JANGAN TERKESIMA DENGAN BANYAKNYA PENGIKUT

 Jul, 02 - 2017   no comments   DakwahNasehat Ulama


Al ‘Allamah Al Albani berkata :

أن كثرة الأتباع وقلتهم ، ليست معيارا لمعرفة كون الداعية على حق أو باطل ، فهؤلاء الأنبياء عليهم الصلاة والسلام مع كون دعوتهم واحدة ، ودينهم واحدا ، فقد اختلفوا من حيث عدد أتباعهم قلة وكثرة ، حتى كان فيهم من لم يصدقه إلا رجل واحد ، بل ومن ليس معه أحد !

Bahwa banyak atau sedikitnya jumlah pengikut bukanlah ukuran untuk mengetahui apakah seorang da’i itu berada di atas kebenaran ataukah kesesatan. Sebab para nabi ‘alaihimus sholaatu was salaam walaupun dakwah mereka sama dan agama mereka sama namun berbeda-beda dalam banyak dan sedikitnya jumlah pengikut mereka. Sampai-sampai ada di antara mereka yang hanya diimani oleh satu orang saja. Bahkan ada yang tidak ada seorang pun yang mengikutinya.

ففي ذلك عبرة بالغة للداعية والمدعوين في هذا العصر ، فالداعية عليه أن يتذكر هذه الحقيقة ،ويمضي قدما في سبيل الدعوة إلى الله تعالى ، ولا يبالي بقلة المستجيبين له ،لأنه ليس عليه إلا البلاغ المبين ، وله أسوة حسنة بالأنبياء السابقين الذين لم يكن مع أحدهم إلا الرجل والرجلان !

Dalam paparan di atas terdapat pelajaran yang berharga bagi para da’i dan orang-orang yang didakwahi di masa ini. Seorang da’i harus memperhatikan kenyataan ini. Dia harus terus berjalan di jalan dakwah kepada Allah Ta’ala. Dia tidak perlu mempedulikan bila jumlah orang yang menyambut seruan dakwahnya itu sedikit. Sebab kewajiban baginya hanyalah menyampaikan (dakwah) dengan jelas. Hendaknya dia meneladani para nabi terdahulu yang hanya memiliki pengikut seorang atau dua orang saja.

والمدعو عليه أن لا يستوحش من قلة المستجيبين للداعية ، ويتخذ ذلك سببا للشك في الدعوة الحق وترك الإيمان بها ، فضلا عن أن يتخذ ذلك دليلا على بطلان دعوته بحجة أنه لم يتبعه أحد ، أو إنما اتبعه الأقلون ! ولو كانت دعوته صادقة لاتبعه جماهير الناس ! والله عز و جل يقول : \” ومَا أَكْثَرُ النَّاسِ ولَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ (103) سورة يوسف .الألباني في \”السلسلة الصحيحة\” 1/684.

Sedangkan bagi orang yang didakwahi hendaknya dia tidak menjauh hanya karena melihat sedikitnya jumlah orang yang menyambut seruan dakwah sang da’i. Lalu menjadikannya sebab untuk meragukan kebenaran dakwah tersebut yang pada gilirannya meninggalkan keimanan pada dakwah tersebut. Lebih parah lagi jika dia menjadikan hal itu sebagai dasar untuk menyatakan sesatnya dakwah tersebut dengan alasan karena pengikutnya hanya seorang atau sedikit orang. (Dia beranggapan 🙂 kalau dakwah tersebut adalah dakwah yang benar tentu banyak orang yang akan mengikutinya !.

Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman :

ومَا أَكْثَرُ النَّاسِ ولَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan tidaklah kebanyakan manusia itu – walaupun kamu sangat menginginkannya – akan beriman. ” (Surat Yusuf)

كان علماء السلف رضوان الله عليهم وصالحيهم يخافون على قلوبهم من فتنة الشهرة، وسحر الجاه والصيت، ويحذرون من ذلك تلاميذهم، بل ويخشون على أنفسهم من كثرة الأتباع وتزاحم التلاميذ ,

Para ulama dan orang-orang shalih terdahulu ridlwaanallaahu ‘alaihim takut hatinya akan terjerumus (dalam kesesatan) karena popularitas, kedudukan, dan ketenaran. Mereka pun memperingatkan murid-muridnya terhadap hal itu. Mereka pun takut akan hal-hal yang akan menimpa diri mereka dengan banyaknya jumlah pengikut dan membludaknya jumlah murid.

 

Dari Habib bin Abi Tsabit beliau berkata :

تَبعَ ابْنَ مَسْعُودٍ نَاسٌ فَجَعَلُوا يَمْشُونَ خَلْفَهُ فَقَالَ : أَلَكُمْ حَاجَةٌ ؟ قَالُوا : لاَ ، قَالَ : ارْجِعُوا فَإِنَّهَا ذِلَّةٌ لِلتَّابِعِ فِتْنَةٌ لِلْمَتْبوعِ

“Orang-orang mengikuti Ibnu Mas’ud dan berjalan di belakangnya. Ibnu Mas’ud pun berkata : “Apakah kalian ada keperluan? “. mereka menjawab : “Tidak”. Ibnu Mas’ud berkata : “Kembalilah kalian! Karena ini adalah kehinaan bagi yang mengikuti dan sesuatu yang menjerumuskan bagi yang diikuti.”

 

Dari Sulaim bin Handhalah beliau berkata :

أَتَيْنَا أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ لِنَتَحَدَّثَ عَندَهُ ، فَلَمَّا قَامَ قُمْنَا نَمْشِي مَعَهُ ، فَلَحِقَهُ عُمَرُ فَرَفَعَ عَلَيْهِ الدِّرَّةَ فَقَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، اعْلَمْ مَا تَصْنَعُ ؟ قَالَ : إنَّمَا تَرَى فِتْنَةً لِلْمَتْبُوعِ ذِلَّةً لِلتَّابِعِ.المصنف لابن أبي شيبة 9/20.

“Kami datang kepada Ubay bin Ka’ab untuk berbicara dengan beliau. Pada saat beliau berdiri kami pun ikut berdiri lalu berjalan mengikuti beliau. Ternyata Umar membuntuti beliau sambil mengacung-acungkan tongkatnya [1] kepada beliau. Beliau pun bertanya : “Wahai Amirul Mukminin, beritahukanlah kepada saya tentang apa yang Anda lakukan .” Umar menjawab : “Sesungguhnya yang kau lihat tadi adalah sesuatu yang dapat menjerumuskan bagi orang yang diikuti dan kehinaan bagi orang yang mengikuti.” «Al Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah 9/20»

 

 

Ada yang berkata kepada Imam Ahmad :

إن الناس يدعون لك فقال: أخشى أن يكون هذا استدراج , وكان يكره أن يمشي خلفه أحد من الناس.بل كان بعض السلف إذا اجتمع عنده فوق العشرة ترك المجلس وقام , وقال بعضهم: إذا طال المجلس كان للشيطان فيه نصيب، أي مدخل للغرور أو للرياء أو لنحو ذلك من المداخل.

“Orang-orang mendoakan Anda kebaikan.” Beliau menjawab : “Saya takut bahwa ini hanyalah jebakan.” Beliau juga tidak suka bila ada seorang pun yang berjalan mengikuti beliau dari belakang.

Bahkan beberapa ulama terdahulu apabila ada lebih dari sepuluh orang berkumpul di dekatnya maka segera saja dia berdiri meninggalkan kumpulan tersebut. Ada juga yang berkata : “Apabila perkumpulan itu terlalu lama maka setan akan punya bagian padanya.” Artinya : kesempatan untuk memasukkan rasa terkesima atau rasa ingin dilihat orang pada diri seseorang serta kesempatan-kesempatan lainnya. ”

[1] الدِرَّةُ yaitu alat yang digunakan untuk memukul baik itu berupa cambuk atau tongkat «Musthafa Al Bagha»

 

✍? Diterjemahkan oleh Abû Azizah al-Atsari


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.