KISAH NYATA: TAUBATNYA SEORANG TUKANG TAHDZIR

 Nov, 23 - 2014   1 comment   IbrahKisah NyataRudud & Syubuhat

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد:

Dahulu saya tenggelam di dalam lumpur ghuluw (keekstreman) dan ketergesa-gesaan. Saya menyangka bahwa tahdzir terhadap ulama ahlis sunnah -yang dulunya saya menyangka mereka adalah sejelek-jelek ahli bid’ah- adalah lebih baik dari pada berjihad terhadap orang-orang kafir –sebagai bentuk analogi terhadap jihad terhadap ahli bid’ah-.

Saya dan kroni-kroni saya memenuhi majlis-majlis kami dengan menyebut semisal Syaikh Al Halaby, Syaikh Al Maghrowy, Syaikh Abul Hasan Al Ma’riby dll dengan celaan dan makian. Dan kami mengharap pahala di sisi Allah dengan itu semua. Kami menganggapnya sebagai ghibah di jalan Allah dan sebagai realisasi terhadap nasehat Imam Ibnu Ma’in, “Mari sejenak mencela di jalan Allah”…. wala haula wala quwwata illa billah.

Rabb-ku yang ada di langit yang tinggi mengetahui bahwa pemikiran ekstrem yang menyimpang ini ada di hati kami, baik berupa kebencian dan kedengkian terhadap para ulama tadi, melebihi derajat kebencian kami terhadap gembong ahli bid’ah di awal islam seperti Jahm bin Shafwan, Ja’ad bin Dirham, ataupun Bisyr Al Marrisy. Dan juga melebihi kebencian kami terhadap gembong ahli bid’ah kontemporer seperti Sayyid Quthb, Muhammad Al Ghazali, DR Abdurrahman Al Buthi, ataupun Hasaan As Saqqof (As Segaf) dll…

Bagaimana tidak, karena para ulama tadi menurut Syaikh Rabi’ adalah sejelek-jeleknya ahli bid’ah, sedusta-dustanya ahli bid’ah, seburuk-buruknya ahli bid’ah. Bahkan mereka lebih buruk dari Muhammad Abduh, rafidhah, bahkan yahudi dan nashara.

Saya terus memiliki anggapan seperti itu sampai akhirnya Allah memberikan anugerah kepada saya dengan mempertemukan saya dengan seorang sahabat lama saya yang saya ketahui memiliki keistiqomahan, akhlak, ilmu serta adab.

Dahulu sepuluh tahun yang lalu beliau menjadi sebab hidayah bagi saya untuk mengenal manhaj salafy. Sebagaimana pula beliau menjadi sebab hidayah bagi saya untuk bertaubat dan meninggalkan manhaj ahli ghuluw (metode orang-orang yang extrim melampaui batas), manhaj jarh wat tajrih (celaan & makian) wal isqoth wat tabdi’ (menjatuhkan nama baik dan membid’ahkan).

Saya duduk bersama sahabat saya tadi –kebetulan beliau adalah murid Syaikh Muhammad Ali Al Firkus. Setelah berbincang-bincang dan merambah kepada tema keadaan dakwah salafiyyah, saya mengeluhkan kepada sahabat saya tadi tentang gerakan pengikut Al Halaby di negri kami dan pembelaan mereka terhadap syaikh mereka yang ahli bid’ah itu. Bagaimana mereka mempengaruhi banyak sekali dari para pemuda salafy agar mengikuti kebid’ahan mereka yang jelek. Demi Allah, sahabat saya tadi tidak bereaksi apa-apa melainkan hanya tersenyum saja. Padahal saya kala itu dalam keadaan menggebu-gebu dan menggelora seperti seekor onta yang sedang murka.

Beliau memegang tangan saya dan bertanya apakah saya masih mempercayai keilmuan serta keagamaan beliau ? Sayapun lantas menjawab dengan jawaban yang positif –karena memang demikianlah keadaannya kala itu-. Kemudian beliau berterus terang bahwa beliau termasuk diantara orang yang membela Syaikh Ali Hasan Al Halaby dan saudara-saudara beliau dari kalangan masyayikh negri Syam, murid-muridnya Al Imam Al Albani.

Demi Allah seketika itu juga saya tersentak kaget dan nyaris saja saya berdiri untuk memukul sahabat saya tadi. Hanya saja beliau mampu menenangkan saya dengan perkataannya yang baik serta adab dan sopan santun yang mulia sembari meminta kepada saya agar tidak tergesa-gesa dalam bertindak. Lantas sayapun bangkit meninggalkan beliau dalam keadaan murka.

Dan malam itu aku tidur dengan keadaan yang paling buruk, aku bertanya pada diriku sendiri : Apakah masuk akal jika si Fulan tadi mengikuti hawa nafsunya, apakah masuk akal jika si fulan tadi adalah ahli bid’ah yang sesat ??? Dan hati kecilku mengatakan tidak ,,, tidak ,,, tidak.

Akan tetapi aku lantas berfikir, barangkali saja si Fulan (sahabat saya tadi) sedang berpura-pura dan menyembunyikan madzhabnya. Kemudian aku bertemu kembali dengan sahabat saya tadi, beliau memberikan bingkisan kepada saya dan berpesan agar jangan sekali-kali di buka melainkan di rumah saya.

Ketika aku membuka
Bingkisan tersebut, aku mendapati sesuatu yang merubah jalan hidupku, membuka mataku yang buta, mengorek telingaku yang tuli, mencerahkan hatiku yang lalai …… aku mendapati di dalam kresek tersebut kitab “Manhaj Salafus Shalih” (download di sini  : http://www.ballighofiles.com/emad/manhajalsalaf.pdf)  karya Syaikh Ali Hasan Al Halaby, dan di dalam kitab tersebut terdapat surat dari sahabat saya tadi yang meminta saya untuk membaca kitab tersebut.

Selama beberapa waktu aku membiarkannya lantaran mengingat perkataan para syaikh seputar tahdzir tehadap kitab tersebut, dan larangan untuk membaca ataupun melihatnya. Sayapun meninggalkan kitab tersebut selama beberapa hari. Ketika hatiku berkeinginan untuk membukanya aku membaca “Astaghfirullah” –kalian (pembaca tulisan ini) boleh saja merasa heran tapi itulah kenyataan yang terjadi-

Lantas akupun beristikhoroh memohon petunjuk Allah dan aku memutuskan untuk membaca bagian awalnya saja, dan sekedar melihat indeks-nya serta mengambil faidah yang memang saya inginkan. Apa yang aku dapatkan ??? Ya Allah apa yang saya dapatkan ??? ilmu yang bergelombang, adab yang santun serta nukilan-nukilan ilmiyyah dari para ulama’ yang terdahulu maupun yang kontemporer.

Saya mendapati dalam kitab tersebut ketetapan terhadap pokok dakwah salafiyyah dalam masalah : Hajr, menguji ahli sunnah, bantahan terhadap orang yang menyimpang, serta permasalahan ilzam (pemaksaan pendapat) dalam ranah jarh wat ta’dil, dan juga jarh mufassar yang di dahulukan dari pada ta’dil serta maksud dari kaidah ini. Perbedaan antara jarh mufassar dengan jarh muqni’ serta jarh mu’tabar.

Demi Dzat yang telah menganugerahkan hidayah kepadaku, sungguh aku tidak ragu lagi bahwa isi buku tersebut adalah haq. Aku melihat adab yang mulia dari Syaikh Ali Hasan Al Halaby ketika membantah orang-orang yang mencela beliau, demikian pula cara beliau memberikan gelaran-gelaran berbau ilmu terhadap lawan beliau, dan setiap kali beliau menyebut nama mereka, beliau mendo’akan mereka dengan ucapan : “Semoga Allah meluruskan beliau”, “Semoga Allah memberikan taufik terhadap beliau”.

Maka akupun menangis tersedu-sedu dan menyesal sejadi-jadinya atas apa yang telah aku ucapkan selama ini. Akupun lantas menelpon sahabat saya tadi dan memberitahu apa yang terjadi pada diriku. Beliau sangat berbahagia dan mengunjungi aku sembari membawa dua kitab lagi berjudul “Qurrotu ‘Uyunuis salafiyyin” ( download : http://www.4shared.com/file/5bnTGgDK/__-pdf.html ) tulisan Syaikh Ali Abu Haniyyah semoga Allah menganugerahkan taufik kepada beliau dan kitab “Shoddut Tasynii’” (download : : http://www.ballighofiles.com/emad/sadaltashneea.pdf ) tulisan Syaikh Ali Hasan Al Halaby.

Saya membaca kedua kitab tersebut dalam tiga hari sampai aku tidak pergi bekerja, aku mengurung diri di kamar, merenungi diriku, aku menangisi umurku yang kusia-siakan, waktuku yang terlantar, hanya Allah saja tempat mengadu.

Sejak itu aku mulai duduk bersama ikhwan salafy yang sebenarnya, merekapun berbahagia dengan taubatku, aku mendapati dikalangan mereka adab yang baik, lemah lembut, santun dan selalu menjaga sholat, dan senantiasa mengedepankan husnudzon.

Sungguh perasaan ini tidak aku dapati pada diri ghulatut tajrih (orang-orang yang extrim dalam mencela), orang-orang yang telah menjerumuskan aku, dan menjerumuskan diri mereka sendiri. Karena waktu mereka, mereka habiskan untuk mengghibah dan mencela kehormatan orang lain, hati yang keras, perangai yang kaku dan beringas.

Sampai engkaupun akan takut terhadap mereka, engkau akan berhati-hati berbicara di depan mereka, namun masih saja engkau akan disalahkan, dikelompokkan sampai mereka akan mentahdzir engkau.

Namun meski demikian, aku tetap memberikan udzur bagi Syaikh Rabi’ dan para pengikutnya, seperti Syaikh Ubaid dan Syaikh Muhammad bin Hadi. Aku masih menganggap mereka sebagai ulama meski mereka melakukan kesalahan. Sampai salah satu ikhwan memberikan hadiah kepadaku makalah-makalah tulisan pengurus forum diskusi kulalsalafiyeen.com yang dikumpulkan dalam satu risalah (download : http://www.4shared.com/rar/krjQkxsk/___.html ).

Ketika aku membacanya aku merasa kaget luar biasa dan tidak mempercayai apa yang dibaca oleh kedua mataku. Benar-benar kontradiksi yang ajaib, sikap ekstrem yang tiada banding, tuduhan terhadap Syaikhul islam bahwa beliau menyelisihi manhaj salaf, tuduhan terhadap Al Albani bahwa kesalafiyyahan beliau lebih lemah dibanding kesalafiyyahan Al Madkholy, dan tuduhan bahwa Imam Ibnu Baz mencela Islam dengan celaan yang dahsyat, dan celaan Syaikh Rabi’ terhadap Farid Al Maliki Karena menyebarkan perkataan ini meski beliau sendiri juga mengetahuinya, kemudian tuduhan terhadap Syaikh Al ‘Abbad tentang bithonah as-suu’ (orang-orang dekat yang buruk), dan yang lainya berupa bala’ dan musibah yang seandainya dibagikan kepada al ghawani niscaya kita akan menceraikannya, la haula wala quwwata illa billah.

Para ikhwan di forum diskusi kulalsalafiyeen.com pun menasehati aku, padahal dulu aku setiap hari mentahdzir mereka dan mensifati mereka dengan gelar-gelar yang buruk dan membuat lari orang. Sungguh benar apa yang dikatakan seseorang : Barangsiapa yang jahil terhadap sesuatu, maka ia cenderung memusuhinya. Segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.

Aku lantas menela’ah makalah-makalah yang ada di forum diskusi kulalsalafiyeen.com setiap hari. Aku membaca makalah-makalah yang lama dari peserta diskusi maupun pengurus seperti makalah Syaikh Ali Hasan Al Halaby, Syaikh Mukhtar At Tibawy, Syaikh Syakir Al Junaidy, Syaikh ‘Imad Abdul Qadir, Syaikh Al Bumardasy.

Demikian pula makalah-makalah yang baru seperti tulisannya Mas’ud Al Jaza’iry khususnya yang berjudul “Ar Rudud Al Albaniyyah ‘Alat Tawajjuhat Al Madkholiyyah” (download : http://www.4shared.com/rar/krjQkxsk/___.html ) yang membuat aku tercengang. Dan risalah ini menjelaskan padaku bahwa antara Imam Al Albani dengan Syaikh Rabi’ terdapat perbedaan yang jauh. Dan bahwasanya manhaj keduanya sangat berbeda.

Aku juga membaca makalah-makalah Abu Narjas Al Kuwaity (barokallahu fih) yang membantah kedustaan ghulat sahab (http://www.sahab.net/home/) beserta syaikhnya, menyingkap cara aneh mereka, pemalsuan serta keburukan mereka. Maka sayapun bertambah lari menjauh dari metode yang diktator ini.

Kebahagiaanku bertambah karena Allah menganugerahkan hidayah untuk mengenal salafiyyah yang lurus dan tenang serta bijaksana. Dakwah salafiyyah yang menyatukan dan bukan mencerai-beraikan. Dan saya sekarang ini sibuk mendengarkan pelajaran-pelajaran Imam Al Albani yang hampir saja saya lupakan. Semakin bertambahlah ketengan serta kenyamananku.

Majlis yang dipenuhi oleh Imam Al Albani dengan adab, ilmu serta hikmah, dan dihiasi dengan komentar-komentar Abul Harits Ali Hasan Al Halaby. Akupun bertasbih dan mengucapkan lahaula wala quwwata illa billah serta bertanya pada diriku : Apakah masuk akal jika lelaki ini (Syaikh Ali Hasan Al Halaby yang suaranya banyak terdengar di majlis Imam Al Albani) dikatakan bukan muridnya Imam Al Albani ??? akan tetapi hawa nafsu serta hasad yang berperan.

Dan saya sekarang dengan keutamaan Allah, mendengar setiap harinya 5 pelajaran dari silsilah huda wan nur. Saya terkadang mendengar Imam Al Albani ditanya tentang seseorang beliau lantas menjawab : Bertanyalah tentang sesuatu yang memberi manfaat bagi dirimu dan jangan menyia-nyiakan waktumu ! Ya Allah betapa banyak kami menyia-nyiakan waktu.

Saya tidak akan menutup tulisan ini dengan tanpa meminta maaf kepada Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al Atsary yang telah aku cela, aku caci maki dan aku hina, yang semua itu aku anggap sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah. Maafkanlah aku wahai Syaikh kami di dunia ini sebelum kiamat datang, karena aku tidak akan sanggup menanggung adzab serta siksaan Allah yang pedih.

Sebagaimana pula aku mengucapkan terimakasih kepada peserta forum diskusi yang penuh berkah ini, yang mana mereka setelah Allah menjadi sebab keistiqomahanku di atas manhaj yang haq dan menjadi sebab bagiku untuk meninggalkan manhaj ghulatut tajrih, aku mengkhususkan terima kasihku bagi para pengurus forum diskusi ini.

Dan aku katakan kepada mereka : Lanjutkanlah langkah kalian karena sesungguhnya pengaruh forum diskusi ini besar sekali dikalangan bangsa Al Jazair. Dan aku memberikan kabar gembira bahwa banyak sekali salafiyyin yang kembali kepada Al Haq meski mereka belum menampakkannya terang-terangan karena takut terhadap gangguan. Adapun saya, demi Allah, akan menanggung segala gangguan demi mempertahankan sesuatu yang aku anggap benar. Dan aku siap berdebat dengan mereka dengan tetap mengharap agar Allah memberikan hidayahnya kepada mereka.

Ditulis Oleh Abdul Ghafur bin Shalih As Shahrawi.
Dialihbahasakan secara bebas oleh Abul Aswad al-Bayaty
(sumber : http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=43290 )

Bayat, 1 Muharram 1434H.

Posted from WordPress for Android


Related articles

 Comments 1 comment

  • Abu Abdirrozzaq says:

    Ada baiknya kalau Antm jg menulis alasan2, kesimpulan2 dari kitab yang antm baca, serta hasil diskusi dg forum…krn tdk semua kami memahami b.Arab dg baik. syukron

  • Leave a Reply

    Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.