NASEHAT YANG SARAT MANFAAT BAGI PARA DU’ÂT DARI SYAIKH MUHAMMAD AMÂN AL-JÂMÎ

 Nov, 16 - 2014   no comments   Nasehat Ulama

Berikut adalah nasehat yang sarat manfaat dari seorang imam di zamannya, asy-Syaikh as-Salafî al-‘Allâmah Muhammad Amân al-Jâmî rahimahullâhu, yang beliau sampaikan di sela-sela diskusi ilmiah beliau dengan Syaikh Syâthî. Beliau rahimahullâhu berkata :

وبعد: في نهاية هذه المناقشة التي قد تبدو حادة أحياناً بالنسبة لبعض الناس أرى لزاما على أن أوجه كلمة موجزة أرجو أن أكون فيها ناصحاً وصادقاً. أوجه هذه الكلمة إلى إخواننا الدعاة في كل مكان، وتحت أي عنوان طالما يدعون إلى الله جميعا ويعملون لإظهار الحق والنصح لعامة المسلمين

Wa Ba’d: Di akhir diskusi ini, yang bisa jadi menurut sebagian orang tampak semakin tajam pembahasannya. Saya berpandangan bahwa saya perlu menyampaikan beberapa patah kata yang singkat, yang saya harapkan bisa menjadi nasehat dan arahan yang benar. Saya sampaikan ucapan saya ini kepada saudara-saudara saya para du’ât di setiap tempat dan di mana saja, selama mereka semua berdakwah menyeru kepada Allâh, berupaya menampakkan kebenaran dan memberikan nasehat kepada seluruh kaum muslimin.

على كل داعية إذا كان ناصحا لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم أن يسعى في أسباب توحيد صفوف الدعاة إلى الله بعيداً عن الأنانية وحب الزعامة وعشق المناصب، كما يسعى في منع أسباب التحزبات التي تؤدي إلى الخلافات والنزاعات الداخلية فتعرقل سير الدعوة، بل تؤدي إلى بلبلة العوام وأشباه العوام الذين يجهلون موقع الحق ولا يمكن بحال من الأحوال تحقيق الوحدة المنشودة والتي لا بد منها لنجاح الدعوة إلا بأمرين اثنين:

Hendaknya bagi setiap da’î yang akan memberikan nasehat bagi Allâh, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan seluruh rakyat, agar berupaya untuk meraih sebab-sebab persatuan para du’ât di jalan Allâh, yang jauh dari sifat egoisme, cinta kekuasaan dan gila kedudukan; dan juga harus berupaya mencegah sebab-sebab perpecahan yang dapat membawa kepada perselisihan dan konflik internal serta mengacaukan jalan-jalan dakwah, bahkan dapat menyebabkan terjadinya kebingungan masal dan semakin membuat rancu orang-orang awam yang tidak mengetahui posisi yang benar. Tidaklah mungkin dengan keadaan seperti ini, persatuan yang diinginkan dapat terealisasi, yang mana (persatuan itu sendiri) merupakan keharusan di dalam keberhasilan dakwah ini, melainkan dengan dua hal berikut ini :

(1) وحدة المصدر في معرفة (العقيدة الإسلامية) : واعتماد ذلك المصدر وحده في بحث أي معنى من معاني العقيدة الإسلامية وعدم إغفاله، وبذلك تسلم عقيدة المسلم من الزيف والإلحاد والضلال وهذا المصدر هو الوحي، لا شيء ينافسه، وأما العقل فلا يكون، أساسا ولا يعطل، هكذا بالاختصار.

PERTAMA: Mempersatukan sumber di dalam mengenal (mempelajari) “aqidah Islamiyah”, dan hanya bersandar semata-mata kepada sumber itu saja di dalam membahas makna dan definisi aqidah Islamiyah, tanpa menelantarkannya. Dengan demikian aqidah seorang muslim akan selamat dari penyelewengan, penyimpangan dan kesesatan. Sumber ini adalah wahyu semata (al-Qur’ân dan Sunnah, pent.), tidak ada selainnya yang dapat mengunggulinya. Adapun akal, maka tidak bisa menjadi landasan namun tidak pula ditelantarkan. Demikian secara ringkasnya.

نقول هذا القول إستناداً إلى قوله عليه الصلاة والسلام “تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي أبدا كتاب الله وسنتي”، وقوله عليه الصلاة والسلام “عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين من بعدي، وإياكم ومحدثات الأمور” الحديث.

Kami berpendapat demikian bersandar kepada sabda Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam : “Saya tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang mana selama kalian berpegang kepadanya, niscaya kalian tidak akan pernah tersesat selamanya sepeninggalku nanti, yaitu Kitabullah (al-Qur’ân) dan sunnahku.”; dan juga sabda beliau ‘alaihish sholâtu was salâm : “hendaknya kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah nya para khalifah yang lurus sepeninggalku nanti. Dan jauhilah perkara-perkara yang baru (di dalam agama).

فالخروج على هذا المصدر في معرفة العقيدة وأحكام الشريعة والتماس الحق والهدى والفلاح في غيره ضلال بيّن لأن من سنة الله التي خلت في عباده أن من التمس الهدى في غير كتابه فإن الله يضله ولا يهديه سبيلا، وقد ورد في هذا المعنى أثر عن علي بن أبى طالب رضى الله عنه وهو يتحدث عن القرآن إذ يقول: “من التمس الهدى في غيره أضله الله”.

Keluar dari sumber ini di dalam mengenal aqidah dan hukum syariah, atau mencari kebenaran, petunjuk dan kesuksesan dengan selainnya (yaitu selain Kitabullah dan sunnah rasul-Nya, pent.), adalah kesesatan yang nyata. Karena diantara sunnatullâh yang senantiasa berlangsung kepada hamba-hamba-Nya adalah, siapa saja yang mencari petunjuk selain dengan kitabullah, maka sesungguhnya Allâh akan meleluasakan dia dalam kesesatan dan tidak memberikannya petunjuk. Ada sebuah atsar dari ‘Alî bin Abî Thâlib radhiyallâhu ‘anhu yang semakna dengan hal ini, dimana beliau berbicara tentang al-Qur’ân mengatakan, “Barangsiapa mencari petunjuk selain al-Qur’an, maka akan Allâh leluasakan dia di dalam kesesatan.”

(2) توحيد منهج العمل في سبيل الدعوة إلى الإسلام : ولا يوجد منهج أمثل وأصلح، بل لا يوجد منهج صالح غير منهج سلف هذه الأمة من الصحابة والتابعين ومن اقتفى أثرهم وعمل عملهم، لأن واضع هذا المنهج هو رسول الهدى عليه الصلاة والسلام والرغبة عن منهجه تتنافى والإيمان به قطعاً، والذين نقلوه هم أولئك السادة الذين اختارهم الله لصحبة نبيه وأهلهم للخلافة عنه عليه الصلاة والسلام، أَبو بكر وعمر وعثمان وعلي وإخوانهم رضوان الله عليهم. فهل يوجد مسلم يعتقد عدم صلاحية هذا المنهج؟!!.

KEDUA, mempersatukan manhaj aktivitas di jalan dakwah kepada Islam. Tidak ada manhaj yang sepadan atau lebih baik, atau bahkan tidak ada manhaj yang benar kecuali manhajnya para salaf (pendahulu) umat ini dari kalangan para sahabat, tabi’in dan generasi yang mengikuti jalan mereka dan beramal seperti perbuatan mereka. Karena manhaj yang paling jelas adalah Rasulullah shallallâhu ‘alahi wa sallam, dan berpaling dari manhajnya akan saling bertentangan sedangkan mengimaninya adakah suatu aksioma (kepastian). Yang membawa (ilmu) dari beliau adalah mereka para penghulu umat ini yang telah Allâh pilih mereka untuk menemani nabi-Nya dan memegang kekhalifahan dari beliau ‘alaihish sholâtu was salâm, seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsmân, ‘Alî dan selain mereka –semoga Allâh merahmati mereka semuanya.- Apakah ada seorang muslim yang berkeyakinan tentang ketidakbenaran manhaj ini?!!

من هنا نعلم أن بض التصريحات التي يدلي بها بعض المفتونين بالغرب أو بالشرق وقوانينهم (بأن الإسلام ليس فيه ما يحل المشاكل المعاصرة) لا يفسر إلا بالكفر بالإسلام وبرسول الإسلام عليه الصلاة والسلام، ضرورة أنه لا يكون اليوم دينا وهدى وصلاحاً وبراًَ ما لم يكن كذلك في عصر الوحي وقد صدق الإمام مالك، حيث يقول: “لا يصلح أخر هذه الأمة إلا ما أصلح أَولها”.

Dari sini kita mengetahui bahwa sebagian pernyataan yang ditunjukkan oleh sejumlah orang yang terpedaya dengan (pemikiran) Barat atau Timur serta perundang-undangan mereka, yang mengatakan “bahwa Islam sudah tidak relevan lagi menyelesaikan problematika kontemporer”, tidak perlu diterangkan lagi bahwa ini merupakan kekufuran terhadap Islam dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Sudah pasti bahwa yang pada hari ini tidak termasuk agama, petunjuk, kebenaran dan kebaikan, maka tidaklah pula termasuk bagiannya di zaman wahyu (di zaman Rasulullah masih hidup, pent.). Alangkah tepatnya apa yang dikatakan oleh Imam Malik, “Tidaklah akan baik akhir umat ini melainkan dengan (mengikuti) kebaikan generasi awalnya.”

وكلنا نعلم أنما صلح أول هذه الأمة بالتمسك بهدى نبيهم دون تغيير أو تبديل، لأن الله قد أكمل الدين وأَتم النعمة على المسلمين قبل أن يقبض إليه نبيه محمداً عليه الصلاة والسلام إذ يقول سبحانه {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسلام دِيناً

Kita semua tahu bahwa kebaikan generasi awal umat ini lantaran mereka berpegang teguh dengan petunjuk nabinya tanpa menggonta-ganti ataupun merubah-rubah. Karena sesungguhnya Allâh telah menyempurnakan agama ini dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada kaum muslimin sebelum diwafatkannya Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Allâh Ta’âlâ berfirman : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku dan Aku ridhai Islam sebagai agama untuk kalian.

وهؤلاء السادة الذين حملوا إلينا هذا الدين هم خير هذه الأمة بشهادة رسول الله لهم عليه الصلاة والسلام “خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم”.

Mereka, para penghulu yang mengemban agama ini hingga sampai kepada kita, adalah generasi terbaik umat ini melalui persaksian Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, yang bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”

ولو وافق الدعاة جميعا للرجوع إلى هذا المنهج الأصيل والتقيد به في دعوتهم وعملوا به في أنفسهم أولا عقيدة وعبادة وسلوكاً، لكان خيراً وبركة على الأمة، ووقاية لهم من كل شر. وقد صدق من قال:
(وكل خير في اتباع من سلف وكل شر في ابتداع من خلف)

Sekiranya seluruh du’ât bersepakat untuk kembali kepada manhaj yang murni ini, mengikat dakwah mereka dengan manhaj ini, dan mengimplementasikannya pertama kali terhadap diri mereka sendiri baik dalam hal aqidah, ibadah maupun akhlak, niscaya kebaikan dan keberkahan akan terlimpahkan kepada umat ini, dan mereka akan terlindungi dari segala bentuk keburukan. Alangkah benar seorang yang mengatakan, “setiap kebaikan adalah dengan meneladani para salaf, dan setiap keburukan adalah dengan membuat bid’ah para khalaf.

ويوم أن تلتقي دعوة الدعاة عند هذين العنصرين بتوفيق الله، يومئذ يتمتع المجتمع الإسلامي المعاصر ببركة اتباع السنة التي كان عليها سلف هذه الأمة لتغيير حياتهم وليعيشوا حياة غير هذه الحياة وليس ذلك على الله بعزيز.

Di saat dakwah para du’ât tersebut memenuhi kedua elemen di atas dengan taufiq dari Allâh, maka di saat itulah itulah masyarakat Islam zaman ini akan merasakan kenikmatan atas keberkahan para pengikut Sunnah yang berada di atas jalannya para salaf pendahulu umat ini, di dalam melakukan perubahan hidup mereka, sehingga mereka dapat hidup tidak seperti kehidupan sekarang ini yang tidak diridhai oleh Allâh.

والتاريخ خير شاهد لما قلت، ولست أتكلف لضرب الأمثلة لما ذكرت أَكثر من أن أشير إشارة إلى تلك الدعوة الفتية والتي نستظل اليوم بظلها ونرى أثرها واضحاً في هذا البلد والتي جددت للناس دينهم وعقيدتهم في القرن الثاني عشر، ناهجة منهج السلف الصالح

Sejarah adalah saksi terbaik dari apa yang saya utarakan. Saya kira tidak berlebihan kiranya apabila saya memberikan contoh dari apa yang telah kusebutkan di atas, saya merujuk kepada dakwah seorang pemuda, yang kita saat ini sedang bernaung di bawah naungannya, dan bisa kita lihat pengaruhnya yang nyata di negeri ini (Arab Saudi, pent), dimana dakwah ini telah memperbaharui (tajdîd) agama dan aqidah masyarakat di abad ke-12, yang berjalan di atas manhaj salaf yang shalih.

وقد هاجمت تلك الدعوة الجاهلية بألوانها وأشكالها في باب العقيدة والعبادة والأحكام، ودعت إلى إخلاص العبادة للّه وحده وتجريد المتابعة لرسول اللّه عليه الصلاة والسلام، وأن يكون الحكم للّه وحده في أرضه وبين عباده، فعلت الدعوة كل ذلك دون إلتفات إلى ما يترتب على ذلك من عداء عالمي إيماناً من حملة تلك الدعوة بأن اللّه معهم وسوف يجعل العاقبة لهم، لأن العاقبة للمتقين دائماً.

Dakwah ini berupaya merobohkan segala sifat dan bentuk kejâhiliyahan baik di dalam aspek aqidah, ibadah dan hukum syariah, menyeru agar mengiklashkan peribadatan hanya kepada Allâh semata, dan memurnikan peneladanan (mutâba’ah) hanya kepada Rasulullâh Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam, menjadikan hukum Allâh semata sebagai hukum di bumi Allâh dan terhadap hamba-hamba-Nya. Dakwah ini menjalankan kesemua hal ini tanpa berpaling sedikitpun terhadap konsekuensi resiko berupa permusuhan dunia, sembari mengimani bahwa Allâh akan beserta mereka orang-orang yang mengemban dakwah ini dan kelak Allâh akan memberi ganjaran kepada mereka semua karena sesungguhnya ganjaran Allâh terhadap orang-orang yang bertakwa itu kekal.

بدأت الدعوة عملها في شرقي شبه الجزيرة ثم شملتها كلها حتى شع نشرها على أنحاء العالم شرقاً وغرباً، وقد هاجت الدنيا فقامت وقعدت وصرخت في وجه الدعوة الجديدة والمجددة زاعمة أنها جاءت بدين جديد يخالف دين الآباء

Dakwah ini bermula dari timur semenanjung Arab, kemudian meliputi ke seluruh pelosok wilayah hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia baik timur maupun barat. Dunia pun bangkit, menyebabkan (sebagian umat) melakukan penentangan dan berteriak menghadapi dakwah “baru” yang melakukan tajdîd (pembaharuan) ini, mengira bahwa dakwah ini membawa agama baru yang menyelisihi agama nenek moyang mereka.

وأصحاب الدعوة الجديدة لا يلتفتون إلى هذا الهيجان والصراخ بل هم ماضون في دعوتهم، وكأني بهم وهم يقولون: “ليس كل من ينبح عليه الكلب لصا” كما يقولون 

Para pengikut dakwah yang dianggap baru ini, tidak berpaling kepada jeritan dan teriakan tersebut, bahkan mereka tetap senantiasa berjalan di atas dakwah mereka. Mereka mengatakan “tidak setiap orang yang anjing menggonggong kepadanya adalah cacian”. Ini sebagaimana yang mereka utarakan.

وهذه الدعوة الشجاعة والفريدة في ذلك القرن وما بعده قد بارك اللّه فيها حتى قامت بها دولة إسلامية في قلب الجزيرة واتخذت القرآن دستوراً لها، إيماناً منها بأنه كتاب الله الذي لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه ألا (وهي دعوة الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه اللّه مجدد القرن الثاني عشر. وذلك من بركات اتباع ذلك المنهج السلفي المبارك

Dakwah yang berani dan istimewa ini, baik di abad (kebangkitannya) tersebut maupun setelahnya, telah diberkahi oleh Allâh, sehingga Daulah Islâmiyah pun berdiri di jantung jazirah Arab, yang menjadikan al-Qur’ân sebagai undang-undang mereka, dengan keyakinan bahwa Kitâbullâh tidak ada kebatilan di dalamnya di segala aspek dan sisinya. Ketahuilah bahwa dakwah tersebut adalah dakwah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb rahimahullâh, reformis (mujaddid) di abad ke-12. Ini semua lantaran keberkahan para pengikut manhaj salafî yang penuh berkah tersebut.

فعلى الدعاة الصالحين في الوقت الحاضر، أن يحذوا حذو هذه الدعوة المباركة، وأن يتأسوا بذلك الداعية في غيرته على دين اللّه وحرصه على نصح عباد اللّه، وصبره فيما لاقاه في سبيل الدعوة إلى الله سبحانه وفي وضوحه وصراحته، جزاه الله عن الإسلام والمسلمين خير ما يجازي به المصلحين الصابرين

Maka, hendaklah bagi para du’ât yang shâlih di zaman ini, agar senantiasa mengikuti contoh dakwah yang penuh berkah ini. Mereka hendaknya meniru dakwah da’î ini (Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb) di dalam ghirah (kecemburuan)-nya terhadap agama Allâh dan antusiasmenya di dalam menasehati hamba-hamba Allâh, serta kesabarannya ketika menghadapi (rintangan) di jalan dakwah kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ, di dalam sikapnya yang jelas dan terang-terangan. Semoga Allâh membalas upaya beliau terhadap Islam dan kaum muslimin dengan ganjaran terbaik sebagaimana Ia membalas orang-orang yang mushlih dan sabar.

أيها الدعاة سيروا على بركة الله في أداء واجب الدعوة لعباد اللّه مقتدين برسول اللّه صلى الله عليه وسلم، ومقتفين آثار أصحابه دون تبديل أو تغيير للخطة الأصلية، اللهم إلا ما كان من أسلوب يتطلبه الوقت والمكان- والله المستعان-.

Wahai para du’ât, berjalanlah di atas berkah Allâh di dalam memenuhi kewajiban dakwah menyeru hamba-hamba-Nya, dengan meneladani Rasulullâh Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dan mencontoh atsar (jejak) para sahabat beliau, tanpa merubah maupun memodifikasi jalan yang murni ini, kecuai sarana yang memang dituntut (berubah) dengan berubahnya waktu dan tempat, wallâhul musta’ân. [maksud syaikh adalah sarana-sarana seperti microphone/pengeras suara, atau teknologi lainnya yang tidak menyelisihi manhaj, pent.]

والخير أردت، والنصح قصدت، واللّه من وراء القصد

Hanya kebaikan yang saya kehendaki dan nasehat yang tulus adalah tujuanku, dan Allâh lah yang Maha Mengetahui segala maksud

وصلى الله وسلم وبارك على إمام الدعاة الصالحين، وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين

Semoga Shalawat dan Salam serta keberkahan senantiasa terlimpahkan kepada pemimpin (imam)-nya para du’ât yang shalih, kepada keluarga dan seluruh sahabat beliau. Segala puji hanyalah milik Allâh Pemelihara alam semesta. ”

Selesai ucapan Syaikh Muhammad Amân al-Jâmî rahimahullâhu.

Ucapan ini dipublikasikan di dalam majalah “Universitas Islam” nomor 55-56, bulan Rajab tahun 1402 H.

Sumber : Forum Kullasalafiyeen


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.