PENJELASAN SYAIKH SALIM ATH-THAWIL TENTANG VONIS BID’AH TERHADAP SYAIKH ALI AL-HALABI
Pertanyaan :
“Bagaimana bisa setelah Syaikh Rabî’ meminta kepada Sâlim ath-Thawîl untuk menvonis bid’ah ‘Alî al-Hasan Halabî, kemudian beliau meminta kepadanya untuk mempublikasikan bantahan terhadap al-Halabî, namun setelah Syaikh Sâlim kembali ke Kuwait dia malah mengatakan bahwa Syaikh Rabî tidak mengharuskan dia turut menvonis bid’ah ‘Alî Hasan al-Halabî?”
Jawaban :
Bisa jadi sang penanya tidak tahu apa makna “manhaj” sehingga ia mengira bahwa apabila saya tidak menyepakati Syaikh Rabî’ di dalam menghukumi bid’ah seseorang secara spesifik, otomatis saya menjadi orang yang menyelisihi manhaj beliau atau menjadi orang yang tidak diridhainya…!!
Saya berani menyatakan dengan pasti tanpa ada ragu sedikitpun bahwa Syaikh Rabî’ tidak pernah berpendapat seperti ini.
Sebagai contoh misalnya, apakah jika Syaikh Shâlih al-Fauzân tidak menvonis bid’ah seseorang secara spesifik yang mana orang tersebut divonis bid’ah oleh Syaikh Rabî, maka otomatis Syaikh al-Fauzân menjadi orang yang menyelisihi manhaj Syaikh Rabî’ atau menjadi orang yang tidak diridhainya?!
Jawabannya tentu saja tidak! Tidak bisa dengan serta merta seseorang menjadi orang yang tidak ridha dengan manhaj Syaikh Rabî’ hanya karena tidak mengikuti beliau di dalam menvonis bid’ah Fulan dan Fulan…
Saya katakan : tidak diragukan lagi bahwa beliau tidak berpendapat seperti ini, melainkan hanya segelintir PENUNTUT ILMU JUNIOR atau orang-orang yang di dalamnya dirinya ada sesuatu…
Memang benar, Syaikh Rabî’ memintaku untuk menvonis bid’ah ‘Alî Hasan al-Halabî namun saya diam, saya tidak sepakat atas vonis bid’ah beliau dan saya tidak menganggap (‘Alî al-Halabî) sebagai mubtadi’.
Saya berharap Syaikh Rabî’ tidak menuntut diriku atau selainku untuk menvonis bid’ah seseorang secara spesifik, apalagi ada sebagian orang yang acap kali melabeli seseorang yang tidak menvonis bid’ah orang yang divonis bid’ah oleh Syaikh Rabî’ dengan berbagai julukan, seperti mengatakan “kamu juga mubtadi’ seperti dia!”, “kamu berdosa”, “kamu orang yang hina”, “kamu orang yang tidak jelas”, “kamu mumayyi’ (orang yang lembek), atau “kamu layak disandarkan seperti dia” yang mana hal ini menyebabkan perpecahan yang besar di antara salafîyîn oleh sebab penvonisan bid’ah secara spesifik ini. Padahal yang lebih tepat di dalam memberikan vonis bid’ah hanyalah terbatas di kalangan para ulama semisal Syaikh Rabî’ saja.
Adapun tentang Syaikh Rabî’ memintaku untuk menyebarkan tulisan bantahan (tentang Syaikh ‘Alî al-Halabî) di situs sahab, maka sebenarnya hal ini tidak terjadi. Saya pada asalnya belum pernah memiliki tulisan yang membantah ‘Alî Hasan al-Halabî. Namun yang dipinta oleh Syaikh Rabî’ dariku untuk menyebarkan ke situs sahab adalah tulisan-tulisanku yang asalnya dipublikasikan di situs selain sahab.
Sumber : “al-Ijâbah ‘an As`ilah al-Qothoriyah” pertanyaan kedua (14/02/1435)
Situs Resmi Syaikh Sâlim ath-Thawîl : http://www.saltaweel.com/articles/315
Posted from WordPress for Android