Hukum Seputar Qashar (Faidah Kajian Kitab Muwaththa) – Bag 1

بسم الله الرحمن الرحيم

📒HADITS 389 KITAB AL MUWATHTHO

فوائد علمية من جلسة ليلة الأحد 17 شوال 1436 الموافق 01/08/2015

الجلسة التاسعة والثلاثون من درس الموطأ للشيخ علي بن سالمين الكثيري أبي سعيد حفظه الله 
💦Fawaid Ilmiyah Hari Malam Ahad 17 Syawal 1436 H bertepatan dengan 01 Agustus 2015

🔺Pertemuan 39 dari Kajian Al-Muwaththo oleh Syaikh Ali bin Salimin al-Katsiri Abu Sa’id hafizhahullah

بَابُ قَصْرِ الصَّلَاةِ فِي السَّفَرِ
⚠Bab Mengqashar/meringkas shalat saat safar/bepergian

👈 قال شيخنا حفظه الله
Telah berkata Syaikh kami – yaitu Syaikh Ali bin Salimin al-Katsiri hafizhahullah (semoga Allah senantiasa menjaganya)

– قَصُرَتْ – قَصَرْت الصلاة قَصْراً- لا تَقْصُرُ الصلاة وقَصَّرْتُها تَقْصيراً- وأَقْصَرْتُها قصراً

📒Secara bahasa –
Qashar diambil dari kata (fi’il madhi-kata kerja lampau) Qashura(t)/qashora(t) – (qashartu) aku telah meringkas sholat secara qashar –(fiil mudhori-taqshuru) jangan engkau mengqashar sholat dan (Qashshora – tasyjid)aku telah meringkaskannya secara pendek – (Aqshoro) aku telah memendekkannya secara pendek.

-القصر بين الصلاتين يشمل صلاة الظهر والعصر والعشاء وأما المغرب والفجر فلا  تقصر كما جاء في الحديث – (فُرِضَتْ صلاةُ السَّفَرِ والحَضَرِ ركعتينِ ركعتينِ ، فلما أقام رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بالمدينةِ زِيدَ في صلاةِ الحَضَرِ ركعتانِ ركعتانِ ، وتُرِكَتْ صلاةُ الفجرِ لِطُولِ القراءةِ ، وصلاةُ المغربِ لأنها وِتْرُ النهارِ)

✏Qashar antara dua sholat meliputi sholat dhuhur, ashar dan isya. Sedangkan untuk maghrib dan shubuh maka tidak boleh diqashor sebagaimana hadits – (telah diwajibkannya sholat safar dan mukim dua rokaat dan ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menetap di madinah maka ditambah pada sholat mukim menjadi dua roka’at lagi (yaitu menjadi empat) dan sholat shubur tidak termasuk ditambah karena sebab panjang bacaannya dan sholat maghrib itu adalah penutup siang. (haditsnya akan ada pada pembahasan hadits selanjutnya)

– ذكر الإمام مالك هذا الحديث لإثبات مشروعية قصر الصلاة في السفر في حال الأمن وذلك أن القصر الوارد في كتاب الله  مقيد في حال الخوف (وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُواْ مِنَ الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُواْ لَكُمْ عَدُوّاً مُّبِيناً(  4) : 101)

Imam Malik rahimahullah menyebutkan hadits ini sebagai bentuk penetapan disyariatkannya qashar sholat ketika sedang safar dalam keadaan aman dan yang tercantum dalam al-Quran berkenaan dengan qashar sholat adalah dikaitkan dengan kondisi takut/terancam sebagaimana firman Allah Apabila kamu bepergian di muka bumi kmaka tidaklah mengapa kamu menqashar sholatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An-Nisaa: 101)

– رَجُلٍ مِنْ آلِ خَالِدِ بْنِ أَسِيد: قال ابن عبد البر 1- لم يسمي الرجل الذي سأل ابن عمر 2- أسقط من الإسناد رجلا وهو شيخ ابن شهاب روي ابن ماجه أحمد و غيرهما من طريق الليث واسمه عبدالله بن أبي بكر بن عبدالرحمن بن الحارث
وقال عنه الحافظ: صدوق

seorang laki-laki dari keluarga Khalid bin Asid (namanya adalah Ummayah bin Abdullah bin Khalid bin Asiid, tsiqah) Ibnu Abdil Bar berkata,

(cacat hadits ini adalah) 🔺pertama adanya orang yang tidak ada namanya yaitu orang yang bertanya kepada Ibnu Umar,
🔺kedua dalam sanadnya ada perawi yang terputus (tidak disebutkan dalam riwayat Imam Malik diatas namun terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad, Ibnu Majah dan yang lainnya – nanti akan disebutkan sebagai hadits penguat) yaitu gurunya Ibnu Syihab dimana dalam riwayat Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya dari jalan al-Laits dan nama gurunya Ibnu Syihab itu adalah Abdullah bin Abi Bakr bin Abdirrahman bin al-Harits dan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Taqribut Tahdzib menilai beliau sebagai perawi yang Shoduq – benar dalam periwayatannya.

و في الحديث دليل على أن الدين توفيقية – كل شيء تتعلق بالعبادة لا بد بالدليل  من القرآن و السنة الصحيحة

و الله تعالى ذكر الأية تدل على قصر الصلاة في حال الخوف و رسول الله صلى الله عليه و سلم قصر الصلاة في حال الأمن كما الحديث :
✅Dalam hadits tersebut adalah dalil bahwa agama itu taufiqiyah (artinya seluruhnya adalah membutuhkan petunjuk dari Allah) segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah wajib dilandasi dengan dalil dari al-Quran dan as-Sunnah. Allah menyebutkan ayat yang menunjukkan tentang qashar sholat dalam keadaan takut (khouf) dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melakukan qashar sholat dalam keadaan aman dan itu sebagaimana hadits:

عَنْ ابْنِ سِيرِينَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ لَا يَخَافُ إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

Dari Ibnu Siiriin dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah keluar bepergian dari Mekkah ke Madinah, beliau tidak takut kecuali kepada Allah Rabb Semesta Alam, beliau senantiasa melakukan sholat dua roka’at. (HR. An-Nasa-i no. 1435, shohih)

ولكن ابن سيرين لم يسمع من ابن عباس هكذا قال ابن أبي حاتم و موجود رواية عن ابن سرين عن عكرمة عن ابن عباس

👉Namun Ibnu Siiriin (ثقة ثبت tsiqat tsabat – wafat th. 110 H) tidak mendengar dari Ibnu Abbas (wafat 68 H) secara langsung itulah yang dikatakan Ibnu Abi Hatim dan ada riwayat Ibnu Sirin dari Ikrimah (wafat 104 H) dari Ibnu Abbas – artinya Ibnu Sirin tidak pernah mendengar dari Ibnu Abbas kecuali mendapatkannya dari Ikrimah.
✏Hal ini sebagaimana penjelasan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah (wafat th. 852 H) dalam kitabnya Fathul Bari dibawah hadits no. 5404

قَوْلُهُ عَن مُحَمَّد هُوَ بن سِيرِينَ وَوَقَعَ مَنْسُوبًا فِي رِوَايَةِ الْإِسْمَاعِيلِيِّ قَالَ بن بَطَّالٍ لَا يَصِحُّ لِابْنِ سِيرِينَ سَمَاعٌ مِنِ بن عَبَّاس وَلَا من بن عُمَرَ قُلْتُ سَبَقَ

إِلَى ذَلِكَ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ وَكَذَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ عَنْ أَبِيهِ لَمْ يسمع مُحَمَّد بن سِيرِين من بن عَبَّاس يَقُول بلغنَا

✏Perkataanya (sanad hadits – عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا dari Muhammad dari Ibni Abbas radhiallahu’anhuma) dari Muhammad itu maksudnya adalah dari Ibn Sirrin dan dimanshubkan (difathahkan harokatnya) di dalam riwayat al-Isma’ily, Ibnu Baththol berkata,
Tidak shohih dari Ibnu Siiriin bahwa beliau mendengar dari Ibnu Abbas dan tidak pula dari Ibnu Umar, (Al-Hafizh berkata) Aku berkata, telah berlalu yang seperti itu dari Yahya bin Ma’in (wafat 233 H, Imam Jarh wat Ta’diil) dan telah berkata demikian juga Abdullah bin Ahmad (anak Imam Ahmad bin Hanbal) dari bapaknya (Imam Ahmad bahwa) Muhammad bin Sirin tidak mendengar dari Ibnu Abbas dan dia (Ibnu Sirin) senantiasa mengatakan (Balaghona) telah sampai kepada kami.

وَقَالَ بن الْمَدِينِيِّ قَالَ شُعْبَةُ أَحَادِيثُ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ إِنَّمَا سَمِعَهَا مِنْ عِكْرِمَةَ لَقِيَهُ أَيَّامَ الْمُخْتَارِ قُلْتُ وَكَذَا قَالَ خَالِد الْحذاء كل شَيْء يَقُول بن سِيرِين ثَبت عَن بن عَبَّاسٍ سَمِعَهُ مِنْ عِكْرِمَةَ اه-
✏Dan telah berkata Ibnul Madini (rahimahulla wafat 234 H, Pembesar Ahli Hadits dan cacat hadits pada zamannya), “telah berkata Syu’bah – tentang hadits-hadits Muhammad bin Siriin dari Abdullah bin Abbas, bahwasannya ia (Ibnu Siiriin) mendengarnya (kabar dari Ibnu Abbas) dari Ikrimah – dimana Ibnu Siiriin bertemu dengan Ikrimah pada hari yang ditentukan, Aku (Al-Hafizh) berkata, demikianlah yang dikatakan oleh Khalid al-Hadzaa’ – semua yang Ibnu Sirin katakan dari Ibnu Abbas adalah dia dengar dari Ikrimah. (selesai nukilan dari Fathul Bari 9/545-546 cet. Daar ma’rifah 1379 H)

✏Hal itu sebagaimana disebutkan oleh Abu Nu’aim al-Ashbahaani rahimahullah (wafat 430 H) dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ wa Thobaqaah al-Ashfiya’ 5/12, beliau menyebutkan
عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
Dari Muhammad (bin Siiriin) dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.

✏Dalil lain bahwa Nabi Shallallahu’alahi wasallam melakukan qashar shalat dalam keadaan aman adalah hadits berikut:

4 – (686) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، – قَالَ إِسْحَاقُ: أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرُونَ: حَدَّثَنَا – عَبْدُ اللهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي عَمَّارٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بَابَيْهِ، عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ، قَالَ: قُلْتُ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ: {لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ، إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا} فَقَدْ أَمِنَ النَّاسُ، فَقَالَ: عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتُ مِنْهُ، فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ «صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللهُ بِهَا عَلَيْكُمْ، فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ»
✏Telah berkata Imam Muslim rahimahullah (w. 261 H), Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dan Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim. Ishaq mengatakan telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang lainnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abu Ammar dari Abdullah bin Babaaihi dari Ya’la bin ‘Umayyah, katanya, Aku berkata kepada Umar bin Khatthab mengenai ayat ” Tak ada dosa atasmu mengqashar sholat jika kamu khawatir terhadap orang-orang kafir yang hendak memeberi cobaan kepadamu (QS An-Nisaa 101) ” sementara manusia saat ini dalam kondisi aman (maskudnya tidak dalam keadaan perang) Umar menjawab, “Sungguh aku juga merasa penasaran, tentang ayat itu sebagaimana mana yang kau rasakan, lalu aku tanyakan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentang ayat tersebut, beliau lalu menjawab, “Itu – mengqoshor sholat – adalah shodaqah yang Allah berikan kepada kalian. Oleh karena itu terimalah shodaqah-Nya. (HR. Muslim no. 686 (4), at-Tirmidzi no. 3034 , Abu Dawud no. 1199,  Ibnu Majah no. 1065)

وفي القرآن : {إِنْ خِفْتُمْ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا } [النساء: 101] –  هذا “إن ” لبيان الواقع في وقت نزول الأية

Sedangkan dalam al-Quran disebutkan “jika kamu khawatir terhadap orang-orang kafir yang hendak memberi cobaan kepadamu” (QS. An-Nisaa 101) lafazh “In” jika – itu sebagai penjelas tentang keadaan nyata pada saat diturunkannya ayat.

〰〰〰〰〰〰〰〰
💊HADITS Al Muwaththo no. 389:
〰〰〰〰〰〰〰〰
389 – حَدَّثَنِي يَحْيَى، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ آلِ خَالِدِ بْنِ أَسِيدٍ، أَنَّهُ سَأَلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّا نَجِدُ صَلَاةَ الْخَوْفِ، وَصَلَاةَ الْحَضَرِ فِي الْقُرْآنِ، وَلَا نَجِدُ صَلَاةَ السَّفَرِ؟ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: «يَا ابْنَ أَخِي إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بَعَثَ إِلَيْنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، [ص:146] وَلَا نَعْلَمُ شَيْئًا. فَإِنَّمَا نَفْعَلُ، كَمَا رَأَيْنَاهُ يَفْعَلُ» حسن

✏Telah menceritakan kepadaku (Ubaidilah bin Yahya bin Yahya al-Laitsi) Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab (Muhammad bin Muslim, faqih hafizh mutqin, wafat 124 H) dari seorang laki-laki dari keluarga Khalid bin Asid (namanya adalah Ummayah bin Abdullah bin Khalid bin Asiid, tsiqah) dia bertanya kepada Abdullah bin Umar, “Wahai Abu Abdirrahman! Dalam alquran kami hanya mendapati shalat khauf dan shalat ketika mukim. Kami tidak mendapati ayat yang menjelaskan shalat ketika safar?” Ibnu Umar berkata; “Wahai keponakanku! Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita dan kita tidak mengetahui apa-apa. Kita hanya mengerjakan apa yang kita melihat beliau mengerjakannya.”

:idea:DERAJAT Hadits: hasan

الشواهد
💬Hadits penguatnya:

1066 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ قَالَ: أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أُمَيَّةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَالِدٍ، أَنَّهُ قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: إِنَّا نَجِدُ صَلَاةَ الْحَضَرِ وَصَلَاةَ الْخَوْفِ فِي الْقُرْآنِ، وَلَا نَجِدُ صَلَاةَ السَّفَرِ؟ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ: «إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ إِلَيْنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا نَعْلَمُ شَيْئًا، فَإِنَّمَا نَفْعَلُ كَمَا رَأَيْنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ» صحيح

Imam Ibnu Majah rahimahullah (w. 273 H)  berkata, Telah menceritakan kepada kami
🚩Muhammad bin Rumh, (محمد بن رمح بن المهاجر بن المحرر بن سالم التجيبى,
Muhammad bin Rumh bin Al-Muhajir bin Al-Muharar bin Saalim at-Tujibiy,  ثقة ثبتtsiqah/terpercaya tsabt/kokoh hafalannya, wafat th. 242 H)
dia berkata, telah memberitakan kepada kami
🚩Al-Laits bin Sa’ad (
الليث بن سعد بن عبد الرحمن الفهمى,
al-Laits bin Sa’ad bin Abdirrahman al-Fahmi, ثقة ثبت فقيه إمام tsiqah/terpercaya tsabt/kokoh hafalan faqiih/banyak ilmunya imam, wafat th175 H)
dari 🚩Ibnu Syihab
محمد بن مسلم
(Muhammad bin Muslim, Al-Faqih/Banyak pengetahuannya, al-Hafizh/banyak hafalannya, Mutaffaq ‘ala jalaalatihi – disepakati atas kemuliannya dan kokoh periwayatannya, wafat 125 H)
dari 🚩Abdullah bin Abu Bakr bin Abdurrahman (
عبد الله بن أبى بكر بن عبد الرحمن بن الحارث بن هشام القرشى المخزومى,
Abdullah bin Abi Bakr bin Abdirrahman bin al-Harits bin Hisyam al-Qurashi al-Makhzumi, shoduq/benar periwayatannya –haditsnya hasan)
dari
🚩Umayyah bin Abdillah bin Khalid (
أمية بن عبد الله بن خالد بن أسيد بن أبى العيص,
Umayyah bin Abdillah bin Khalid bin Asiid bin Abi al-Ash, wafat th. 83 H, tsiqah),
dia berkata kepada
🚩Ibnu Umar radhiallahu’anhuma (shahabat wafat 73 H), ‘Dalam Al-Quran kami mendapati ada shalat hadzari/mukim dan shalat khauf, tetapi kami tidak mendapati (dalil) tentang sholat safar? Lalu Abdullah bin Umar menjawab, “Allah yang telah mengutus Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam kepada kami sedang kami tidak mengetahui apa-apa, maka kami melakukan sebagaimana  kami melihat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam melakukannya.”
(HR. Ibnu Majah no. 1066, shohih)

Lihat juga Musnad Imam Ahmad no. 5683, An-Nasa-i dalam kitab as-Sunan al-Kubro no. 1905, Shohih Ibni Khuzaimah no. 946.

📚FAWAID:
〰〰〰〰〰
1⃣   Kesempurnaan Islam terlihat dalam segala aspek kehidupan, termasuk keringanan dalam sholat berupa qashar alias meringkas sholat yang 4 rokaat menjadi 2 rokaat.
2⃣   Qashar sholat hanya berlaku pada sholat Dhuhur, Ashar dan Isya saja.
3⃣  Qashar sholat itu berlaku baik dalam keadaan takut maupun aman dan itu adalah dianjurkan bagi orang yang bersafar.
4⃣   Muhammad bin Siiriin tidak mendengar langsung hadits dari Ibnu Abbas namun mendengarnya dari Ikrimah
5⃣   Dalil dari Al-Quran itu didetailkan dengan Hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam yang shohih.
6⃣   Wajibnya berpegang kepada dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman para ahli hadits, tidak boleh Islam itu hanya ditafsirkan secara partial/sebagian saja namun harus menyeluruh dalam segala aspek kehidupan.
7⃣   Keontetikan dan keilmiyahan dalil itu sangat diperlukan dalam praktek ibadah bukan hanya sekedar mengikuti adat dan omongan orang tertentu.

Semoga Bermanfaat
🚰 Zaki Abu Kayyisa
〰〰〰〰〰〰〰〰
Silahkan Bergabung via WA
📚FAWAID
Al MUWATHTHO
wa Zaidah💦

Akhwat : +971 566921 841
                 +6282122630645
Ikhwan : +971 563000 370


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.