KORIDOR BERCANDA
1⃣ Hendaknya di dalam bercanda tidak ada unsur “istihzâ’ bid dîn” (memperolok agama), karena hal ini termasuk salah satu pembatal keislaman.
📖 Allâh Ta’âlâ berfirman :
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (٦٥) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (٦٦)
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (65) Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (66)
(QS at-Taubah : 65-66)
💬 Syaikhul Islâm berkata : “Memperolok² Allâh, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya adalah perbuatan kufur yang dapat mengkafirkan pelakunya setelah keimanannya. (Majmû’ Fatâwâ VII/273).
💬 Ibnu ‘Abbâs Radhiyallâhu ‘anhumâ berkata :
“Barangsiapa berbuat dosa dalam keadaan tertawa, niscaya ia masuk neraka dalam keadaan menangis.” (Hilyatul Auliyâ IV/96).
2⃣ Hendaknya candaannya itu benar dan tidak dusta.
💬 Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Celakalah orang yang berbicara namun dengan berdusta untuk membuat orang tertawa. Celakalah dia!” (HR Abû Dâwud no 4338)
3⃣ Hendaknya candaannya tidak untuk mencemooh dan mengolok² orang lain.
📖 Allâh Ta’âlâ berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿١١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS al-Hujurât : 11)
💬 Ibnu Katsîr rahimahullâhu berkata : “yang dimaksud adalah merendahkan, mengerdilkan dan mengolok² mereka. Perbuatan ini haram dan dianggap sebagai sifat²nya kaum munafik.” (Tafsîr Ibnu Katsîr VII/376)
💬 Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :
“Sesungguhnya orang² yang gemar mengolok² orang lain, (ketika di akhirat) dibukakan bagi salah seorang dari mereka pintu surga. Lalu dia dipanggil, “kemarilah mendekat”. Dia pun datang mendekat dg kesedihan dan kepedihan yang mendalam, namun tatkala dia tiba ditutup pintu tersebut (sehingga dia tdk bisa memasukinya).” (HR al-Baihaqî di dalam Syu’abul Îmân no 6757 secara mursal dari al-Hasan al-Bashrî)
4⃣ Hendaknya candaan itu tidak menakut-nakuti (mengejutkan) saudaranya.
Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda : “Tidak halal bagi seorang muslim menakut²i muslim lainnya.” (HR Abû Dâwud no 1534).
💬 Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam juga bersabda : “Janganlah kalian mengambil barang milik saudaranya untuk dipermainkan dan tanpa kerelaan.” (HR Abû Dâwud no 4350)
5⃣ Tidak berlebihan, melampaui batas dan berpanjang² di dalam bercanda.
💬 Al-Ghozâlî rahimahullâhu berkata : “Menjadikan candaan sebagai profesi adalah sebesar² tendensi buruk.” (al-Ihyâ III/129)
6⃣ Hendaknya tidak ada unsur ghîbah di dalamnya.
💬 Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :
أتدرون ما الغيبة قالوا الله ورسوله أعلم قال ذكرك أخاك بما يكره . قيل أرأيت إن كان في أخي ما أقول قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه ما تقول فقد بهته
“Tahukah kalian apa ghîbah itu?”
Para sahabat menjawab, “Allâh dan Rasul-Nya lebih tahu”.
Rasulullah : “(Ghîbah) itu menyebut saudaramu dg hal yang ia benci.”
Sahabat: “Bagaimana menurut Anda jika yang saya sebutkan itu benar ada di saudaraku?”
Rasulullah : “Jika yg kau katakan kpd saudaramu itu benar maka kamu telah melakukan ghîbah (menggunjingnya), jika yang kamu ucapkan tidak benar maka kamu telah berbuat kebohongan atas namanya.” (HR Muslim)
📝 Redaksi Arab dishare oleh Ustadz Abu Ghazi di grup Multaqō ad-Du’ât ilallâh
✏ Dialihbahasakan dg sedikit penambahan oleh Abû Salmâ Muhammad
📱 @abinyasalma | abusalma.net 2015
Posted from WordPress for Android