BAGAIMANA ZIARAH KE MASJID NABAWI ASY-SYARIF
BAGAIMANA ZIARAH KE MASJID NABAWI ASY-SYARIF
Ziarah atau mengunjungi Masjid Nabawi Asy-Syarif hukum-nya adalah sunnah mustahabah tidak dibatasi waktu dan tidak ada hubungannya dengan haji, dan bukan merupakan penyempurna ibadah haji atau bagian darinya. Barangsiapa yang menunaikan haji tetapi tidak memungkin-kannya pergi ke Masjid Nabawi maka hajinya sempurna dan tetap sah. Dalam ziarah ke Masjid Nabawi terdapat beberapa tatacara atau adabnya. Secara ringkas disebutkan disini:
1. Hendaknya orang yang akan berziarah, niat untuk bepergian ke Madinah Munawwarah untuk ziarah Masjid Nabawi Asy-Syarif serta untuk shalat di dalamnya, sedangkan ziarah kubur Nabi dan lainnya sudah secara langsung masuk di dalamnya.
2. Jika masuk ke masjid hendaknya mendahulukan kaki kanannya dan membaca:
(( بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ الله، اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ ))
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam dilimpah-kan atas Rasulullah. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu-pintu rahmaMu.”
3. Mengerjakan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat. Yang lebih utama dia mengerjakan shalat itu di Raudhah Asy-Syarifah yang berada di antara mimbar Rasulullah dan kamar beliau.
4. Berdiri sambil menghadap kubur Nabi dengan sopan dan khusyu’ sambil membaca:
(( السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ اللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا خِيَرَةَ خَلْقِ اللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَشْهَدُ أَنَّكَ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّكَ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّيْتَ اْلأَمَانَةَ، وَنصَحْتَ اْلأَمَّةَ، وَجَاهَدْتَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ، فَجَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّتِكَ أَفْضَلَ مَا جَزَى نَبِيًّا عَنْ أُمَّتِهِ ))
5. Kemudian bergeser ke kanan sedikit mengucapkan salam ke-pada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mendoakan semoga beliau mendapat ridhaNya lalu mengucapkan:
( السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَبَا بَكْرِ الصِّدِيْقِ صَفِيِّ رَسُوْلِ اللهِ وَصَاحِبِهِ فِي الْغَارِ، جَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّةِ رَسُوْلِ اللهِ خَيْرًا (
“Salam sejahtera atasmu ya Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat karib Rasulullah dan yang menemani beliau di dalam gua. Semoga Allah membalas atas jasanya kepada umat Rasulullah dengan kebaikan.”
Kemudian bergeser ke kanan sedikit, dan memberi salam kepada Umar bin Khatthab dan mendoakan semoga beliau mendapat ridhaNya lalu mengucapkan:
(( السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَرُ الْفَارُوْقُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، جَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّةِ رَسُوْلُ اللهِ خَيْرًا ))
“Salam sejahtera atasmu ya Umar Al-Faruq, dan semoga Allah memberikan rahmat dan berkahNya. Semoga Allah membalas atas jasanya kepada umat Rasulullah dengan kebaikan.”
Kemudian hendaknya ia meningalkan tempat itu.
6. Apabila ingin berdoa kepada Allah hendaknya ia menjauh dari kuburan dan menghadap kiblat lalu berdoa dengan doa-doa yang disukai dan mohon karuniaNya. Dengan demikian telah selesailah ia berziarah.
7. Disunnahkan bagi orang yang berziarah untuk shalat di Masjid Quba’ dan ziarah ke Baqi’ dan syuhada Uhud.
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Akhi sebenarnya Madinah Munawaroh atau Madina Nabawiyah ?
karena setahu ana dalil yang syarih (jelas menunjukan Madinah Nabawiyah.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Afwan Akhy Abu Salma,
mohon pencerahannya dari Akhy tentang postingan di bawah ini dari salah seorang ikwan di salah satu milis. Dia meyakini bahwa Rasulullah masih hidup. Ana sudah coba lihat di tafsir ibnu Katsir tentang tafsir surat 2:154 ternyata bukan seperti penjelasan ikhwan tersebut.
Syukron Jazakumullah khair
—————————-
Kutipan:
beliau saw itu hidup sebagaimana hidupnya para syuhada, sebagaimana firman Nya : “Jangan kau katakan bahwa orang yg mati dijalan Allah itu mati, sungguh mereka itu hidup dan diberi rizki oleh Allah” (QS Al Baqarah 154).
sabda beliau saw : “tiadalah orng bershalawat kepadaku kecuali Allah kembalikan ruh ku hingga aku menjawab salamnya”, Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa makna ucapan ini adalah isyarat bahwa beliau saw hidup setelah wafatnya, sebagaimana para Nabi yg hidup setelah wafatnya sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Rasul saw bersabda : “kulihat musa berdiri di kuburnya melakukan shalat” para imam dan Muhadditsin tidak lepas membahas hal ini, sebagaimana dikatakan oleh Ima Ibn Hajar dalam Fathul Baari Almasyhur Juz 3 hal 414 dan juz 6 hal 487).
ucapan syair tak bisa dihukumi dg hukum dhahir, sebagaimana syair Abbas bin Abdulmuttalib ra yg memuji rasul saw bahwa dihari kelahiranmu terbit cahaya menerangi permukaan bumi hingga ufuk..
boleh boleh aja bersimpuh di kaki Rasul saw, atau mencium debu kuburnya.. emang perbuatan sahabat begitu kok..