Pertengahan dalam Masalah Dunia dan Tidak berlebihan
Allah سبحانه وتعالى mencintai orang-orang yang zuhud terhadap dunia. Allah mencela orang-orang yang mencintai dan mengutamakan dunia daripada akhirat.
Allah berfirman,
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ﴿٢٠﴾ وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ
Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia dan mengabaikan (kehidupan) akhirat. [al-Qiyâmah/75: 20-21]
🌴Jika Allah mencela orang-orang yang mencintai dunia, maka itu menunjukkan bahwa Dia memuji orang-orang yang tidak mencintai dunia, menolaknya, dan meninggalkannya.
Rasulullâh صلى الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَـمَّهُ ؛ فَـرَّقَ اللّٰـهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَـيْهِ ، وَلَـمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَـانَتِ الْآخِرَةُ نِـيَّـتَـهُ ، جَـمَعَ اللّٰـهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَـا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”(HR. Ahmad V/183, Ibnu Mâjah no. 4105, Dishahîhkan Al-Albâni dalam Ash-Shahîhah no. 950)
Rasulullâh bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ ، وَعِزَّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
“Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin ialah shalat malamnya dan kehormatannya ialah tidak merasa butuh kepada manusia.”(HR. al-Hâkim IV/324-325, dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iimân no. 10058 dihasankan Al-Albâni dalam Ash-Shahîhah no. 831
Seseorang sangat butuh kecintaan orang lain. Ia akan merasa senang dan lapang dada ketika ia hidup di tengah masyarakat yang mencintainya. Sebaliknya ia merasa sempit ketika hidup di tengah masyarakat yang membencinya. Namun, yang perlu diperhatikan dalam menggapai cinta manusia yaitu harus dengan cara yang benar dan adil yang dibenarkan dalam agama Islam, bukan dengan cara-cara yang menyimpang dari agama Islam.[Qawâ’id wa Fawâ-id hlm. 271]
Rasulullâh bersabda,
“Barangsiapa mencari ridha manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia, dan barangsiapa membuat marah manusia dengan keridhaan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kekejaman manusia.”[HR. Ibnu Hibbân dishahîhkan Al-Albâni dalam al-Jâmi’ish Shaghîr no. 6010]
Al-Hasan al-Bashri رحمه الله berkata, “Engkau senantiasa menjadi mulia di mata manusia atau manusia senantiasa memuliakanmu jika engkau tidak mengambil apa yang ada di tangan manusia. Jika engkau mengambil apa yang ada di tangan manusia, mereka meremehkanmu, membenci perkataanmu dan benci kepadamu.”[Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam II/204-205]
Banyak hadits Nabi yang memerintahkan menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Barangsiapa meminta sesuatu yang ada di tangan manusia, maka mereka membencinya dan tidak menyukainya, karena manusia itu menyukai harta. Dan meminta apa yang disukai oleh orang yang memilikinya akan menimbulkan kebencian.
Adapun orang yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia dan menahan diri darinya, maka mereka akan mencintai dan memuliakannya.
Seorang Arab Badui bertanya kepada penduduk Basrah, “Siapakah orang mulia di desa ini?” Penduduk Bashrah menjawab, “Al-Hasan.” Orang Arab badui itu bertanya, “Kenapa ia mulia bagi penduduk Bashrah?” Penduduk Bashrah menjawab, “Manusia membutuhkan ilmunya, sedang ia tidak membutuhkan dunia mereka.”
Sungguh indah perkataan salah seorang generasi Salaf ketika menyifatkan dunia dan penghuninya,
Dunia tidak lain adalah bangkai yang berubah,
Yang dikerumuni anjing-anjing dan mereka ingin menyeretnya
Jika engkau menjauhi bangkai tersebut, engkau memberi kedamaian bagi pemiliknya
Jika engkau menariknya, engkau bersaing dengan anjing-anjingnya.[Jami’ul ‘Ulûm wal Hikam II/206]
🍃Dinukil dari artikel Ust. Yazid Jawwas dalam majalah As-Sunnah
🌹.🍀🌷🌴🌺🍃🌻🍒☀🌿.🌹