KAIDAH LAU KANA KHOYRON
PERTANYAAN :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillah.
Afwan ana tanya :
Apa yg dimaksud kaidah yg mulia “Laukaana khoiron lasabaquna ilaihi”…..?
Bagaimana memahaminya? Manakah yg benar, kaidah tsb (dr tafsir QS An-Najm 38-39 ato QS Al Ahqaf 11) ?
Sementara ada syubhat yg beranggapan bhw kaidah tsb tdk berhubungan dgn tafsir QS d.a dan tdk ada dalil yg mendukungnya scr jelas
Mohon nashihah ustadz .. شُكْرًا كَثِيْرًا
➖➖➖
JAWABAN :
Itu kaidah yang beranjak dari tafsir Imam Ibnu Katsir dari 2 ayat di atas :
1⃣ QS al-Ahqâf : 11
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ ۚ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَٰذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya (Al-Qur’an) adalah sesuatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama”.
👀 Perhatikan perkataan orang kafir di atas
لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ
Sekiranya (al-Qur’an) itu baik, niscaya mereka tidak akan mendahului kami dalam kebaikan…
📄 al-Hâfizh Ibnu Katsîr rahimahullâhu menjelaskan setelahnya :
وأما أهل السنة والجماعة فيقولون في كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة رضي الله عنهم هو بدعة لأنه لو كان خيرا لسبقونا إليه لأنهم لم يتركوا خصلة من خصال الخير إلا وقد بادروا إليها.
Adapun Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, mereka mengatakan mengenai setiap perbuatan dan ucapan yang tidak ada ketetapannya dari para sahabat nabi radhiyallahu ‘anhum, maka hal tersebut adalah BID’AH ! Karena “law kâna khoyron lasabaqûnâ ilayhi” sesungguhnya apabila perbuatan itu baik, niscaya mereka akan mendahului kita di dalam kebaikan tsb. Dan karena sesungguhnya pula, mereka tidak akan meninggalkan suatu hal yang baik sedikitpun, melainkan mereka adalah kaum yang paling pertama mengamalkannya.”
2⃣ QS An-Najm : 38-39
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya
📄 Imam Ibnu Katsir menjelaskan :
أي كما لا يحمل عليه وزر غيره كذلك لا يحصل من الأجر إلا ما كسب هو لنفسه ومن وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي رحمه الله ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم ولهذا لم يندب إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه ولا أرشدهم إليه بنص ولا إيماء ولم ينقل ذلك عن أحد من الصحابة رضي الله عنهم ولو كان خيرا لسبقونا إليه
Yaitu, sebagaimana seseorang tidak memikul dosa orang lain, demikian pula seseorang tidaklah mendapatkan ganjaran pahala melainkan apa yang ia usahakan untuk dirinya sendiri.
Dari ayat yang mulia ini, Imam Syafi’i rahimahullâhu dan para pengikut beliau menetapkan bahwa bacaan (al-Qur’an) seseorang yang bermaksud menghadiahkannya kpd yg telah meninggal tidak sampai pahalanya, karena amalan tsb bukanlah tmsk amalan dan upaya sang mayit.
Karena itulah Rasulullah tidak pernah menuntunkan (menyunnahkan) hal ini kepada umat beliau dan tidak pula menganjurkannya dan mengarahkan umatnya utk melakukan ini, baik secara tegas ataupun tidak tegas. Serta tidak ada pula seorangpun sahabat radhiyallahu anhum yang menukilkan perbuatan ini, walaw kâna khoyron lasabaquna ilayhi, sekiranya amalan ini baik, niscaya merekalah yang akan mendahului kita melakukannya…
Apabila kita membaca tafsir Ibnu Katsir di atas, secara jelas beliau menjadikan ucapan ini, “walaw kâna khoyron lasabaqûna ilayhi”, sebagai kaidah Agung…
Sebab :
➖ Beliau (dan kita pun juga wajib) meyakini bahwa sahabat nabi adalah manusia yang paling baik
➖ mereka paling bersemangat dalam mengikuti kebaikan
➖mereka paling dekat dengan Nabi dan mengambil ilmu langsung dari Nabi
➖Maka, apabila suatu perbuatan itu baik, niscaya merekalah yang pertama kali melakukannya…
✏ @abinyasalma
#⃣ Channel al-Wasathiyah wal I’tidâl (https://bit.ly/abusalma)
Posted from WordPress for Android