Muslim
…وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ ».
Artinya: Sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” H.R Abu Dawud

4⃣Manhaj salaf adalah manhaj yang dibangun di atas pemahaman yang benar, mereka para salafiyun mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam beragama, dan berpegang teguh terhadap manhaj mereka, secara aqidah, ibadah, akhlak, muamalah. Jadi manhaj salaf bukan hanya mengikuti para salaf secara aqidah saja, tapi di seluruh sisi kehidupan secara komprehensif.

5⃣Agar para thulabul ilmi berhasil dalam belajarnya di bawah manhaj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, maka hendaknya memperhatikan dan mengimplementasikan 3 hal berikut ini:

1. Perhatian dan berpegang dengan dalil:
Agama Islam dibangun di atas dalil, maka seorang penuntut ilmu ketika mau berbicara atau melakukan sesuatu harus didasari dengan dalil, bukan hanya mengikuti perkataan orang, karena mengikuti perkataan seseorang akan menyebabkan ta’ashshub dan taqlid buta yang terlarang.

2. Perhatian dan memastikan shahihnya dalil, perhatian terhadap keshahihan dalil ini sangat diperlukan, terutama dalil yang berasal dari Hadis, karena ada riwayat yang shahih dan dha’if, maka penuntut ilmu dituntut untuk tasabbut dalam keshahihan dalil.

3. Benar dalam beristidlal (memahami dalil), yaitu Memahami dalil sesuai dengan yang diinginkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan sesuai dengan akal manusia, jika dalil dipahami dengan akal maka akan bermasalah, karena akal setiap manusia berbeda-beda pemahamannya. Sungguh mengherankan ada orang yang memahami Al-Quran dengan memakai kamus bahasa Arab saja, ini bisa membuat masalah, karena terkadang satu kata di dalam bahasa Arab itu memiliki sampai seratus makna, sehingga dengan mana yang mana kata itu dipahami? Maka seorang yang ingin memahami Al-Quran dengan benar harus melihat dan mempelajari perkataan para imam ahli tafsir, seperti: Imam Al-Baghawi, Imam Ibnu Jarir, dan para imam ahli tafsir lainnya.

Tiga hal di atas ditambah dengan faedah dari Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah:

4. Bertakwa, bertaqwa merupakan hal yang bisa menopang keberhasilan menuntut ilmu, dahulu Imam Asy-Syafi’i mengeluhkan jeleknya hafalnnya kepada gurunya Imam Waqi’:
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat .” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

5. Al-takrar atau Mengulang-ulang pelajaran, ini merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan belajar, tanpa pengulangan ilmu akan hilang dan terlupakan, beliau hafidhahullah menceritakan keadaan guru beliau Syeikh Muqbil rahimahullah, tatkala berjalan dari tempat beliau ke masjid Nabawi yang berjarak agak jauh, kebiasaan beliau adalah membawa catatan ilmu yaitu tentang hadis dan perawi hadis, beliau mengeluarkannya sambil berjalan terus mengulang-ulang, sehingga tidak didapati seseorang yang lebih hafal tentang rawi-rawi hadis selain beliau rahimahullah.

🌺 Faedah dari Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah: Penyakit ilmu adalah Al-Muthlak fi Maudhu al-Muqayyad; muthlak dalam tempat muqayyad, misalnya: masalah pengkafiran, seseorang yang melakukan suatu amalan bisa dihukumi dengan kafir jika terpenuhi syarat dan hilangnya penghalang, namun jika ada sebagian mengatakan seluruh manusia kafir, maka ini adalah memuthlakkan sesuatu pada tempat yang muqayyad.

Beliau juga menasehatkan agar para penuntut ilmu untuk senantiasa membiasakan dan melatih lisan untuk berbicara dengan bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran, bahasa Arab yang paling fasih yaitu bahasa Quraisy, bahasa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu a’lam

📅 Yogyakarta, 17 Syawwal 1436 H / 2 Agustus 2015 M

📝 Diterjemahkan secara bebas oleh Agus Santoso Abu Farhan Al-Klateni


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.