AL-QIYADAH TIDAK HANYA SESAT!!!
AL-QIYADAH TIDAK HANYA SESAT!!!
Oleh :
Abu Salma bin Burhan Yusuf
‘Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, ketika merespon fatwa MUI tentang kesesatan al-Qiyadah al-Islamiyyah, menyatakan bahwa al-Qiyadah tidak sesat, namun salah. Manusia tidak berhak menyesat-nyesatkan, karena yang berhak untuk menvonis sesat hanyalah ‘Tuhan’. Al-Qiyadah hanyalah melakukan kesalahan, yang harus disikapi dengan persuasip. Demikian kurang lebih kelakar Gus Dur, seorang yang dikenal akan sikap kontroversinya yang lebih banyak menyerang Islam daripada membelanya. Hal serupa juga dikumandangkan oleh simpatisan Gus Dur dalam Wahid Institute, termasuk Komnas HAM, kaum Liberalis dan Atheis.
Kelakar di atas tidaklah mengherankan, karena ucapan tersebut keluar dari orang yang dikenal akan persahabatannya dengan kaum kafir dan aliran sesat, serta permusuhannya terhadap kaum muslimin. Lah Wong menurut Gus Dur sendiri bahwa agama Kristen dan Yahudi itu tidak kafir, karena menurutnya orang yang kafir itu adalah orang yang tidak mempercayai Tuhan (atheis) dan tidak beragama. Maka, tentu saja Gus Dur dengan ‘enak’-nya mengatakan bahwa al-Qiyadah itu tidak sesat, hanya salah saja… Aduhai, betapa samanya hari ini dengan hari kemarin!!!
Saya katakan : Bahkan al-Qiyadah itu tidak hanya sesat, namun sudah kafir murtad dari Islam. Ahmad Moshadeq al-Kadzdzab itu telah kafir murtad dari Islam, wajib diminta taubat dan kembali mengucapkan syahadat, apabila tidak, maka penguasa/pemerintah kaum muslimin harus membunuhnya [ingat, penguasa yang berhak membunuh, bukan setiap orang, harap difahami!]. Ulah Ahmad Moshadeq ini tidak lebih seperti ulah Musailamah al-Kadzdzab, Tulaihah, Habalah bin Ka’ab, dan nabi-nabi palsu lainnya, termasuk Mirza Ghulam Ahmad al-Qodhiyani.
Jika ada yang bertanya : atas dasar apa anda mengatakan al-Qiyadah telah kafir dan Ahmad Moshadeq juga telah kafir?
Maka saya jawab : atas dasar agama Islam. Islam adalah agama yang sempurna dan paling haq. Berpaling atau mencari agama selain agama Islam adalah kekufuran yang menyebabkan kekal di dalam neraka. Mengingkari hal-hal yang telah pokok dan aksiomatis di dalam syariat Islam dapat menyebabkan pelakunya murtad keluar dari Islam. Berikut ini alasannya mengapa al-Qiyadah dan Ahmad Moshadeq dikatakan telah murtad dan kafir :
-
Gerbang untuk masuk ke dalam Islam adalah mengucapkan syahadatain. Barangsiapa beribadah dan beramal shalih, namun tidak/belum mengucapkan syahadatain, maka ia dikatakan belum masuk Islam/masih kafir. Syahadatain itu telah jelas kalimatnya, yaitu Asyhadu an Laa Ilaaha illa Allohu wa asyhadu anna muhammad Rasulullah. Barangsiapa yang mengucapkan syahadat selain syahadat ini (atau yang semakna), maka ia belum dikatakan masuk Islam. Dan barangsiapa yang merubah syahadatnya setelah keislamannya dengan syahadat yang baru, seperti mengatakan Asyhadu an Laa Ilaaha illa Allohu wa asyhadu anna al-Masih al-Maw’ud Rasulullah, maka tidak syak (ragu) lagi, ia telah kafir, murtad dari Islam.
-
Islam ditegakkan atas dasar 5 perkara, yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Barangsiapa mengingkari kewajiban sholat, zakat, puasa dan haji maka ia telah murtad keluar dari Islam. Barangsiapa yang mengimani bahwa jumlah waktu sholat di zaman ini tidak 5 waktu, atau zakat, puasa dan haji belum wajib, maka ia telah murtad dari Islam. Bahkan, siapa saja yang menegakkan sholat 5 waktu namun tidak mengimani akan kewajibannya, ia tetap dikatakan kafir murtad dari Islam. Karena ia telah mengingkari keimanan terhadap hukum Alloh yang telah pasti, qoth’i dan aksiomatis.
-
Barangsiapa mendakwakan atau mengklaim bahwa nubuwwah (kenabian) atau risalah (kerasulan) dapat dicari dan diupayakan dengan amal perbuatan, maka ia telah menyimpang sesat zindiq. Barangsiapa mendakwakan bahwa dirinya telah mendapatkan wahyu dari Ruhul Qudus atau memperoleh kenabian atau bahkan kerasulan, setelah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam, maka ia telah murtad keluar dari Islam, dan penguasa kaum muslimin wajib membunuhnya.
-
Mengingkari hadits-hadits dan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah kekafiran. Ahmad Moshadeq mengklaim bahwa setelah ia diutus menjadi Rasul, maka semua hadits Nabi dan tafsir al-Qur’an setelah dirinya di’utus’ batal tidak berlaku. Yang berlaku hanyalah ucapan dan ‘sabda’ (baca: igauan) dirinya. Padahal di dalam Islam, barangsiapa mengingkari satu hadits dari Nabi dengan alasan hadits bukanlah hujjah, maka ia telah sesat menyesatkan, kafir keluar dari Islam.
Dengan ketiga hal ini saja –padahal bisa jadi masih banyak hal-hal lainnya yang dapat mengkafirkan- maka sudah cukup untuk menyatakan bahwa al-Qiyadah al-Islamiyyah, bukan hanya sesat, namun sudah kafir murtad dari Islam!! Bahkan penguasa kaum muslimin wajib memintanya taubat, dan apabila menolak maka harus dibunuh, sebagaimana Musailamah, al-Aswad, dan nabi-nabi palsu lainnya dibunuh.
Syubhat 1 : Apabila ada yang berkata : Apa dalil anda bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah Nabi terakhir?
Jawab :
Dalil yang menunjukkan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah Rasul dan Nabi terakhir cukup banyak, diantaranya adalah :
Firman Alloh Ta’ala dalam surat al-Ahzaab ayat 40 :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”
Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam :
إن مثلي ومثل الأنبياء من قبلي كمثل رجل بنى بيتا فأحسنه وأجمله، إلا موضع لبنة من زاوية، فجعل الناس يطوفون به ويعجبون له ويقولون: هلا وضعت هذه اللبنة؟ قال: فأنا اللبنة، وأنا خاتم النبيين
“Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan para Nabi sebelumku adalah seperti seorang yang membangun rumah yang ia perbagus dan perindah, melainkan ada satu batu bata (tertinggal) di salah satu sudut. Manusia pun melewati rumah itu dan terheran-heran, kemudian berkata: “kenapa batu bata ini tidak kau letakkan (sebagai penyempurna)?” Rasulullah menjawab : Karena akulah batu bata tersebut dan akulah penyempurna (penutup) para nabi.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam :
وأخرج ابن مردويه عن ثوبان رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « إنه سيكون في أمتي كذابون ثلاثون كلهم يزعم أنه نبي ، وأنا خاتم النبيين لا نبي بعدي » .
”Sesungguhnya akan datang di tengah ummatku tiga puluh pendusta, semuanya mengaku-ngaku sebagai Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi yang tidak ada lagi Nabi setelahku.“ (HR Ibnu Mardawaih dari Tsauban Radhiyallahu ’anhu)
Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam :
وأخرج أحمد عن حذيفة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال « في أمتي كذابون ودجالون سبعة وعشرون ، منهم أربع نسوة وإني خاتم النبيين لا نبي بعدي »
“Ummatku memiliki dua puluh tujuh para pendusta (kadzdzab) dan dajjal (pembohong besar), empat diantaranya adalah kaum wanita, padahal aku adalah penutup para Nabi yang tiada nabi lagi setelahku.“ (HR Ahmad dari Hudzaifah Radhiyallahu ’anhu)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang bertebaran.
Bahkan, Sahabat yang mulia, turjumanul Qur`an, Ibnu ’Abbas Radhiyallahu ’anhu pernah berkata :
قال أهل الإسلام : لا دين إلا الإسلام ، كتابنا نسخ كل كتاب ، ونبينا خاتم النبيين ، وديننا خير الأديان . فقال الله تعالى { ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله } .
“Ahlul Islam berpendapat bahwa tidak ada agama kecuali Islam, kitab suci kita adalah penghapus semua kitab suci lainnya, Nabi kita adalah penutup para nabi dan agama kita adalah agama yang paling baik. Alloh Ta’ala berfirman : “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah.“ (Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim, lihat ad-Durul Mantsur fit Ta’wil bil Ma’tsur karya Imam Jalaludin as-Suyuthi, II/263).
Di dalam Surat an-Nisa` ayat 123, dikisahkan asbabanun Nuzul-nya sebagai berikut :
عن قتادة قال: ذُكر لنا أن المسلمين وأهل الكتاب افتخروا، فقال أهل الكتاب: نبيّنا قبل نبيكم، وكتابنا قبل كتابكم، ونحن أولى بالله منكم! وقال المسلمون: نحن أولى بالله منكم، نبيُّنا خاتم النبيين، وكتابنا يقضي على الكتب التي كانت قبله! فأنزل الله:”ليس بأمانيكم ولا أماني أهل الكتاب من يعمل سوءًا يُجْزَ بِه“، إلى قوله:”ومن أحسنُ دينًا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن واتَّبع ملَّة إبراهيم حنيفًا“، فأفلج الله حُجَّة المسلمين على من ناوأهم من أهل الأديان.
“Dari Qotadah beliau berkata : Disebutkan kepada kami bahwa kaum muslimin dan ahli kitab sedang berselisih. Ahli kitab berkata : Nabi kami lebih dahulu dari nabi kalian, kitab suci kami lebih dahulu dari kitab suci kalian, oleh karena itulah kami lebih utama menurut Alloh ketimbang kalian! Kaum muslimin pun menjawab : Kamilah yang lebih utama bagi Alloh daripada kalian, nabi kami adalah penutup para nabi, kitab suci kami menghapuskan kitab-kitab suci sebelumnya! Alloh menurunkan firman-Nya : “ (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan…” sampai firman Alloh “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus”, maka Allohpun memenangkan hujjah kaum muslimin atas permusuhan yang dilakukan oleh agama-agama lainnya.” (Lihat Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur`an, karya Imam Muhammad bin Jarir Abu Ja’far ath-Thobari, tahqiq : Al-‘Allamah Ahmad Muhammad Syakir; Mu’assasah ar-Risalah : cet. I, 1420; juz IX hal. 229)
Saya berkata, apabila ada Nabi lain selain Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam, lantas apa hikmah dimenangkannya hujjah kaum muslimin di atas atas agama-agama lainnya?! Barangsiapa yang menganggap ada Nabi selain nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam, maka ia telah menodai agama Islam, merendahkan kesempurnaan agama ini, melecehkan kedudukan Rasulullah Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam dan melakukan kedustaan terhadap Alloh, Rasul-Nya, Kitab-Nya dan seluruh umat Islam bahkan umat manusia!!!
Selain itu, ijma’ ummat Islam yang merupakan hujjah tidak terbantahkan juga menyatakan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah Nabi terakhir. Barangsiapa menyelisihi ijma’ ummat Islam ini, maka ia bukan termasuk golongan ummat Islam!!
Syubhat 2 : Apabila ada yang mengatakan : Bukankah kata “خاتم النبيين” itu bisa bermakna khotam atau stempel, bukan bermakna ‘aakhir atau penutup para Nabi? Sehingga bisa jadi benar dakwaan akan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam?
Jawab :
Kata “الخاتم” sendiri memiliki beberapa makna, diantaranya adalah :
Pertama, bermakna ismun Aalat (kata benda yang menunjukkan alat/perangkat) yang digunakan untuk menstempel atau membubuhi cap. Bisa juga bermakna cincin. Ahmadiyah dan para nabi-nabi palsu sering berdalil dengan makna ini. Mereka memahami firman Alloh “خَاتِمَ النَّبِيِّينَ” bermakna, Muhammad adalah stempel/cincin para nabi, maksudnya perhiasan para Nabi. Dikatakan demikian karena kemuliaan beliau. Namun, beliau bukanlah Nabi terakhir. Pendapat ini adalah pendapat yang aneh, tidak kuat dan lemah. Juga bisa bermakna penutup atau segel dan pendapat inilah yang benar, khotamuhum artinya yaitu penutup para nabi. [Lihat Tafsir al-Bahrul Muhith, karya Abu Hayyan IX/158].
Kedua, bermakna fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) menurut timbangan faa’ala (فاعل) dimana Nabiyyin manshub (difathahkan) dikarenakan dalam posisi maf’ul bihi. Maknanya adalah Aakhiruhum (yang terakhir dari para nabi). [Lihat Ruhul Ma’ani, 16/142].
Ketiga, bermakna ismun fa’il (kata yang menunjukkan pelaku atau subyek) yang artinya adalah akhir (Aakhiru an-Nabiyyin).
Tidak dipungkiri bahwa kata “خاتم النبيين” para ulama sendiri memiliki qiro’ah (bacaan) yang berbeda. Ada yang membacanya “خَاتِمَ النَّبِيِّينَ” dengan mengkasrah huruf taa’ dan ada yang membaca خَاتَمَ النَّبِيِّينَ” dengan menfathah huruf taa’.
Qiro’ah (Bacaan) yang pertama “خَاتِمَ النَّبِيِّينَ” dengan huruf taa’ yang dikasrahkan maknanya adalah “آخر النبيين” yaitu yang terakhir dari para Nabi. Adapun yang membaca “خَاتَمَ النَّبِيِّينَ” dengan menfathah taa’, bermakna “إضافة الفعل إليه . يعني : أنه ختمهم وهو خاتم” mengidhafahkan fi’il (predikat) kepada beliau, maksudnya beliau adalah menutup mereka dan beliau adalah penutup/segel (para nabi). [Lihat Bahrul ‘Ulum karya as-Samarqondi, III/412]
Al-Imam Ibnul Jauzi berpendapat sebaliknya, beliau berkata :
ومن قرأ : { خاتِمَ } بكسر التاء ، فمعناه : وختم النبيِّين؛ ومن فتحها ، فالمعنى : آخِر النبيِّين .
“Barangsiapa membacanya khotim dengan kasrah taa’ maknanya adalah penutup para nabi. Dan barangsiapa yang membacanya dengan fathah (khotam) maka maknanya adalah yang terakhir dari para nabi.” [Lihat Zaadul Masiir, karya Imam Ibnul Jauzi, V/139)
Intinya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah penutup para nabi atau nabi yang terakhir, dan nubuwwah telah terhenti dengan diutusnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Barangsiapa mendakwakan bahwa kenabian bisa dicapai dengan usaha atau diperoleh lagi setelah diutusnya Rasulullah, maka ia telah kafir zindiq, sebagaimana ucapan Imam Abu Hayyan :
ومن ذهب إلى أن النبوة مكتسبة لا تنقطع ، أو إلى أن الولي أفضل من النبي ، فهو زنديق يجب قتله .
“Barangsiapa yang berpendapat bahwa nubuwwah (kenabian) dapat diperoleh dan tidak putus (setelah Rasulullah), atau berpendapat bahwa wali lebih utama daripada nabi (sebagaimana pendapatnya Khomeini dan Syiah esktrem, pent.), maka ia orang yang zindiq (munafik) wajib dibunuh.” (Tafsir al-Bahrul Muhith, XI/158).
Syubhat 3 : Apabila ada yang berkata : Nabi Isa ‘alaihi as-Salam akan muncul menjelang hari kiamat, bukankah ini artinya ada Nabi lagi setelah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam?
Jawab :
Tidak benar. Karena Nabi Isa ‘alaihi ash-Sholatu was Salam mendapatkan nubuwwah-nya sebelum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Beliau hidup sebelum zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Ketika kaum kafir akan menyalib beliau, maka beliau diselamatkan oleh Alloh dengan cara diangkat ke atas langit, dan dijanjikan turun menjelang hari kiamat kelak, sebagaimana diterangkan oleh hadits-hadits shahih –Pembahasan mendetail masalah ini bukan sekarang-. Ketika turun menjelang hari kiamat, Nabi Isa ‘alaihis Salam berhukum dengan hukum Rasulullah, beliau sholat ke arah kiblat kaum muslimin (ka’bah), dan beliau tidak membawa suatu perubahan hukum baru sedikitpun.
Imam Abu Su’ud Muhammad bin Muhammad Musthofa berkata di dalam tafsirnya Irsyadul Aqlis Salim ila Mazaya al-Kitabil Karim (V/340) :
معنى كونِه خاتمَ النبيِّينَ أنَّه لا يُنبَّأُ بعدَهُ أحدٌ وعيسى ممَّن نُبِّىء قبلَه وحينَ ينزلُ إنَّما ينزلُ عاملاً على شريعةِ محمَّدٍ صلى الله عليه وسلم مُصلِّياً إلى قبلتِه كأنَّه بعضُ أمَّتهِ
“Makna bahwa diri beliau (Rasulullah) adalah khotam an-Nabiyyin adalah, bahwasanya tidak ada seorangpun setelah beliau yang mendapatkan berita kenabian sedangkan Isa termasuk orang yang mendapatkan kenabian sebelum beliau. Adapun ketika turunnya Isa, maka sesungguhnya beliau turun mengamalkan syariat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam, menegakkan sholat menghadap kiblat Muhammad seakan-akan beliau adalah termasuk ummat Muhammad.”
Adapun Ahmad Moshadeq al-Kadzdzab, Lia Eden ad-Dajjal, Mirza Ghulam Ahmad al-Kadzdzab, dan nabi-nabi palsu lainnya, mereka mengklaim bahwa mereka mendapatkan ‘wahyu’ (baca : wangsit dari setan) dan ‘nubuwwah’ setelah nubuwwah Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Bahkan, Ahmad Moshadeq mengklaim bahwa dirinya bukan sekedar nabi, namun adalah Rasul. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Sesungguhnya Nabi itu lebih umum daripada Rasul. Apabila dikatakan tidak ada nabi setelah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam, maka otomatis juga tidak bakal ada lagi Rasul setelah beliau.
Imam Syihabuddin Mahmud al-Alusi berkata :
ولكن نبياً ختم النبيين والمراد بالنبي ما هو أعم من الرسول فيلزم من كونه صلى الله عليه وسلم خاتم النبيين كونه خاتم المرسلين والمراد بكونه عليه الصلاة والسلام خاتمهم انقطاع حدوث وصف النبوة في أحد من الثقلين بعد تحليه عليه الصلاة والسلام
“Akan tetapi beliau adalah nabi penutup para nabi. Yang dimaksud dengan nabi lebih umum daripada Rasul. Maka tentu saja diri beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang merupakan khotam an-Nabiyyin otomatis juga khotamul mursalin (penutup para rasul). Adapun yang dimaksud dengan beliau sebagai khotamuhum (penutup mereka para nabi) adalah terputusnya/terhentinya berlangsungnya sifat kenabian terhadap siapa saja baik jin dan manusia setelah Nabi ‘alaihi ash-Sholatu was Salam.” [Lihat : Ruhul Ma’ani, XVI/142].
Syubhat 4 : Ahmad Moshadeq mengklaim bahwa mukjizatnya adalah al-Qur`an. Dia mengatakan, bahwa semenjak diutusnya dirinya, maka semua tafsir al-Qur`an dan hadits dihapus hukumnya dan tidak berlaku lagi. Yang berlaku hanyalah ucapannya dan penafsirannya terhadap al-Qur`an!
Jawab :
Para nabi palsu yang muncul setelah zaman Rasulullah, mereka semua mengklaim memiliki kitab suci tersendiri setelah al-Qur`an, atau yang menyempurnakan al-Qur`an. Seperti Musailamah al-Kadzdzab, yang memiliki kitab berjudul “al-Hayawan” yang ia mengklaim isinya setara dengan keindahan dan sastera al-Qur`an. Bahkan ada satu surat yang berjudul al-Dhofda’ (katak). Di dalamnya berbunyi :
يَا ضَفْدَع بِنْتَ ضَفْدَعَيْنَ نَقَى مَاتَنْقَيْنَ أَعْلاَكَ فِيْ المَاءِ وَأَسْفَلُكَ فِيْ الطِّيْنِ
“Wahai kodok anak dua kodok, berkuaklah sesukamu. Atasmu di air dan bawahmu di tanah.”
Sungguh lucu sekali gubahan kitab Musailamah al-Kadzdzab ini!!!
Mirza Ghulam Ahmad sendiri, memiliki pengakuan akan kenabian bertahap, yaitu :
-
Pertama kali, Mirza Ghulam Ahmad mengaku mendapatkan wahyu dalam bentuk ilham.
-
Kedua, ia mengaku sebagai mujaddid al-Ashr (pembaharu di zamannya). Ia juga mengaku bahwa dirinya mirip dengan Isa di dalam ketawadhu’an dan kemiskinan.
-
Ketiga, ia mengaku sebagai al-Masih al-Maw’ud (al-Masih yang dijanjikan) yang turun di akhir zaman, namun ia juga mengaku sebagai nabi dengan nubuwwah juz`iyyah (parsial).
-
Pada tahun 1901 ia mendakwakan dirinya sebagai nabi dan rasul secara sempurna.
-
Terakhir pada tahun 1904, disandarkan dakwaan baru padanya. Bahwa dirinya adalah ‘Krishna’ salah satu sesembahan ummat Hindhu, yang mereka meyakininya sebagaimana kaum muslimin meyakini Alloh Azza wa Jalla.
Mirza mengaku memiliki kitab suci tersendiri yang menyerupai al-Qur`an, jumlahnya hampir 20 juz yang disebut dengan “al-Kitab al-Mubin” atau “at-Tadzkirah”. Isi kitab ini penuh dengan tahrif (perubahan) dan penyelewengan makna. [Lihat : al-Mujiz fil Adyan wal Madzahib al-Mu’ashirah, karya Syaikh Nashir al-Qifari dan Syaikh Nashir al-‘Aql; Riyadh: Dar ash-Shomi’i lin Nasyr wat Tauzi’, cet. I, 1413/1992, hal. 147-148)
Adapun kini, Ahmad Moshadeq sang pembual yang mantan pelatih bulu tangkis ini, mengaku sebagai nabi dan mengklaim mukjizat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam yaitu al-Qur`an sebagai mukjizatnya. Ia mengklaim bahwa bentuk mukjizatnya adalah ia mengangkat dirinya sebagai mufassir absolut al-Qur`an. Penafsiran-penafsiran al-Qur’an selain dirinyanya dikatakan batal dan tidak berlaku lagi, termasuk penafsiran para sahabat Rasul dan ulama ahli tafsir sebelumnya.
Aduhai, padahal tampak sekali bahwa si Dajjal Moshadeq ini jahil terhadap ilmu al-Qur`an, bagaimana bisa ia mengklaim bahwa hak tafsir berada di tangannya! Mengaku-ngaku rasul lagi?! La haula wa la quwwata illa billah!! Ia dengan sesumbar mengatakan bahwa ajarannya adalah haq ketika diwawancarai oleh wartawan Trans TV dalam suatu wawancara khusus. Di sana, ia menampakkan kebodohan dan kepongahannya. Ketika ditanya oleh pembawa acara tentang mukjizatnya, sebagaimana nabi-nabi lain memiliki mukjizat, ia mengatakan dengan sesumbarnya bahwa mukjizatnya adalah al-Qur`an. Bahkan ia menakwil mukjizat para Nabi seperti Nabi Isa yang bisa menghidupkan orang mati maksudnya menghidupkan hatinya. Menyembuhkan orang buta maksudnya menyembuhkan hatinya yang buta. Dan semisalnya. Apabila metodenya seperti ini, apa bedanya ia dengan aliran-aliran sesat lainnya semisal shufiyah bathiniyah, syiah dan kaum liberalis?!!
Secara logika sederhana, apabila ia mengklaim mukjizatnya adalah al-Qur`an dengan bentuk penafsiran menurut sekehendak hatinya, maka niscaya kaum liberalis juga bisa mengaku-ngaku sebagai Nabi. Ulil Abshar (baca : Ulil A’ma) misalnya, ia sering mengatakan untuk merekonstruksi kembali al-Qur`an (baca : dekonstruksi) agar lebih liberal sehingga ’applicable’ menurut hawa nafsunya. Apabila setiap orang mengaku nabi dengan klaim al-Qur`an sebagai mukjizatnya, lantas nabi yang mana yang benar? Apakah Moshadeq mau membenarkan semuanya? Lantas apa kekhususannya dan kelebihannya? Tentu saja semuanya salah, sesat dan menyimpang!!!
Syubhat 5 : Mungkin ada yang berkata : Anda ketika mengatakan al-Qiyadah itu kafir murtad, atas dasar apa? Dan apakah semua orang yang tergabung dalam al-Qiyadah bisa dikafirkan secara mu’ayan (spesifik)?
Jawab :
Islam itu adalah agama yang haq yang tidak ada lagi agama setelahnya yang benar. Agama ini telah Alloh sempurnakan dan satu-satunya agama yang Alloh ridhai, sebagaimana dalam firman Alloh :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
”Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian serta Aku ridhai Islam ini agama bagi kalian.” (QS al-Maidah : 3)
Barangsiapa yang meyakini agama ini kurang atau tidak sempurna maka ia kafir. Orang kafir adalah orang yang Alloh dan Rasul-Nya kafirkan. Siapa saja yang Alloh dan Rasul-Nya kafirkan, maka wajib bagi kita mengkafirkannya.
Misalnya, Alloh Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)” (QS an-Nisa` : 150)
Ayat di atas mengisahkan kaum ahli kitab, yang menyatakan mengimani Alloh dan sebagian Rasul-Nya namun mengkufuri sebagian Rasul lainnya. Saya harap Ahmad Moshadeq tidak berdalil dengan ayat ini untuk mengkafirkan ummat Islam yang tidak mau meyakini kedustaannya.
Contoh lainnya, Firman Alloh :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisa` : 116)
Ayat di atas menunjukkan, bahwa barangsiapa yang melakukan kesyirikan, maka dosanya tidak akan diampuni. Ia telah tersesat dan kafir dari agama Alloh.
Contoh lainnya lagi adalah :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS al-Maidah : 72)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang Nasrani yang mempertuhankan Isa dan mempersamakannya dengan Alloh, maka telah kafir dan baginya adzab jahannam, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Ayat-ayat semisal ini sesungguhnya banyak. Tidak mengkafirkan orang yang Alloh dan Rasul-Nya kafirkan juga merupakan salah satu bentuk kekufuran. Karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk keraguan dan pengingkaran akan syariat dan hukum Alloh itu sendiri.
Diantara bentuk kekafiran lainnya adalah, mengingkari suatu bagian dari agama yang bersifat pasti/aksiomatis, misalnya seperti mengingkari kewajiban sholat dan rukun Islam lainnya, menolak adanya hari berbangkit, meyakini adanya Nabi lain setelah Rasulullah, mengingkari hadits-hadits nabi yang shahih, dan lain sebagainya. Siapa saja yang melakukan salah satu dari hal-hal yang dapat mengkafirkan, maka ia telah kafir, dengan syarat apabila ia telah mengetahui (ditegakkan hujjah padanya) namun ia tetap membangkang, tidak dalam keadaan terpaksa atau tidak kehilangan kesadaran.
Oleh karena itulah, tidak ragu lagi saya katakan, bahwa al-Qiyadah al-Islamiyyah itu tidak hanya sesat, namun sudah kafir murtad dari Islam. Mereka menolak nasehat yang disampaikan oleh MUI dan ummat Islam, bahkan mereka membangkang dan membantah dengan kesombongan. Untuk itu mereka wajib didakwahi dan disuruh bertaubat kembali kepada Islam.
Adapun para pengikut al-Qiyadah yang masih awam atau jahil, yang tidak mengetahui hakikat kekufuran al-Qiyadah, maka mereka tidak dikafirkan. Mereka wajib didakwahi dan ditegakkan hujjah atas mereka. Apabila mereka tetap bersikeras dan membangkang serta menentang, tetap meyakini bahwa ajaran al-Qiyadah itu benar, maka dikhawatirkan mereka turut menjadi kafir…
SERUAN DAN NASEHAT
Kepada Ahmad Moshadeq :
Wahai Bapak Moshadeq, apabila anda membaca risalah ini, maka segeralah bertaubat dan kembalilah kepada aqidah Islam yang lurus. Apabila anda mau bertaubat, niscaya Alloh akan mengampuni anda dan dosa-dosa anda.
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu .” (al-Anfal : 38)
Wahai Pak Ahmad Moshadeq, apabila anda tidak mau bertaubat, maka anda lebih tepat disebut sebagai Dajjal bukannya Rasul!! Ketahuilah, anda telah menyesatkan ummat Islam dan meresahkan mereka. Anda telah melakukan kejahatan terbesar yang berkaitan dengan keyakinan atau aqidah ummat Islam. Jika anda tidak mau bertaubat, maka anda telah membuat kedustaan terhadap Alloh dan tunggulah adzab dari Alloh atas kedustaan dan kekufuran anda!!!
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?” (Az-Zumar : 32)
Ingatlah pak Moshadeq, bahwa orang kafir itu dilaknat oleh Alloh dan bagi mereka adzab yang pedih…
إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا
“Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka)” (al-Ahzab : 64)
Maka sekali lagi, bertaubatlah wahai pak Moshadeq…
Kepada Pengikut al-Qiyadah al-Kufriyah :
Wahai para pengikut al-Qiyadah, ketahuilah sesungguhnya kalian sedang disesatkan dan dikibuli oleh Rasul palsu dan Dajjal Kadzdzab yang pembual. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan kesesatan, yang akan menjerumuskan kalian ke dalam siksa Allah. Ikutilah jalannya orang-orang beriman dan janganlah kalian menentang kebenaran, ingatlah firman Tuhan kalian :
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS an-Nisa` : 115)
Wahai para pengikut al-Qiyadah, apabila telah sampai hujjah kepada kalian, namun kalian tetap kufur setelah keimanan kalian, maka ingatlah ancaman Alloh ini terhadap kalian :
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (an-Nisa` : 137)
Apabila kalian masih mengimani dan membenarkan keyakinan al-Qiyadah, maka kalian bukanlah saudara kami. Kalian tidak berhak mendapatkan salam dari kami, do’a dari kami, kalian tidak akan kami sholati setelah kematian kalian, karena sesungguhnya kalian telah kafir dan sesat, Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. (Muhammad : 3)
Kepada Kaum Muslimin :
Wahai kaum muslimin, waspadalah dari bahaya al-Qiyadah al-Kufriyah ini. Janganlah kalian terpedaya oleh kedustaan dan penyesatan yang dilakukan mereka. Dalamilah agama kalian dengan benar, fahami agama ini menurut pemahaman yang benar sebagaimana diajarkan nabi kalian kepada para sahabatnya.
Dan janganlah kalian merasa sedih atas makar mereka –al-Qiyadah dan kaum kuffar lainnya-, karena mereka tidak dapat memberikan bahaya apapun selama kita berpegang kepada aqidah yang benar.
Alloh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (Ali Imran : 176)
Wahai saudaraku kaum muslimin, janganlah kalian melakukan tindakan anarkis dan kekerasan atau main hakim sendiri, yang malah akan mendatangkan madharat. Ikutilah nasehat ulama kita, MUI, yang menasehatkan agar kita tidak melakukan tindakan kekerasan dan anarkis. Cukup bagi kita mengetahui akan kesesatan dan kekafiran aliran al-Qiyadah ini, kemudian serahkanlah urusan ini kepada fihak yang berwajib dan berwenang!!! Sikapilah aliran sesat al-Qiyadah ini dengan arif dan cerdas, dengan kewaspadaan dan kehati-hatian!!!
Wallohu waliyyut Taufiq.
Assalamu’alaikum Saudaraku Abu Salma, saya ingin bertanya :
1. Apakah pengkafiran ini berlaku juga untuk seluruh anggota Qiyadah?
2. Apakah tidak perlunya ditegakkan hujjah dulu karena pengetahuan mengenai makna syahadatain, rukun iman, rukun islam dianggap telah diketahui seluruh anggota Qiyadah?
3. Bagaimana dengan Gus Dur sendiri yang dulu pernah berolok-olok dengan Al Qur’an dengan mengatakan kurang lebih maknanya “kitab suci paling porno”? Bukankah ayat mengenai orang yang kafir setelah beriman karena berolok-olok tentang Allah dan rasul-Nya turun setelah kejadian tersebut. Artinya sewaktu orang itu berolok-olok, ayat itu belum turun akan tetapi dia langsung dikafirkan begitu ayat tersebut turun. Sedangkan Gusdur melakukan penghinaan terhadap Kalamullah jelas setelah ayat itu turun. Apa bisa juga dikafirkan secara individu sebagaimana Ahmad Moshadeq?
Mohon maaf jika pertanyaannya kurang berkenan, terimakasih atas jawabannya.
Semoga Allah menambah ilmu, kefahaman dan pengamalan agama Islam pada Abu Salma.
Gus dur dan antek-anteknya plus ulil abshar “JIL” menjadi “tokoh” bukan karena keislamannya. Tapi karena opportunisnya yang sangat diminati oleh pemilik modal media massa. Coba mereka bicara Islam sesungguhnya? mana berani? wong mereka makan dan minum sampai buncit dari opor ayam eh opportunismenya.
dAsar gusdur…
gitu jA ko rEpot…
Assalamu ‘alaikum akhi fillah.
Kaifa halukum…?
Titip iklan semoga tulisan ana ini melengkapi bantahan antum hingga pengikut qiyadah cepat menyadari kesalahannya.
Ini postingan baru ana :
http://abasalma.wordpress.com/2007/11/03/sadarlah-pengikut-qiyadah/
Barokallahufikum.
Mangkanya, jangan ma’mum sama Gus Dur…
Lha Imam kentut, kok diturut….!!!
😆
Bata yang terakhir, begitu sebenarnya begitu menegasi sehingga perdebatan “khataman nabiyin” tidak perlu lagi dipertanyakan dalam kemunculan para nabi-nabi itu.
Di sisi lain, terdapat kecenderungan motif ekonomi, kemudahan dan pemahaman spiritual seolah menjadikan seseorang menjadi “penerima informasi ilahiyah”. Tak bisa lagi membedakan dengan bisikan lain. Dan karenanya, berpeluang lebih menjadi tersesat. Saya sering berpikir mengapa Allah memberikan pesan :”… kebanyakan manusia beriman kepada jin…” (QS 34:41). Apakah karena rajin mendengar “bisikannya” ataukah karena tidak mampu (mau) mengkombinasikannya dengan akal dan hati. Terutama yang menjadi pengikutnya… begitu mudah pula sampai ribuan …
Pembahasan yang mencerahkan.
Menjamurnya aliran sesat yang ada sekarang, menjadi titik yang sangat sensitif bagi terjadinya konflik di kalangan umat islam dewasa ini.
ini semua tidak lain adalah upaya kaum-kaum yang memandang persatuan islam sebagai ancaman (Amerika , zionis dan sekutunya)
Terbukti bahwa organisasi aliran sesat yang kini kian marak, bisa eksis gara-gara mendapat santunan dari pihak asing.
kita perlu tindakan: LAWAN,LAWAN dan LAWAN!
Assalmu’allaikum wr wb
Aku minta izin kepada antum, apakah boleh mengkopi posting
ini, untuk ana postingkan ke forum diskusi lainnya untuk pembelajaran bagi yang lain, ana alan cantumkan sumbernya dari antum..
Sukron.
Wassalamu’allaikum wr wb
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh…
Maaf mas, mau nanya, judul artikelnya “Menuju Penegakan Hukum Alloh”, dalam bahasa Arab ada bentuk harakat “O” ya mas… sehingga menjadi ALLOH, bukan ALLAAH…. ???
Atau, kata Allaah itu hanya berlaku dalam bahasa Arab saja, kalau sudah di Indonesia jadinya ALLOH. Atau, bentuk tasydid pada “lam jalalah”-nya bisa mengubah harakat “Fathah” menjadi “O”????? Minta penjelasannya mas…..
Menanggapi dari beberapa komentar yang tekesan memberi legalitas pada ucapan gus dur dkk,
Tampaknya totalitas anda kepada islam, patut dipertanyakan???
ana pun menduga ada rekayasa pihak tertentu yang ingin mendiskreditkan Islam. Masa sekarang anak2 kampus dilarang orang tuanya mengikuti kegiatan positif di masjid kampus gara2 khawatir ada ajaran aneh2. padahal kajian dan mentoring yang ada di masjid kampus asalkan legal, insya Allah baik. tapi, iya juga sih sekarang masjid kampus juga sepertinya sudah disusupi yang aneh2.
—perhatikan kata mosad dari nama “nabi” yang satu ini! tidakkah antum ingat sesuatu?—
assalaamu’alaikum
mas, moga tetap istiqomah selalu…semoga umat islam dapat selalu memegang kitabullah dan sunnah yang shahih…
dan dapat keluar dari fitnah akhir zaman…
mas,minta masukan dan nasihat antum buat blog ana ya…coz masih banyak kekurangan..jazakallahu khoir
http://salafiyunpad.wordpress.com
Assalammualaikum
Pengetahuan Agamaku masih sangat rendah, sebenernya malu juga rasanya tuk komentari artikel ini 🙂
Aku yang bodoh ini gak abis pikir, kok PD sekali ya Ahmad Musadiq ngaku2 Nabi, apa kelebihannya ? wong kata tetangganya aja jarang keluar rumah atau kenal ama tetangganya…
Dari wajahnya aja dah keliatan Aura kebohongan, panas, hitam, kring dan ketakutan luar biasa saat menyerahkan diri dan tampil di media elektronik, liat senyuman kecutnya yang menandakan bahwa dia benar2 takut dan mungkin nyesel juga ngaku2 sebagai Nabi but mungkin tanggung kali ya n maybe Setan2 makin kuat bisikannya “nyantai aje lo Mad, tenang aje, lo kan Nabi” ….
Liat juga Lia Aminudin, wajahnya juga hitam, seperti gosong terbakar, kering, bahkan orang muslim yang hitam pun terasa bercahaya jika dilihat, dengan wajah basah penuh dengan kehangatan…
Awal kesesatan Lia pun berawal dari bisikan jin, awal mulanya bisikannya bagus2, kadang itu Jin ikut sholat dan mengamini doa2nya, lama2 jinnya mulai bandel dan ngaku2 Jibril eh sekarang Lianya yang ngaku2 Jibril…
Emang bener2 deh dunia saat ini
Moga Allah SWT tetep jaga iman kita semua dan mati dalam keadaan Islam…
Wassalamm
Assalaamu’alaikum…
Patut dikoreksi ttg pemimpin Alqiyadah itu…dia org ISLAM apa nyaru ISLAM…trus bikin aliran baru buat “MEMURTADKAN ORANG-ORANG ISLAM”, atau ada “ORANG DI BALIK LAYAR” yang membuat “BADUT(si Ahmad mushadiq)” untuk bikin aliran baru guna memperkeruh kondisi negara kita melalui “AGAMA”.
Fyuh, semoga sodara-sodara muslim yang masih awam dan minim ekonominya tidak terpengaruh aqidah dan keimanannya.
-== Eling Lan Waspada ==-
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Akh, blog antum kok rame gambar ‘potongan kepala’? Gak salah, nih? Apa tidak lebih baik di hilangin saja?
Afwan Akh, sekedar saran saja.
Assalammualaikum,
Sebenarnya, ana agak keberatan dengan pernyataan : “membunuhnya”, atau kata – kata bunuh lainnya. Karena kata ini secara bahasa Indonesia sudah bermakna konotasi. Sehingga, jika ada pernyataan bahwa wajib membunuh si A atau berhak membunuh si B, maka seakan – akan semua orang boleh melakukannya.
Mungkin ada baiknya, kalimatnya diganti dengan kalimat si A wajib dihukum mati, maka dengan ini semua orang sepakat bahwa arti kalimat “menghukum mati” adalah hanya pemerintah yang berhak melakukannya.
Maka sebaiknya kita katakan, jika pimpinan alQiyadah tidak mau bertaubat maka dia wajib dihukum mati.
wallahu’alam
[…] bagian dari kebiasaan, bagian dari kesukaan yang sepertinya tak mudah lepas. Saya lebih suka pembahasan itu dalam ketajaman narasi. Bukan pada penghinaan atau pelecehan pribadi. Mengapa?, karena lgagasan ijtihadlah yang […]
::assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mohon maaf, apakah ada Rasulullah Muhammad SAW, menyampaikan apakah yg dimaksud agama, dan adakah Rasulullah mengatakan tentang agama islam …???
Mungkin permasalahan oktara sebenarnya adalah pemahaman terhadap akhlak baik. Sering ini terjadi pemahaman yang salah ini digunakan sebagai argument untuk membiarkan kesesatan.
Ya, inilah yang sering terjadi, orang terkadang membatasi akhlak baik itu terbatas pada sesama manusia saja atau tegasnya manusia yang masih hidup.
Bahkan pemahaman akhlak baik ini pun bahkan sering dibatasi sampai dengan makna tidak boleh ikut campur privasi orang apapun alasannya, selama orang itu tidak mengganggu privasi kita.
Ini adalah pemahaman salah. Lihat yang terjadi di dunia barat sana, mereka bebas berbuat, apakah berpakaian telanjang, melakukan riba, berzina, mabuk – mabukkan, orang lain tidak boleh protes, selama kegiatan itu dianggap tidak mengganggu privasi orang lain.
Maka wajar jika gusdur mengatakan hal itu karena baginya keyakinan sesat itu tidak mengganggu privasi orang lain atau tegasnya merampas harta orang lian.
Padahal sebenarnya akhlak baik itu tidak lah terbatas kepada manusia sekitar. Akhlak yang baik pun mencakup keseluruhan.
Kita wajib berakhlak baik kepada Allah, Rosulullah, para sahabat, ulama dan sesama kita orang awam, bahkan terhadap orang – orang yang sesat seperti pimpinan alQiyadah pun termasuk juga orang – orang kafir kita wajib berakhlak.
Tetapi bagaimana penerapan akhlak baik itu, setiap tingkatan berbeda – beda.
Kepada Allah kita berakhlak baik dengan tunduk patuh kepada syariatnya, tidak menyekutukanNya, tidak melakukan kesombongan dan mencintaiNya.
Kepada Rosulullah kita berakhlak baik dengan menerima setiap perintah, anjuran dari Rosulullah dan mengikutinya dalam setiap gerak langkah kita.
Kepada para sahabat, tabi’in kita berakhlak baik dengan melebihkan keilmuan dan pemahaman mereka terhadap Al – Quran dan As Sunnah dibandingkan selain mereka, sehingga kita mengedepankan rujukan kepada mereka terhadap setiap perbedaan pendapat.
Kepada sesama adalah melakukan mu’amalah yang baik, tolomng – menolong, nasihat – menasihati (ini paling utama), walaupun tidak mengganggu privasi selama itu berdasarkan standar al-Quran dan As Sunnah layak untuk mendapat nasihat.
Kepada orang – orang yang menyimpang adalah menjelaskan kesesatan mereka, karena boleh jadi dia tidak mengetahu bahwa dia berada dalam kesesatan. Dan tolok ukur pemahaman kesesatan orang tersebut terhadap al Quran dan as Sunnah adalah pemahaman para sahabat dan para ulama sebagai manifestasi kita berakhlak baik kepada sahabat dan para ulama. Maka seandainya orang yang jelas kesesatan tersebut tidak menerima akhlak baik kita, maka wajib kita menjauhkannya (jika berhak dan mampu) dari masyarakat sebagai manifestasi kita berakhlak baik kepada sesama yaitu tolonga menolong.
Karena orang yang berada dalam kesesatan dia diibaratkan membawa penyakit berbahaya yang menular, jika tidak mau di obati maka dia harus dikarantina.
Lalu bagaimana kita berakhlak baik dengan orang kafir. Rosulullah adalah orang yang paling berakhlak mulia. Allah dan Rosulullah dan para sahabat serta ulama membenci orang kafir, tetapi kebencian itu bukan nyata terhadap diri mereka, akan tetapi terhadap kekafiran mereka, sebagaimana kita benci bersandingan dengan orang yang terkena penyakit kusta, maka kita benci bersanding dengannya disebabkan ada penyakit pada dirinya, seandainya penyakit itu sudah hilang maka hilang juga kebencian kita bersanding dengannya.
Maka kita wajib berakhlak baik (semampu kita) kepada orang kafir, yaitu mengusahakan menghilangkan kekafiran dalam diri mereka sehingga jika kekafiran telah hilang dalam diri mereka maka kita pun tidak lagi membencinya, tetapi memcintainya. Contohnya mendo’akan mereka mendapat hidayah dari Allah, mendakwahkan kepada aqidah yang hanif (lurus).
Bahkan memerangi mereka pun termasuk berakhlak baik jika nyata-nyata mereka memerangi kerena perbuatan dzolim harus dicegah karena Rosulullah pun memerangi mereka.
Jika kita sudah memahami arti sebenarnya akhlak baik, maka bukan berakhlak baik jika membiarkan kesesatan pimpinan al-Qiyadah.
==
Satu lagi yang paling penting, Islam adalah agama yang sempurna dan kesempuranaan ini dinyatakan sendiri oleh Allah dalam alQuran.
Maka setiap sesuatu yang sempurna pasti mempunyai standar, karena standar ini digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui dimana kesempurnaannya.
Maka salah jika kita katakan setiap orang mempunyai pemahaman masing – masing dan semua benar, jika ini terjadi berarti seakan – akan kita mengatakan bentuk tersebut belum sempurna karena bisa berbeda – beda tidak ada kesatuan.
Maka yang benar adalah, pemahaman itu hanya satu yang benar, yaitu yang sesuai standar tolok ukur kesempurnaannya.
Maka para Salafush Sholeh (Rosulullah, Sahabat, dan para ulama) lebih mengetahui ilmu tentang standar tolok ukur itu dibanding selainnya.
Maka kita katakan, apakah pemahaman gusdur benar?? Jika nyata – nyata menyimpang dari Salafush Sholeh, maka jelas gusdur telah salah memahami.
Dari mana kita mengetahui hal itu, yaitu melalui tarikh (sejarah). Karena tidak pernah ada dalam sejarah Salafush Sholeh, satu orang pun diantara mereka berdiam diri dan membiarkan kesesatan yang nyata.
Maka karena pemahaman gusdur (terhadap orang – orang sesat semacam alQiyadah ini) adalah pemahaman baru, belum pernah ada sebelumnya, maka kita katakan bahwa gusdur telah salah.
wallahu’alam.
afwan kalimat “dinyatakan sendiri oleh Allah dalam alQuran” sepertinya salah, seharusnya difirmankan Allah dalam alQuran.
jika hendak ditampilkan oleh moderator dan bisa diganti sebaiknya dilakukan.
Sukron
dobelden Berkata:
November 3rd, 2007 pada 6:17 pm e
a’udzubillahi minasyaithoonirrajiiim… 🙂
===
mrsyusuf Berkata:
November 4th, 2007 pada 9:49 am e
Ah, Gus Dur didengar…
===
therover Berkata:
November 4th, 2007 pada 11:17 am e
Kalau mukulin orang sembarangan, kira-kira sesat ngga ya?
===
dwi Yanto Berkata:
November 5th, 2007 pada 10:19 am e
Semoga Allah SWT melimpahkan hidayahnya kepada mereka dan menerima tobatnya Amien.
===
roemahcerdaz Berkata:
November 5th, 2007 pada 10:29 am e
dan ketika pembenaran atas kesesatan manusia telah diproklamirkan, segal cara penafsiran dihalalkan atas firman Allah, meski ingkar, maka tunggulah azab Allah sudah sangat dekat dan lebih dahsyat dari yang pernah kita lihat dan rasakan……!!!
Maka mari bentengi aqidah kita dengan jeruji iman yang kuat, tidak lekang oleh hujan dan panas, selamatkan keluarga dan sahabat-sahabat kita. Intropeksilah, …..!!!
===
thesunshinechacha Berkata:
November 5th, 2007 pada 10:30 am e
kafir, murtad, sesat atau apalah, kita hanya bisa menvonis. Kita memang khawatir karena semakin banyaknya jenis kaum dalam agama Islam. Mungkin nanti akan melebihi 77 kaum sebagaimana Allah swt nyatakan. Tapi Islam toh tidak akan roboh hanya dengan aliran-aliran seperti ini, Bagi saya kendali tetap di diri masing-masing. Vonis murtad atau sesat tetap di sang Khalik.
===
veri89 Berkata:
November 5th, 2007 pada 10:39 am e
Menjamurnya aliran sesat yang ada sekarang, menjadi titik yang sangat sensitif bagi terjadinya konflik di kalangan umat islam dewasa ini.
ini semua tidak lain adalah upaya kaum-kaum yang memandang persatuan islam sebagai ancaman (Amerika , zionis dan sekutunya)
Terbukti bahwa organisasi aliran sesat yang kini kian marak, bisa eksis gara-gara mendapat santunan dari pihak asing.
kita perlu tindakan: LAWAN,LAWAN dan LAWAN!
===
Herianto Berkata:
November 5th, 2007 pada 6:38 pm e
Munculnya aliran “aneh” terutama cabang2 dari ingkar sunnah tersebut, menurut saya erat kaitannya dengan sejumlah pemikiran yang disodorkan oleh para orientalis dan sampai ke tengah2 masyarakat.
Tapi tak bisa dipungiri bahwa kesalutan sebagian kita terhadap pemikiran barat terhadap Islam umumnya karena masalah kemewahan dunia. Ummat ini terlampau fakir secara duniawi (harta, akal, dsbnya) sehingga mudah untuk diarahkan menuju ke kekafiran …
===
bocah-lab Berkata:
November 5th, 2007 pada 8:28 pm e
Allah Hu akbar, Allah Hu akbar, Allah Hu akbar
===
oktara Berkata:
November 6th, 2007 pada 3:36 pm e
Anda punya pemahaman sendiri tentang hal itu,Gusdur dan orang2 yang anda sebut juga punya pemahaman sendiri.Umat Islam berhak menentukan mana pemahaman yang diyakininnya benar.Derajat manusia disisi tuhan bukanlah dia ikut pemahaman ‘mana’ entah ahlul sunnah,syi’ah atau lainnya,tapi sebrapa banyak manusia itu ‘berahlak’ baik.
Setelah membaca tulisan anda,maaf,pemahaman andan terlalu ‘dangkal’ jika dibandingkan tulisan dari gusdur,Nurcholis bahkan Ulil sekalipun.
Alhamdulillah, terima kasih kuliahkilat,
kuliahkilat, sepertinya memang, riwayat hadist tentang disapanya Rasulullah SAW, mempertanyakan “apakah agama itu” dari depan, kanan, kiri dan belakang, memang kurang dipopulerkan ya….
jika berkenan tolonglah dikembangkan pemahaman AQ 5:3, terima kasih Assalamu’alaikum ww.
mungkin kita sebagai umat islam yang menyakini firman Allah dan Sunnah Rasul patut melakukan introspeksi diri… mungkin kiamat yang di janjikan Allah sudah semakin dekat
Very good post… :Cheers”
Kalau saya cerdasi secara jujur… Anda penuh dengan emosi dlam berkata… Islam itu udah ada sejak Adam As… krn runtuh di utus Nuh dan seterusnya sampai Muhammad.. Dan sekranga Khilafah Islam telah Runtuh… Maka dalam penegakan Kembali Khilafah Islam… Memang Perlu Rasul…
Karena Tidak mungken UMat yang begitu bnyak macam Aliran bisa bersatu tampat ikut campur tangan Allah (Rasul)….
Setiap datang Rasul selalu didustakan.. Setelah didustakan pasti Timbul Bencana (seperti Hari Ini) Kebenaran Pasti terungkap…