KOMENTAR TERHADAP SURAT USTADZ DZULQARNAIN KEPADA AL-‘ALLAMAH ASY-SYAIKH SHALIH AL-FAUZAN –HAFIDHAHULLAH –(BAGIAN 2)

 Nov, 25 - 2013   1 comment   BantahanJarh wa Ta'dilPembelaan

Oleh: Abu Abdirrahman Abdullah bin Said al-Abawi – ‘afallahu ‘anh – . 

 [Keterangan : Nukilan dari Ustadz Dzulqarnain berwarna merah, tulisan berwarna hitam adalah komentar penulis]

Al-Ustadz Dzulqornain menulis :

Kepada Guru dan Orang Tua kami yang mulia

Komentar : Alangkah indahnya bahasa dan kalimat-kalimat ini

Al-‘Allaamah Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan –semoga Allah menjaganya

SEMOGA ALLAH MENJAGA DAN MEMELIHARA BELIAU DARI PENIPUAN PARA PENIPU, MAKAR PARA PEMBUAT MAKAR dan TIPU DAYA PARA PEMBUAT TIPU DAYA

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuhu
Aku memohon izin kepada Fadhilatus Syaikh untuk memaparkan sebagian permasalahan dakwah


Ustadz Dzulqarnain memaparkan permasalahan da’wah kepada Fadhilatusy Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan dengan harapan mendapatkan pengarahan dari beliau, namun setelah mendapat jawaban beliau,  disembunyikan oleh dzulqarnain padahal jawabannya sangat penting, dan ini sebagai penguat bahwa memang jawaban asy-Syaikh al-Fauzan TIDAK SESUAI DENGAN SELERA DAN HAWA NAFSU ustadz Dzulqarnain, dan ini manhaj ustadz Dzulqarnain dan yang semodel dengannya sejak dahulu. Jika ada fatwa atau pengarahan para Syaikh yang tidak menguntungkan mereka atau berbeda dengan program mereka, fatwa dan pengarahan tersebut disembunyikan atau didiamkan atau dita’wilkan kepada makna yang sesuai dengan selera dan hawa nafsu mereka –wal’iyaadzu billah –  dan seterusnya. Bukti-buktinya banyak; di antaranya apa yang sedang dibongkar oleh ustadz Firanda ini –jazaahullahu khairon– yaitu; PENGARAHAN YANG SANGAT BERARTI dari asy-Syaikh al-Fauzan kepada ustadz Dzulqarnain, dan akan dinukil dalam komentar ini, copy dari Surat ustadz Dzulqarnain tsb, dan balasan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan – hafidhahullah – agar Generasi Salafiyyin bisa MENGTAHUI dan MENILAI.

dan aku memohon kepada Allah untuk memberi ganjaran yang terbaik kepada Fadilatus Syaikh atas kebaikan Anda.

Guru dan Syaikh yang sangat baik karena selalu memenuhi permintaan muridnya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan demi kemaslahatan Da’wah Salafiyyah, namun disayangkan dari prilaku muridnya yang mendiamkan dan tidak menyebarkan pengarahan gurunya kepada umat agar bermanfaat, padahal murid ini sangat mengetahui hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam –;

“مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ”.

“Barangsiapa menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya semisal pahala orang yang mengerjakannya”.

Dan untuk apa sang murid ini –ustadz Dzulqarnain – membanggakan diri sebagai murid Asy-Syaikh al-Fauzan jika dia tidak menyebarkan ilmu dan pengarahannya???!!!. Bukankah ini termasuk KITMANUL ‘ILM (penyembunyian ilmu) yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya???!!!.

Tetapi mungkin memang disebabkan oleh kesibukan ustadz Dzulqarnain sebagaimana husnudh dhan (prasangka baik) ustadz Firanda – hafidhahullah – terhadap beliau.

Namun permasalahan yang ditanyakan sangat penting sekali, karena berkaitan dengan permasalahan Da’wah Salafiyyah  yang harus segera diberitahukan kepada umat, apalagi ustadz Dzulqarnain mengetahui sebuah qa’idah penting yaitu;

“تَأْخِيْرُ اْلبَيَانِ عَنْ وَقْتِ الْحَاجَةِ مَمْنُوْعٌ”،

“MENUNDA PEMBERIAN PENJELASAN/KETERANGAN DI SAAT YANG DIBUTUHKAN, DILARANG/TERLARANG”.

Pengomentar hanya bisa mengucapkan; ALLAHUL MUSTA’AAN.

Telah tersebar di internet rekaman suara dan transkripnya yang disebar oleh Saudara Firanda Al-Indonesiy, Mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Ia telah mengaku bersama beberapa mahasiswa Universitas Islam Madinah telah mengunjungi Anda dan mereka telah merekam pertemuan bersama Anda tersebut.
Dan transkrip pertemuan tersebut –berdasarkan rekaman yang beredar- adalah sebagai berikut :

Penanya (Firanda) : Pertanyaan berkaitan dengan Indonesia, Alhamdulillah sekarang kami memiliki dua stasiun televisi yang berada di atas Sunnah, sudah sekitar setahunan. Syaikh Abdur Rozzaq Al-Abbad Al-Badr –guru saya- juga berpartisipasi dalam stasiun televisi tersebut, dan memberi pengajian dua kali setiap pekan.

Syaikh : Apakah syaikh Abdur Rozzaq selalu pergi ke Indonesia?

Firanda : Syaikh Abdur Rozzaq sudah dua kali pergi ke Indonesia, dan saya yang menjadi penerjemahnya saat kepergiannya yang pertama, dan yang hadir saat itu sekitar 100 ribu orang. Sedang pada kepergian beliau yang ke dua, ada sekitar 130 ribu orang yang hadir. Dan ini merupakan perkumpulan terbesar di mesjid ini, mesjid ini punya 5 lantai. Ini adalah jumlah yang banyak, yang menunjukkan bahwa masyarakat sekarang mengenal sunnah, Alhamdulillah. Dan stasiun TV ini punya andil yang besar (dalam dakwah ini), kami terjemahkan fatwa-fatwa Anda, fatwa Syaikh Bin Baaz, dan fatwa Syaikh Utsaimin –rahimahumulloh-.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan pada kami –sebagaimana Anda tahu-; bahwasanya ikhwan sekalian –sebagaimana terjadi di seluruh tempat- terpecah menjadi dua, dan sebagian mereka memperingatkan (masyarakat) dari bahaya Stasiun TV tersebut.

Komentar : Kalau di negeri kita tidak sekedar terbagi dua, akan tetapi lebih dari itu, terutama saudara-saudara kita yang kembali dari Yaman, mereka kacau-balau, saling menghujat satu sama lain, saling ‘mencakar’ dan menjatuhkan, membid’ahkan dan seterusnya, Allahul Musta’aan. Fitnah yang timbul di Yaman diimport ke Indonesia, ada kelompok Ngawi, kelompok Magetan, kelompok Jember dsb, LAA ILAAHA ILLALLAH, apakah begini da’wah Salaf itu? kelihatannya mustahil ya ust. Dzulqarnain?! Wallahi tallahibillahi, Demi Allah, Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari apa yang terjadi pada mereka, Allah Ta’ala berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ}.

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolongan-golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. Al-An’aam: 159).

{وَلاَ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (32)}.

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum: 31-32).

Dan justru agama Allah semenjak Rasul-Nya yang pertama Nuh  –‘alaihissalam – hingga yang terakhir, Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam – memerintahkan untuk menegakkan Agama dan melarang bercerai berai, Allah Ta’ala berfirman:

{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ}.

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. (QS. Asy-Syuuraa: 13).

Dan Rasulullah (ash-Shadiq al-Mashduuq) – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:

“لاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُونُوْا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا”.

“Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling dengki dan janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim). 

Syaikh : Ini merupakan musibah.

Firanda : Ada yang menjelekkan stasiun TV tersebut, dan ada yang membicarakan (mentahdzir) para dai yang muncul di stasiun TV tersebut, padahal sebagaimana yang kami katakan, dalam stasiun tersebut ikut serta Syaikh Abdur Rozzaq, dan sesekali juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili.

Syaikh : Ibrahim bin ‘Aamir?

Firanda : benar, sesekali beliau berpartisipasi (mengisi pengajian-pen). Yang jadi permasalahan, salah seorang dari saudara-saudara kami yang membicarakan (mentahdzir) stasiun TV tersebut, adalah orang yang terkenal sebagai murid Anda.

Syaikh : Siapa dia?

Firanda : Namanya Dzul Qornain.

Syaikh : Ma’ruuf (saya mengenalnya)
Firanda
: Ia adalah seorang yang memiliki ilmu –masya Allah-.

Yang perlu difahami dan diperhatikan pada percakapan di atas, bahwa yang mengatakan Ust. Dzul Qarnain seorang yang memiliki ilmu, adalah ust. Firanda dan BUKAN Syaikh Shalih al-Fauzan. dan ketika ust. Firanda mengatakan bahwa Dzulqarnain seorang yang memiliki ilmu, Syekh al-Fauzan langsung menjawab; “dia orang yang baik”, ini menunjukkan bahwa Syekh al-Fauzan mengenal Dzulqarnain, karena beliau seorang Alim yang mengetahui tentang Dzulqarnain selama berada di tempat beliau.

Hal ini sengaja diingatkan agar diketahui oleh para murid ust. Dzulqarnain dan agar tidak salah faham. Karena dikhawatirkan dari sebagian saudara-saudara kita yang tidak paham bahasa Arab dan sekedar mendengar penjelasan atau keterangan, bahwasanya Syekh al-Fauzan –hafidhahullah – yang mengatakan; Ust. Dzulqarnain seorang yang memiliki ilmu!!!

Syaikh : Ia seorang yang baik.

Firanda : “Akan tetapi ia (Dzulqornain) membicarakan tentang (keburukan) Stasiun TV tersebut, dan memperingatkan masyarakat dari menonton stasiun TV tersebut.
Kami sekarang tidak mengambil bantuan dari yayasan manapun, kami tidak mengambil bantuan dari Yayasan Ihyaa Ut Turoots, dan kami pun tidak mengambil bantuan dari Arab Saudi, para donaturnya dari Indonesia”

Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqornain, ia adalah orang yang baik,

Pernyataan Syekh Shalih al-Fauzan bahwa Dzulqarnain orang yang baik, adalah hal yang wajar, karena seorang muslim menghukumi saudaranya sesuai dengan apa yang tampak secara lahir dari saudaranya tersebut, adapun hal-hal yang tersembunyi diserahkan kepada Allah.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُوْدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-، يَقُوْلُ : “إِنَّ نَاساً كَانُوْا يُؤْخَذُوْنَ بِالْوَحْيِ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ  –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، وَإنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ، وَإِنَّمَا نَأخُذُكُمُ اْلآنَ بِمَا ظَهَرَ لَنَا مِنْ أعمَالِكُمْ، فَمَنْ أظْهَرَ لَنَا خَيْراً أمِنَّاهُ وَقَرَّبْنَاهُ، وَلَيْسَ لَنَا مِنْ سَرِيرَتِهِ شَيْءٌ، اَللهُ يُحَاسِبُهُ فِي سَرِيرَتِهِ، وَمَنْ أظْهَرَ لَنَا سُوْءاً لَمْ نَأمَنْهُ وَلَمْ نُصَدِّقْهُ وَإنْ قَالَ: “إِنَّ سَرِيْرَتَهُ حَسَنَةٌ”. (رواه البخاري).

Dari Abdullah bin Utbah bin Mas’ud berkata: Aku mendengar Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu – berkata: “Bahwasanya manusia dahulu – pada masa Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam – disingkap hakikat mereka oleh wahyu dan bahwasanya (sekarang) wahyu telah terputus, dan bahwasanya kalian sekarang kami pekerjakan hanyalah dengan apa yang tampak pada kami dari perbuatan-perbuatan kalian, barangsiapa yang menampakkan kepada kami kebaikan, maka kami akan menaruh kepercayaan kami padanya dan mendekatkannya kepada kami, dan bukan urusan kami sedikitpun sesuatu yang disembunyikannya, Allah yang akan menghisab apa yang disembunyikannya, dan barangsiapa menampakkan kepada kami suatu keburukan, maka kami tidak mempercayainya dan tidak membenarkannya, meskipun dia mengatakan bahwa apa yang tersembunyi pada dirinya adalah kebaikan”. (diriwayatkan oleh al-Bukhari).

 meskipun dia agak keras

Subhanallahu – Syekh al-Fauzan bisa menilai bahwa Dzulqarnain seorang yang agak keras, sementara sebagian teman-temannya yang pernah belajar di Yaman menghukuminya sebagai seorang yang mumayyi’ (lemah).

sebagaimana kau katakan”.

Pada kalimat ini ustadz Dzulqarnain mengkritik ustadz Firanda dalam terjemahannya.

Subhaanallah – hal yang kecil diperhatikan oleh ustadz Dzulqarnain. Namun, pengomentar melihat bahwa kesalahan kecil ustadz Firanda tersebut –jika memang diterima sebagai kesalahan– dalam menterjemahkan, insya Allah terhapus dengan kebaikan yang  basar dalam memposting surat yang berisi PENGARAHAN ASY-SYAIKH SHALIH AL-FAUZAN YANG SANGAT BERARTI INI AGAR DIKETAHUI UMAT, bukankah Allah ta’ala berfirman:

{إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ}.

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk”. (QS. Huud: 114).

Justru yang harus disesali oleh ustadz Dzulqarnain adalah tindakan beliau ketika membiarkan PENGARAHAN Syekh al-Fauzan MERANA dalam bahasa Arab.

{وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ}.

dan barangsiapa yang kikir, maka sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. (QS. Muhammad: 38).  Allahul Musta’aan.

Firanda : “Kami tidak mentahdzirnya”.

Hasan : Permasalahannya bukanlah tentang dia, akan tetapi bolehkah –misalnya- seorang dai berdakwah melalui stasiun-stasiun televisi? Bolehkah mendirikan Stasiun Televisi Islami yang menyebarkan Islam?
Syaikh
: Kita tidak punya sarana yang lain.
Hasan : Sarana  televisi itu boleh dimanfaatkan?

Syaikh : Iya, sarana  televisi itu boleh dimanfaatkan.

Firanda
: Ya Syeikh, pada kondisi demikian, apa yang harus kami lakukan terhadap sahabat kami ini (Dzulqornain)?

Syaikh : Berdamailah dengannya… Saling berdamailah dan saling bersatulah.

Lihatlah ya ustadz Dzulqarnain!,  nasihat seorang Alim Rabbani yang menghendaki kebaikan bagi umat, bagi  Islam dan kaum muslimin, beliau menyuruh untuk ‘ash-shulh’ (berdamai) dan bersatu. Karena seorang muslim menjadi kuat dengan pertolongan saudaranya, apalagi di Medan da’wah di sebuah negeri yang penuh dengan kemajemukan dan kejahilan terhadap Agama Allah, tersebarnya kesyirikan, berbagai bid’ah dan khurafat, sedikitnya ilmu dan ulama, padahal Allah Ta’ala telah berfirman:

{وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا}.

dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara”. (QS. Ali ‘Imraan: 103).

Penulis sangat yakin bahwa ustadz Dzulqarnain mengetahui ayat tersebut, menghapalnya dan mengajak manusia kepadanya pada ceramah-ceramahnya. Bahkan terus terang yang ustadz, ayat inilah yang pertama kali pengomentar mendengar ketika seorang da’i salafi berda’wah mengajak kepada aqidah dan manhaj yang benar yang menjadi sebab penulis tertarik pada da’wah salafiyyah al-mubaarakah setelah taufiq dari Allah ta’ala.

Jika ustadz mengatakan; kita harus berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf, dan harus mentahdzir da’i-da’i yang menyimpang darinya!!!. Sungguh benar ucapanmu ya ustadz, namun apakah benar mereka sesat/menyimpang?! Ataukah hanya sekedar prasangka antum saja?!  Dan sudahkah da’i yang menyimpang tsb. antum nasihati dengan penuh keikhlasan karena Allah?! Ataukah justru kesalahan dan penyimpangannya, terus antum pantau dan mencari-carinya untuk kemudian antum beberkan di publik antum?!

Ya ustadz Dzulqarnain –hadaakumullah ilal haq –, pada ayat di atas Allah memerintahkan satu hal dan melarang satu hal. Yang diperintahkan-Nya adalah; berpegangteguh kepada tali agama-Nya yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah sejalan dengan pemahaman Salaf. Dan yang dilarangnya adalah bercerai-berai. Namun yang kami perhatikan dan jumpai di lapangan dari kebanyakan da’i-da’i salafiyyah, terutama yang semodel dengan antum ya ustadz Dzulqarnain; kalian hanya melaksanakan bagian yang pertama yaitu berpegangteguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf (itupun jika dicermati, banyak penyimpangannya), adapun bagian yang kedua yaitu; larangan bercerai berai tidak kalian peduli sama sekali, seakan-akan tidak termaktub dalam ayat tersebut?!!! Maaf ya ustadz, kami lancang…..tetapi memang dalam memberikan masukan harus lantang, apalagi kepada pada da’i semodel antum, harus tegas dan kencang.

Kasihan umat ini ya ustadz……!!! sebagian mereka bingung…sebagian mereka merasa heran….sebagian mereka sedih….sebagian mereka putus asa…bahkan ada yang stress…melihat panutan-panutan mereka dalam kondisi seperti ini.

Hasan : Sampaikan kepada Dzulqornain, agar ia berbicara dengan Syaikh tentang permasalahan ini.

Syaikh : Hendaknya ia (Dzulqornain) menulis surat kepadaku, hendaknya ia menulis kepadaku, dan aku akan membalas suratnya.

Inilah sikap bijak seorang alim sekaligus sebagai penasihat umat, beliau sangat menghendaki perbaikan dan kebaikan bagi da’wah al-haq sehingga tatkala terjadi suatu permasalahan di antara para da’i harus segera diselesaikan dengan baik, maka semoga Allah menjaga dan memelihara Syekh al-Fauzan dari segala keburukan.

Firanda : “Permasalahan Yayasan Ihyaa At-Turoots, selalu menjadi sebab khilaf diantara ikhwan hingga sekarang, (maksudku) permasalahan Yayasan Ihyaa At-Turoots yang di Kuwait”
Syaikh : Yang ada di Kuwait? Ada apa dengan yayasan tersebut?

Firanda : Ada sedikit orang yang bekerja sama dengan yayasan ini, mereka mengambil bantuan dari yayasan ini, akan tetapi mayoritas kami tidak mengambil bantuan. Yang menjadi permasalahan adalah Dzulqornain dan para sahabatnya mentahdzir yayasan itu dan membid’ahkannya.

Syaikh : Yayasan apa?

Hasan : Yayasan Ihyaa At-Turoots dari Kuwait

Syaikh : “Yang membantu kalian, ambillah bantuannya dan manfaatkan bantuan tersebut”.

Ini adalah FATWA Syekh dan Ayahanda dari ustadz Dzulqarnain tentang BOLEHNYA menerima bantuan dari Yayasan-yayasan khairiyyah, salah satunya adalah Yayasan Ihya’ at-Turats – Kuwait.

Masalah Yayasan Ihya Turats – Kuwait –  bagi sekelompok orang (semisal Ust. Dzulqarnain dkknya), jika boleh diibaratkan –  adalah Manath al-Wala wal Bara’ (tempat bergantungnya al-wala (loyalitas) dan al-Baro’ (sikap berlepas diri). Gambarannya; kapankah seorang yang mendakwakan dirinya sebagi seorang salafi – baik da’i ataupun kaum awam – dibenarkan sebagai salafi atau bukan salafi??!!! Ya dilihat dari sikapnya terhadap Yayasan Ihya’ at-Turats –Kuwait –. Jika dia berlepas diri dari Yayasan tersebut, berarti dia salafi, namun jika dia memiliki kerja sama dengan yayasan tersebut, maka dia adalah Turatsy dan bukan Salafi. Mungkin kalimat ini berlebihan dan akan mendapat sanggahan yang keras dari ustadz Dzul dkknya. Atau pengomentar dianggap sebagai JAHIL terhadap Manhaj, atau Penabur Fitnah, atau Sururi, atau Hizbiy, atau Turatsi, atau halabi, atau sebutkan semau antum!!!…namun inilah REALITA di lapangan. Allahul Musta’aan.

Firanda : Yang menjadi permasalahan; orang-orang yang tidak mentahdzir yayasan itu juga di-tabdi’.

Jangan heran ya Ustadz, mereka memiliki manhaj ilzam, seperti Manhaj Hizbi, anda harus begini…anda harus begitu… lalu apa bedanya dengan Manhaj Ikhwani dan manhaj-manhaj hizbi yang lainnya???!!!

Syaikh : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerima hadiah-hadiah dari orang-orang kafir, beliau menerima dari Raja Muqouqis, beliau menerima hadiah. Yang membantu kalian, maka ambillah (bantuannya)”.
Firanda : Mereka akan berkata; “Yayasan akan memberi persyaratan… Akan ikut mengatur dakwah?”.

Syaikh : “Bagaimanapun juga, hendaknya kalian saling bekerja sama, hilangkan perpecahan, hilangkanlah perpecahan”.

NASIHAT YANG AGUNG DARI SEORANG ULAMA BESAR YANG PATUT DITERAPKAN OLEH USTADZ DZULQARNAIN yang menyatakan dirinya sebagai murid beliau.

Firanda : “Apa saya menyampaikan ke Syaikh Dzulqornain, agar mengirim surat kepada Anda?”

Syaikh : Iya

Firanda : Baarokallahu fiik” (Selesai…)

(Bersambung)


Related articles

 Comments 1 comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.