TERAPI FUTUR DAN KENDORNYA SEMANGAT AGAMA
علاجُ الفُتورِ وضَعْفِ التَّديُّن
● الشَّيخ ابن عثيمين رحمه الله :
Syaikh Ibnu ‘Utsaimîn rahimahullâhu ditanya :
◆السؤال : أريد أن أسألك بخصوص الفتور أسبابه وعلاجه، فالإنسان يشعر بضعف دينه أحياناً؟.
PERTANYAAN : Saya ingin bertanya kepada Anda, khususnya berkenaan dengan masalah futur, faktor-faktor penyebabnya beserta terapinya, karena acap kali seseorang menjadi kendor agamanya?
◆الجواب :
الإنسان لا يمكن أن يكون على وتيرة واحدة، حتى الصحابة قالوا: يا رسول الله! إننا عندك نتعظ ونؤمن، وإذا ذهبنا إلى أهلنا –النساء والأولاد- نسينا، فقال: “ساعة وساعة “.
JAWABAN :
Seseorang tidak mungkin selalu dalam pola yang sama, bahkan para sahabat sendiri sampai mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya kami apabila berada di sisi Anda selalu merasa ingat dan beriman, namun apabila kami kembali kepada keluarga kami, yaitu bersama isteri dan anak-anak kami, sering kali kami menjadi lupa.”
Rasûlullâh menjawab, “Ada waktu (kamu semangat) dan ada waktu (kamu pun lupa)
لا يمكن للإنسان أن يكون على وتيرة واحدة، لكن يحافظ الإنسان على صلاح القلب، وإذا صلح القلب صلح الجسد كله :
Tidaklah mungkin seseorang itu selalu dalam kondisi yang sama. Namun, seseorang hendaknya menjaga kebaikan hatinya, karena apabila hatinya baik maka akan baik pula seluruh jasadnya.
◇- يدع الخوض فيما لا يعنيه
◇- يدع النزاع الذي لا فائدة منه.
◇- يدع التحزب الذي فرَّق الأمة.
◇- ويقبل على الله عز وجل.
-◇ Hendaknya dia tinggalkan menyibukkan diri dengan hal yang tidak bermanfaat
-◇ Hendaknya ia tinggalkan perdebatan yang tidak ada faidahnya
-◇ Hendaknya ia meninggalkan tahazzub (bergolong-golongan) yang memecah belah umat
-◇ Dan hendaknya ia hanya menghadapkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla
ولهذا ترى العامي خيراً في عقيدته وإخلاصه من كثير من طلاب العلم، الذين ليس لهم هم إلا الأخذ والرد، والقيل والقال، وماذا تقول يا فلان؟ وماذا تقول في الكتاب الفلاني؟ وفيما كتبه فلان؛ هذا هو الذي يضيع العبد ويسلب قلبه عن الله عز وجل، ولا يجعل له هماً إلا القيل والقال.
Karena itulah, kamu bisa lihat seorang yang awam bisa jadi lebih baik akidah dan keikhlasannya daripada kebanyakan para penuntut ilmu, dimana mereka banyak disibukkan dengan bantah membantah, desas desus (qîla wa qôla), (pertanyaan-pertanyaan tidak bermanfaat seperti) “apa pendapatmu wahai Fulân?”, “Apa pendapatmu terhadap buku si Fulân”, apa yang ditulis oleh si Fulân… kesemua inilah yang menyia-nyiakan seorang hamba dan memalingkan hatinya dari Allâh Azza wa Jalla, sehingga perhatiannya hanya kepada desas-desus tidak jelas….
Dialihbahasakan oleh Abû Salmâ dari Multaqô ad-Du’ât ilallâh
Posted from WordPress for Android