SURAT TERBUKA KEPADA SYAIKH MUHAMMAD BAZMÛL (BAG 1)

 Dec, 07 - 2014   no comments   Rudud & Syubuhat

Menguak Manhaj Standar Ganda Jama’ah Tahdzir

Syaikh Sâlim ath-Thawîl, ulama salafî Kuwait, menuliskan surat terbuka kepada Syaikh Muhammad Bazmûl, yang diantara tujuannya adalah untuk melaporkan tindakan adik nya yang bernama DR. Ahmad Bazmûl (yang dijarh Syaikh ‘Ubaid sebagai Syaikhul Faj’ah (karbitan), tidak bisa dipercaya dan tukang fitnah). Karena banyak faidah di dalam surat terbuka beliau ini, maka sengaja saya terjemahkan dan posting ke dalam blog ini dalam dua edisi.

Berikut adalah isi surat beliau yang termuat di dalam blog pribadi beliau :

Segala puji hanyalah milik Allâh semata, dan semoga shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi yang tidak ada lagi Nabi setelahnya. Amma Ba’du :

Ini adalah surat yang kutulis untuk Syaikh DR. Muhammad Bazmûl waffaqohullâhu, dan saya sebarkan untuk memperluas faidah. Berikut ini adalah redaksinya :

Dari Sâlim bin Sa’ad ath-Thawîl kepada saudaraku yang mulia, Syaikh DR. Muhammad bin ‘Umar Bazmûl, semoga Allâh Ta’âlâ menjaga Anda.

Assalâmu’alaikum Warohmatullâhi Wabarokâtuhu

Akhîl Karîm (Saudaraku yang mulia), salah seorang saudara kami yang berprofesi sebagai businessman di Kuwait beserta sebuah perkumpulan kecil, meminta bantuan kepada saudara Anda, Ahmad Bazmûl, supaya berbicara mewakili mereka, lalu mereka mendistribusikan ucapannya (Ahmad Bazmûl) semenjak lebih dari setahun yang lalu dan sampai saat ini ucapan dia masih tetap tersebar, yaitu ucapannya yang berjudul “Tahdzîr Ahmad Bazmûl kepada Sâlim ath-Thawîl”. Saya akan menukilkan kepada Anda ucapannya per bagian berikut komentar saya, dan saya menunggu tanggapan Anda, dengan harapan Allâh memberikan Anda taufiq agar dapat menghukumi dengan benar dan Anda dapat mengucapkan kalimat sehingga pada hari kiamat nanti, Anda terlepas dari pertanggungan ini di sisi Allah. Apalagi saudara Anda ini menyebutkan Anda sebagai salah satu gurunya dan abangnya.

Saudara Anda berkata : “Sâlim ath-Thawîl adalah orang yang MENGAKU-NGAKU (yaz’amu) bahwa dirinya salafî atau dirinya dari kalangan salafîyîn”

Tanggapan saya : “Perkataan “MENGAKU-NGAKU” (yaz’amu) seringkali diucapkan kepada orang yang klaim/dakwaannya dusta/tidak benar, sebagaimana dalam firman Allâh Ta’âlâ :

{زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ}

“Orang-orang kafir mengira (za’ama) bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakan, iya demi tuhanku, kalian benar-benar akan dibangkitkan” (QS at-Taghâbûn : 7)

Yang kufahami dari ucapan adik Anda ini, juga difahami oleh orang lain, bahwa saya hanyalah sekedar mengaku-ngaku salafî namun saya bukanlah seorang salafî. Apakah Anda setuju dengan adik Anda ini wahai Syaikh Muhammad?! berdasarkan hal-hal yang akan kupaparkan pada Anda nanti ini dia membangun vonisnya. Kemudian wahai Syaikh Muhammad, perhatikanlah apa yang disebutkan oleh Adik Anda, apakah mengharuskan saya untuk dikeluarkan dari salafiyah?!

Adik Anda berkata, “Akan tetapi, ditemukan pada manhajnya, ucapannya, dan tulisan-tulisannya, banyak hal yang mengharuskan untuk mentahdzir darinya.”

Tanggapan saya : Wahai Syaikh Muhammad, saya harap Anda bisa memberikan perhatian pada kritikan-kritikan saudara Anda kepada saya tentang manhaj saya, apakah yang dipaparkan olehnya memang benar mengharuskan saya untuk ditahdzir secara syar’î, bukan karena kebiasaan pribadi saudara Anda?

Adik Anda berkata, “Dia (Sâlim ath-Thawîl) telah dinasehati tentang (kesalahannya) ini.”

Tanggapan saya : Siapa yang telah menasehatiku? Sebutkan pada kami orang-orang tersebut (yang diklaim telah menasehatiku, pent.)? Kenapa dia menyembunyikan nama-nama para penasehat tersebut?

Adik Anda berkata, “Diantara contoh kesalahannya adalah, pujiannya kepada sebagian turotsîyîn.

Tanggapan saya : Apakah memuji sebagian turotsîyîn itu mengeluarkan dari salafîyah?! Lalu tentang apakah saya memuji mereka?! Apakah dengan kebenaran ataukah kebatilan?! Sesungguhnya pujian terbesar kepada seseorang adalah Anda menyebutnya sebagai muslim muwahhid, lantas apakah ketika aku mengatakan “Fulân turôtsî itu seorang muslim muwahhid” maka saya dikeluarkan dari salafiyah lantaran ucapan ini? Dan apabila Syaikh Muhammad atau yang lainnya ketika memuji sebagian turôtsîyîn juga akan dikeluarkan dari salafiyah, ataukah vonis ini hanya berlaku khusus bagi Sâlim ath-Thawîl?!

Adik Anda berkata, “Dia (Sâlim ath-Thawîl) menetapkan bahwa dirinya memiliki hubungan dengan mereka (turôtsîyûn) dan memuji mereka. Dia berkata di dalam salah satu artikelnya : Sesungguhnya Saya (Sâlim ath-Thawîl) dengan segala pujian bagi Allâh, mencintai saudara-saudara saya kaum muslimin baik mereka dari Jum’iyah Ihyâ`ut Turôts atau selainnya, saya mengakui hak-hak mereka dan menjaga kehormatan mereka sesuai dengan batasan. Saya berpendapat bahwa ada diantara simpatisan jama’ah at-Turôts ini orang-orang yang memiliki keutamaan, ilmu dan agama –saya mengira demikian dan hanya Allâh lah semata yang mengetahui mereka serta saya tidak mensucikan seorang makhlukpun di hadapan Allâh-. Diantara mereka ada kalangan ahli Qur’an semisal para masyaikh yang mulia seperti Syaikh Muhammad al-Hamûd an-Najdî, Syaikh Dâwûd al-‘As’ûsî, Syaikh Ibrâhîm al-Anshârî, Syaikh Faishal al-Qazzâr (al-Jâsim), dll. Diantara mereka pula orang-orang yang telah kusebutkan nama-nama mereka dari kalangan pemilik keutamaan.”

Saya berkata : Wahai Syaikh Muhammad, apakah di dalam ucapan saya di atas menetapkan bahwa saya memiliki hubungan dengan mereka?! Sebagai informasi, orang-orang yang saya sebut di atas, saya tidak mengetahui tempat tinggal mereka dan belum pernah masuk ke rumah mereka sampai saat ini. Mereka pun tidak mengetahui tempat tinggal saya dan belum pernah masuk ke rumahku sampai saat ini. Saya belum pernah mengunjungi mereka, dan merekapun juga belum pernah mengunjungiku!!! Kecuali Syaikh al-Hamûd, saya pernah mengunjungi rumah beliau yang lama bukan yang sekarang, dan itu pun sudah lebih dari 23 tahun yang lalu!!!

Adik Anda berkata, “Sâlim ath-Thawîl berkata : Sampai saat ini saya tidak mengingat pernah berlaku buruk kepada mereka, dan saya pun tidak tahu ada di antara mereka yang juga berlaku buruk kepada saya. Walhamdulillâh.”

Saya berkata : Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamîn. Lantas apa masalahnya? Bukankah mereka muslim?! Bukankah hak kaum muslimin yang harus ditunaikan seorang muslim adalah mereka selamat dari lisan dan tangannya?! Kemudian taruhlah saya berselisih dengan mereka, apakah ini artinya saya harus mengibarkan bendera permusuhan dan kebencian kepada mereka dan mengumandangkan peperangan terhadap mereka?!!

Wahai Syaikh Muhammad, saya tunggu komentar Anda terhadap ucapan adik Anda ini. Dan saya ingatkan Anda agar bertakwa kepada Allâh Ta’âlâ sebelum Anda menghukumi.

Adik Anda berkata, “Ini menunjukkan pujian Sâlim ath-Thawîl kepada sebagian pengikut Ihyâ`ut Turôts.

Saya berkata : Apakah orang yang memuji sebagian pengikut Ihyâ`ut Turôts maka dia telah bermaksiat kepada Allâh dan Rasul-Nya? Apa yang terjadi pada Anda, bagaimana caranya Anda menetapkan (hukum yang salah tersebut)?!

Adik Anda berkata, “Termasuk kesalahan Sâlim ath-Thawîl pula yang wajib untuk ditahdzir adalah dia berpendapat bahwa khilâf (perselisihan) antara Jum’iyah Ihyâ` at-Turôts al-Islâmî bukanlah perselisihan yang bersifat aqidah (khilâf ‘aqodî).

Jawaban Saya : Apakah jika saya tidak berpendapat bahwa khilâf dengan at-Turôts itu adalah khilâf ‘aqodî akan menyebabkan saya keluar dari salafîyah?! Wahai Syaikh Muhammad Bazmûl, tidakkah Anda mendengar atau membaca apa yang dikatakan oleh adik Anda ini?! Kemudian, wahai Syaikh, apakah setiap orang yang tidak berpendapat bahwa perselisihan kita dengan Jum’iyah at-Turôts adalah khilaf ‘aqodî maka dengan serta merta keluar dari salafîyah, ataukah vonis ini hanya berlaku hanya untuk Sâlim ath-Thawîl?!

Lalu, Wahai Syaikh Muhammad, apakah ketika Anda menghadiri (acara Ihyâ`ut Turôts) itu dengan pandangan bahwa perselisihan dengan Jum’iyah at-Turôts itu dalam hal aqidah?! Apabila Anda mengiyakan, lantas mengapa Anda mengunjungi mereka di Kuwait, turut serta di dalam acara muktamar mereka, bermajlis dan bercampur dengan mereka? DAN KENAPA ADIK ANDA TIDAK MENGELUARKAN ANDA JUGA DARI SALAFIYAH?!!

Adik Anda berkata, “Bahkan Sâlim ath-Thawîl memandang bahwa mereka (at-Turôts) itu keliru, namun tetap memungkinkan untuk tetap bermu’amalah dengan mereka dan tidak menghajr mereka.”

Tanggapan Saya : Wahai Syaikh Muhammad, saya benar-benar ingin tahu dan orang lain juga ingin tahu, bagaimana komentar Anda terhadap ucapan ini? Apakah layak bagi adik Anda mengeluarkan pendapat tentang saya ataupun selain saya, sedangkan dia dalam tingkatan seperti ini saja sudah menvonis orang lain, mengeluarkan dan memasukkan orang dari salafîyah?! Wahai Syaikh Muhammad, betapa saya sangat menyayangkan sikap Anda ketika Anda ditanya oleh seorang ikhwah tentang Syaikh Haitsâm bin Sarhân, Anda malah menjawab, “saya tidak kenal dia, ini nomer hape adikku Ahmad, tanyalah padanya!!” Allâhul Musta’ân.

‘Alâ Kulli Hâl, kami menunggu komentar Anda. Sesungguhnya kami benar-benar menantikan dapat mendengarkan ucapan yang haq yang Allâh Ta’âlâ ridhai. Semoga Allâh memberkahi Anda.

Adik Anda berkata : “Dan ucapan sejumlah ikhwah, demikian pula ucapan Syaikh Falâh Mandakâr hafizhahullâhu Ta’âlâ, bahwa sesungguhnya Syaikh Sâlim ath-Thawîl memiliki percekcokan dan perbantahan dengan ihyâ`ut turôts. Iya, sebagaimana al-Halabî juga memiliki bantahan terhadap ihyâ`ut turôts namun dia tetap berkawan dengan mereka, makan dan minum dengan mereka!!! Allâh Azza wa Jalla telah menjelaskan sifat ahli kitab bahwa mereka

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ

“Mereka satu sama lain tidak mencegah dari kemungkaran yang mereka kerjakan”

Sebagaimana dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ * كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Dilaknatilah orang-orang kafir dari kalangan Bani Isrâ`îl dengan lisan Dâwûd dan Îsâ bin Maryam lantaran mereka berbuat durhaka dan melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak mencegah dari kemungkaran yang mereka kerjakan, dan sungguh amat buruk apa yang mereka kerjakan.” (al-Mâ`idah : 78-79).

Tanggapan Saya : Coba baca wahai Syaikh Muhammad Bazmûl, apa yang diucapkan oleh adikmu, Ahmad Bazmûl?!!

PERTAMA, dia mencoba mengait-ngaitkan saya dengan Syaikh ‘Alî al-Halabî dalam kondisi yang sesuai maupun tidak sesuai.

KEDUA, dia mengakui bahwa saya memiliki percekcokan dan perbantahan dengan ihyâ`ut turôts. Lantas, apa lagi yang dia inginkan? Apakah dia menghendaki agar saya menvonis mereka sebagai mubtadi’? Apabila dia menghendaki agar saya menvonis bid’ah mereka, lantas siapa yang menvonis mereka dengan mubtadi’ sebelum saya? Apakah Syaikh Muhammad Bazmûl juga menvonis mereka sebagai mubtadi’? Ataukah dia bermaksud agar saya menjadi orang pertama yang menvonis mereka sebagai mubtadi’? Berikanlah kami fatwa semoga Allâh memberikan Anda pahala.

Wahai Syaikh Muhammad Bazmûl, apabila Anda sendiri tidak menvonis mereka sebagai mubtadi’, dan tidak pula berpendapat bahwa khilâf dengan mereka adalah khilâf ‘aqodî, namun mengapa adik Anda tidak turut mengeluarkan Anda dari salafîyah dan mengatakan kepada Anda bahwa Anda hanya sekedar mengaku-ngaku sebagai salafî?! Namun, apabila Anda menvonis mereka sebagai mubtadi’, lantas mengapa Anda tetap mengunjungi mereka, turut serta dalam acara mereka, bersahabat dengan mereka, dan makan minum dengan mereka?!

Saya tidak mengingkari Anda lantaran Anda makan dan minum dari mereka, sebab Allâh Ta’âlâ sendiri yang menghalalkan bagi kaum muslimin, bahkan makanan ahli kitab. Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam sendiri pernah memenuhi undangan makan seorang wanita yahudi yang menghidangkan kepada beliau daging lembu yang beracun. Namun (saya mengingkari Anda), lantaran ucapan adik Anda yang Allâh tidak pernah menurunkan dalil tentangnya. Saat ini wahai Syaikh Muhammad, orang-orang menyimpang telah memenuhi seisi bumi. Dimana saja Anda pergi, niscaya Anda akan dapati mereka di hadapan Anda, bahkan di Universitas Ummul Quro’ sekalipun ataupun di kantor kerja Anda dan adik Anda. Lantas apakah bisa dikatakan bahwa kalian berdua telah terjatuh kepada perbuatan Bani Isrâ`îl?!!

Kemudian, bagaimana adik Anda bisa tahu bahwa saya tidak mengingkari penyelewengan at-Turôts atau selain mereka? Saya pribadi acap kali melakukan pengingkaran walaupun tidak ada yang mengetahuinya. Apakah saya wajib menginfokan kepada adik Anda tentang pengingkaranku ini?! Taruhlah saya hanya mampu melakukan pengingkaran dengan hati dan ini adalah selemah-lemahnya iman dan Allâh sendiri yang memberikan keringanan ini, maka atas dasar hak apa adik Anda bisa mengeluarkan saya dari salafîyah?!

Sekali lagi kami menunggu komentar Anda, dan alangkah mengherankan keadaan Anda wahai Syaikh Muhammad –semoga Allâh mengampuni Anda- bahwa Anda bisa terbebas dari jarh saudara Anda!!

Adik Anda berkata, “Juga termasuk kesalahan Sâlim ath-Thawîl dan ini kesalahan yang fatal bukan kesalahan kecil, bahwa dia menyerupakan salafîyîn dengan takfîrîyîn (kaum yang mudah menvonis kafir kepada kaum muslimin, pent)!! Apabila kaum takfirîyûn mengatakan, “jihad jihad jihad”, maka salafîyûn mengatakan, “Sunnah Sunnah Sunnah”!!

Tanggapan saya :

PERTAMA, siapakah salafîyûn yang saya serupakan dengan takfîrîyûn? Jika yang dia kehendaki bahwa yang saya maksudkan adalah seluruh salafîyûn atau setiap salafî yang ada di muka bumi ini, maka ini batil! Namun, jika yang dia kehendaki dengan ucapan “salafîyûn” adalah masih general yang perlu pengkhususan, maka terangkan kepada kami siapa mereka?

KEDUA, Kapan saya mengatakan ini? Mana redaksi ucapan saya? Apa konteksnya? Dan sungguh, demi Allâh, saya senatiasa berupaya berbaik sangka dengan diri saya sendiri dan saya benar-benar menjauhi dari mengingkari seseorang yang menyeru kepada Sunnah, lantas saya katakan : “Sunnah Sunnah Sunnah”

KETIGA : Sebagian orang kadang-kadang mengucapkan “Sunnah Sunnah Sunnah” padahal dia memerangi para penyeru Sunnah dan berupaya menjatuhkan kredibilitas mereka dan mentahdzir mereka serta menghasut para penyeru Sunnah, masyaikh dan para ulama. Semoga Anda mengetahui siapakah kebanyakan mereka ini wahai Syaikh Muhammad, dan semoga Allâh memberikan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.

KEEMPAT : Bukanlah suatu hal yang tertolak baik menurut syara’ maupun rasio, bahwa sebagian kaum muslimin dapat terjatuh kepada penyerupaan terhadap orang-orang kafir, munafik, Yahudi, Nasrani, takfrî, khawârij atau selain mereka. Apakah musti jika seorang berkata bahwa Fulan memiliki kesamaan dengan takfirîyûn maka dia dikeluarkan dari salafîyah lantaran ucapannya tersebut? Apa yang terjadi pada Anda, bagaimana caranya Anda menetapkan (hukum yang salah tersebut)?!

[bersambung insyâ Allâh]

 


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.