KISAH : BETAPA OBYEKTIFNYA SYAIKH IBNU BAZ
Syaikh Shâlih bin ‘Abdullâh al-‘Ushaimî Hafizhahullāhu menceritakan suatu kisah mengagumkan tentang al-‘Allâmah Ibnu Bâz rahimahullâhu :
رجلٌ كان يُدَّرسُ ( جوهرة التوحيد ) و( البردة ) للبوصيري ؛ ولا يخفى ما فيهما ؛ وقد اعتُقِلَ في إحدى البلدان؛ وأراد النظام الحاكم أن يحكم عليه بالإعدام؛
Ada seseorang yang pernah mengajar buku Jauharah at-Tauhîd dan al-Burdah karya al-Bûshîrî dan tidaklah tersamar bagaimana isi kedua buku ini [yang berisi penyelewengan dan kesesatan, pent.]. Orang tersebut ditangkap di suatu negara dan pemerintah negara tersebut bermaksud menghukum mati orang itu.
فسعى الشيخ ابن باز رحمه الله في انفكاك وثاقه؛ وإخراجه عن ذلك البلد ونقله إلى هذه البلاد مع علم الشيخ بما كانت عليه حال ذلك الرجل ؛ لكن لما كان المتسلط نظاماً غير إسلامي؛
Syaikh Ibnu Bâz rahimahullâhu berupaya untuk membebaskan orang tersebut dari hukumannya dan mengeluarkannya dari negerinya, dan pindah ke negeri ini (Saudi).
Padahal Syaikh tahu tentang kondisinya. Namun, dikarenakan yang berkuasa (di negeri orang tsb) adalah pemimpin yang tidak Islami, sedangkan orang tsb tmsk seorang alim muslim walau di sisi lain terdapat kebid’ahan padanya.
وذلك الرجل عالم مسلم مع ما هو عليه من البدعة إلا أنه شفع في حفظ دمه ورفع الظلم عنه؛
Walau demikian Syaikh Ibnu Bâz tetap mengajukan permohonan ampunan dalam rangka menjaga darahnya (agar tidak tertumpah) dan menyingkirkan kezhaliman darinya.
فينبغي أن يكون البصير السني على هذه الطريقة؛ولا يعني ذلك أن يغمض النظر عن التنفير من البدع والتحذير منها؛ وعدم مسالمة من يدعو إليها صباح مساء؛ بل من الجهاد إبطال دعوة هؤلاء؛
Sepantasnyalah seseorang menjadi sunni (pengikut sunnah) yang berpengetahuan ttg jalan (metodologi) ini.
Namun, hal ini bukan berarti harus menutup mata dari menjauhi dan memperingatkan kebid’ahan. Tidak pula pasrah mendiamkan orang yang mengajak kepada kebid’ahan siang malam. Bahkan termasuk bagian dari jihad adalah menolak dakwah mereka...
وفي مثل هذا ذكر أبو العباس ابن تيمية الحفيد قاعدةً نفيسةً في الفتاوى المصرية :
Yang semisal dengan ini, adalah apa yang disebutkan oleh Abul Abbas Ibnu Taimiyyah tentang suatu kaidah yang anggun di dalam al-Fatâwâ al-Mishriyyah. Beliau mengatakan:
هو أن الحائدين عن الحق فيهم نظران:
أحدهما : نظرٌ من جهة الشرع ؛ بإبطال مقالاتهم والتنفير منها والتحذير منها
والآخر : نظر من جهة القدر ؛ برحمتهم؛ والرأفة بهم؛ وأنهم أرادوا حقاً فأصابوا ضلالاً؛
Yaitu, bahwa orang yang menyimpang dari kebenaran, memiliki dua sisi pandang :
Pertama : pandangan dari aspek syariat, yaitu dg cara mengingkari tulisan² mereka, menjauh darinya dan memperingatkannya.
Kedua : pandangan dari aspek tingkatannya, yaitu dengan bersikap ramah dan lembut kepada mereka, karena mereka sebenarnya menghendaki kebenaran namun jatuh kepada kesesatan.
قال أبو العباس ابن تيمية الحفيد :
( أهل السنة والجماعة يعلمون الحق؛ ويرحمون الخلق ) انتهى
Abul Abbas Ibnu Taimiyah berkata : Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu paling mengenal kebenaran dan paling bersikap ramah kepada makhluk
alih bahasa :