APAKAH ISA BIN MARYAM TERMASUK SAHABAT?

 Jul, 07 - 2014   no comments   Diskursus

Ini adalah sebuah catatan kecil dari hasil diskusi di whatsapp beberapa bulan lalu, setelah salah seorang sahabat membawakan pendapat yang menyatakan bahwa Isa bin Maryam ‘alaihis salam adalah seorang sahabat Nabi. Tidak dipungkiri bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai hal ini, dan berikut adalah sekelumit catatan mengenai hal ini.

PENDAPAT YANG PRO :

Imam adz-Dzahabî berkata :

“Îsâ bin Maryam ‘alaihis salâm adalah seorang Nabi dan Sahabat, karena beliau melihat Nabi Muhammad Shallâllahu ‘alaihi wa Sallam, mengucapkan salam kepada beliau (di malam Isra’) maka beliau adalah seorang sahabat yang paling akhir wafatnya.” (Tajrîd Asmâ’ ash-Shahâbah I/432)

Syaikh ‘Abdul ‘Azîz ar-Râjihî berkata :

“Îsâ ‘alaihis Salâm adalah termasuk salah satu figur umat Muhammad, dan beliau juga seorang Nabi dan orang terbaik umat ini setelah Nabi kita, kemudian setelah beliau adalah Abu Bakr ash-Shiddîq. Beliau (Îsâ ‘alaihis Salâm) juga benar dianggap sebagai sahabat, karena beliau melihat Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam pada malam mi’râj dalam keadaan hidup sehingga beliau dikategorikan sebagai sahabat. Apabila ada yang bertanya, siapakah yang lebih utama dari umat ini melebihi Abû Bakr ash-Shiddîq secara ijma’? (Jawabnya) Îsâ ‘alaihis Salâm, dan beliau adalah Nabi, lebih utama daripada Abû Bakr secara ijma’. Beliau adalah termasuk diantara figur umat ini sekaligus juga seorang sahabat, lantaran beliau menyaksikan Nabi Shallallâhu ‘alaihi was Salam di malam mi’râj. Diantara definisi sahabat adalah orang yang bertemu Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan Islam, karena itu beliau dianggap sebagai seorang sahabat, walaupun hanya bertemu sekejap saja. Bahkan sahabat kecil yang ditahnik oleh Nabi pun Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam juga dianggap sebagai sahabat.” (Dari situs syaikh ar-Rajihi)

 

PENDAPAT YANG KONTRA :

Ta’qîb (Sanggahan) dari Faqîhuz Zamân Syaikh Ibnu ‘Utsaimîn :

Beliau rahimahullâhu ditanya :

“Fadhîlatusy Syaikh. Salah seorang penulis mengutip pendapat Imam adz-Dzahabî dari buku Tajrîdu Asmâ` ash-Shahâbah bahwa Îsâ bin Maryam adalah seorang sahabat sekaligus seorang nabi. Argumentasi bahwa beliau dikatakan sahabat adalah, lantaran beliau bertemu dengan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dan mengucapkan salam padanya. Pertanyaan saya adalah, apakah seluruh nabi yang bersua dengan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam (pada saat Mi’râj) ditetapkan pada mereka definisi sahabat? Demikian pula dengan kalangan jin yang mu’min?

Jawab :

Saya berpandangan bahwa hal ini termasuk takalluf (memberatkan diri). Asumsi kita yang menganggap bahwa Îsâ bin Maryam ‘alaihis Salâm termasuk sahabat adalah perbuatan takalluf. Karena seluruh nabi melihat Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dan mengucapkan salam kepada beliau. Yaitu, mayoritas dari para nabi melihat beliau pada malam mi’râj dan Rasul ketika itu dimi’rajkan beserta jasad (fisik) beliau sehingga beliau melihat mereka secara benar, beliau berbincang dengan mereka dan mereka berbicara dengan beliau. Beliau mengucapkan salam kepada mereka dan mereka balik mengucapkan salam kepada beliau. Lantas, apakah dengan semerta-merta kita menganggap bahwa Adam itu sahabat? Yahya itu Sahabat? Îsâ itu sahabat? Mûsâ itu sahabat? Ibrahîm itu sahabat?!

Kemudian, sesungguhnya ‘Îsâ ‘alaihis Salâm disifati sebagai nabi dan rasul dari kalangan ûlil azmi, yang mana sifat ini lebih utama daripada kita menyifati beliau sebagai sahabat. Beliau sudah tidak perlu lagi disifatkan sebagai seorang sahabat. Saya tidak tahu darimana kontroversi seperti ini berasal. Karena pendapat ini berkonsekuensi kita tidak boleh berpendapat bahwa Abû Bakr adalah orang terbaik umat ini.

Hal ini tentu saja tidak diragukan lagi adalah hal yang disenangi oleh râfidhah. Mereka senang apabila Abû Bakr bukanlah orang terbaik umat ini. Sedangkan kita berpendapat bahwa orang terbaik umat ini adalah Abû Bakr, adapun Îsâ bin Maryam maka kedudukan beliau serupa dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam, walaupun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam tetap rasul terbaik namun beliau tetap berada di tingkatan kerasulan, yang lebih kuat dan lebih utama kedudukannya dari sahabat.

Apabila kita menghendaki untuk berpendapat seperti ini, niscaya kita juga berpendapat bahwa seluruh nabi yang bertemu dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam di malam mi’râj, maka seluruhnya adalah sahabat. Tapi menurut saya hal ini termasuk perbuatan tanaththu’ (berlebih-lebihan) dan takalluf (memberatkan diri). ‘Alî bin Abî Thâlib radhiyallâhu ‘anhu dan selain beliau dari kalangan sahabat mengatakan : “sebaik-baik orang umat ini setelah nabi adalah Abû Bakr”. ‘Alî bin Abî Thâlib radhiyallâhu ‘anhu pun juga pernah berkhutbah di atas mimbar mengatakan, “Orang terbaik umat ini adalah Abû Bakr”. Demikian pula Ibnu ‘Umar yang telah valid dari beliau bahwa para sahabat menanggap baik Abu Bakr di zaman Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dan berpendapat bahwa sebaik-baik orang umat ini adalah Abû Bakr.

[Liqô’ul Bâbil Maftûh Syaikh ‘Utsaimin]

KESIMPULAN

Dari sekelumit paparan di atas –yang tidak mengenyangkan dan tidak pula menghilangkan dahaga-, pengampu blog ini lebih condong kepada pendapat al-‘Allâmah Ibnu ‘Utsaimîn rahimahulâhu bahwa Nabi Îsâ ‘alaihis Salâm adalah seorang Nabi yang sudah lebih dari cukup dari sebutan sebagai seorang sahabat. Namun hal ini tidaklah menafikan pendapat para ulama yang menyatakan bahwa beliau ‘alaihis Salâm adalah juga seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

 

[Diposting via Microsoft Office 2013 Blog Template]


Related articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.