Catatan Kecil Terhadap Tulisan al-Ustâdz Dzûlqornain hafizhahullâh
Setelah membaca risalah al-Ustâdz Dzûlqornain yang berjudul “Ada Apa dengan Radio Rodja dan Rodja TV (Siapkah Anda Mendengar Jawaban)?”, Intinya Saya tidak menemukan bantahan permasalahan ilmiyah secara substansif oleh al-Ustâdz Dzûlqornain, namun malah yang Saya dapati hanya berburuk sangka kepada al-Ustâdz Firanda.
Berikut adalah catatan ringan terhadap risalah al-Ustâdz Dzûlqornain :
(1) Ustâdz Dzûlqornain mengesankan bahwa Ustâdz Firanda lah yang menyulut api…padahal justru Ustâdz Dzûlqornain-lah yang pertama kali “menyulut api”, dengan men-tahdzîr Radio Rodja dan Rodja TV, dan rekamannya menyebar kemana-mana sehingga menimbulkan kebingungan dan keresahan umat… Dari sinilah al-Ustâdz Firanda, bermusyawarah dengan para masyaikh dan ulama. Dan beliaupun berkesempatan bermusyawarah dengan Syaikh Shâlih al-Fauzân…
(2) Ustâdz Dzûlqornain menuduh Ustâdz Firanda berburuk sangka, ternyata justru Ustâdz Dzûlqornain-lah yang lebih tampak berburuk sangka –Dan Allâh lah yang lebih mengetahui apa yang ada di hati-.
Jika kita perhatikan risalah al-Ustâdz Firanda yang mengemukakan hujjah para pentahdzîr, Hujjah yang pertama dan kedua, Ustâdz Firanda sama sekali tidak menyinggung apalagi menyebutkan Ustâdz Dzûlqornain taupun qarînah ini kepada beliau, dan hal ini telah saya konfirmasi langsung kepada al-Ustâdz Firanda, dan beliau menyatakan bahwa ini adalah asumsi Ustâdz Dzûlqornain sendiri.
Saya dapati bahwa beliau –Ustâdz Firanda- hanya mengkaitkan Ustâdz Dzûlqornain kepada hujjah yang ketiga. Saya rasa terlalu “bodoh” kiranya apabila Ustâdz Firanda menuduh Ustâdz Dzûlqornain berhujjah dengan hujjah yang pertama. Karena awwâmus salafî saja tidak berhujjah dengan hujjah “yang memaksakan” tersebut.
(2) Perkataan Ustâdz Dzûlqornain, “Saya sangat mampu menjelaskan dan memaparkan alasan tersebut”; Nah inilah yang sangat kita harapkan dari sang Ustâdz –semoga Allôh memuliakannya-, bukan sekedar tahdzîr secara global tanpa memperincinya secara detail berdasarkan fakta-fakta yang beliau klaim.
Dan amat disayangkan, al-Ustâdz Dzûlqornain sekarang lebih banyak menyibukkan dengan tahdzîr terhadap sesama ahlus sunnah dalam hal yang sejatinya masih khilâfiyah ijtihâdiyah –apabila ini bukan khilâfiyah ijtihâdiyah tolong berikan penjelasan kepada kami-.
(3) Adapun mengenai keabsahan apakah Syaikh Shôlih Al-Fauzân memuji Ihyâ` At-Turâts ataukah tidak? Sebenarnya al-Ustâdz Firanda sendiri telah memberikan link-nya. Silahkan lihat kembali di http://www.turathkw.com/topics/current/index.php?cat_id=13,
Berikut pujian beliau, al-‘Allâmah Shâlih Fauzân al-Fauzân hafizhahullâhu :
فقد اطلعت على نسخة من منهج جمعية إحياء التراث الاسلامي للدعوة والتوجيه فوجدته منهج صحيحا يتماشى مع الكتاب والسنة وما تحتاجه الأمة فجزى الله القائمين على هذه الجمعية خير جزاء وأمدهم بنصره وتوفيقه .
“Saya telah menelaah nuskhah (copy) yang berisi manhaj Perhimpunan Ihyâ` at-Turâts al-Islâmî lid-Da’wah wat-Taujîh dan saya dapati sebagai suatu manhaj yang benar, yang berjalan selaras di atas al-Kitâb (al-Qur`ân) dan as-Sunnah, dan dibutuhkan oleh umat. Semoga Allôh memberi balasan kepada para pengurus perhimpunan ini dengan sebaik-baik balasan, dan semoga Allôh menolong mereka dengan pertolongan dan taufiq-Nya.”
اطلعت على كثير من المشاريع الخيرية التي تقوم بها الجمعية وإني قد سررت بذلك وأسال الله لهم التوفيق والسداد .
“Saya telah melihat banyak dari proyek-proyek sosial yang dilaksanakan oleh jum’iyah (Ihyâ`ut Turâts), dan saya merasa gembira dengan hal tersebut. Saya mohon kepada Allôh agar memberikan taufîq dan kelurusan bagi mereka.”
(4) Setahu saya, Ustâdz Firanda tidak menyangkutpautkan dalil Ustâdz Dzûlqornain terhadap Rodja dengan hujjah ke 3 dan pembahasan tentang Ustâdz Dzûlqornain datang setelah hujjah yang ketiga. Ustâdz Firanda hanya mempermasalahkan 2 permasalahan “fatwa” Ustâdz Dzûlqornain. Fatwa pertama tentang Rodja TV, dan fatwa kedua tentang Ihyâ` at-Turâts.
Setahu saya juga, Ustâdz firanda tidak menuduh Ustâdz Dzûlqornain menuduh Rodja mengambil dana dari at-Turâts dsb. Tapi Ustâdz Firanda hanya menuduh Ustâdz Dzûlqornain melakukan tabdi’ dan tahdzîr membabi buta karena link-link dengan Ihyâ` at-Turâts. Dari sini sebenarnya justru Ustâdz Dzûlqornain yang berburuk sangka kepada Ustâdz firanda. Demikianlah yang tampak kepada kami.
(5) Ustâdz Dzûlqornain menyatakan tidak tahu tentang perihal bahwa yang dimaksud oleh penanya adalah majalah “Pengusaha Muslim.”
Saya tidak tahu, apakah ini benar atau tidak? atau hanya mengelak? –Wallâhu a’lâm– . Sangat jelas sekali, bahwa di Indonesia tidak ada majalah yang khusus mengusung pembahasan ekonomi (syarî’ah) yang ditulis oleh salafî -atau yang tertuduh sûrûrî- kecuali majalah Pengusaha Muslim –ini sejauh pengetahuan Saya, jika ada yang lain tolong ditunjukkan.-. Saya hanya bertanya-tanya…apakah sekelas Ustâdz Dzûlqornain tidak tahu akan hal ini?!
Baiklah, Saya sekarang ingin bertanya kepada al-Ustâdz Dzûlqornain hafizhahullâhu secara tegas, “Bolehkah membaca majalah pengusaha muslim?” Saya menunggu jawaban dan penjelasan al-Ustâdz Dzûlqornain.
(6) Ustâdz Dzûlqornain menuduh Ustâdz Firanda salah menerjemahkan perkataan Syaikh al-Fauzân, padahal setahu Saya malah justru Ustâdz Dzûlqornain yang kurang tepat di dalam menerjemahkan. Semua orang yang mahir bahasa arab tentu mengerti hal ini. Apabila kita perhatikan kembali ucapan Syaikh Fauzân hafizhahullâhu :
الشيخ : تعاونوا مع ذي القرنين، هو رجل طيب وإن كان كما تقول أنه متشدد شوي
Oleh al-Ustâdz Firanda diterjemahkan :
“Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqornain, ia adalah orang yang baik, meskipun dia agak keras -sebagaimana kau katakan- “.”
Menurut al-Ustâdz Dzûlqornain sebagai berikut :
“Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqarnain, ia adalah orang yang baik. Kalau pada (Dzulqarnain) memang terdapat hal seperti apa yang kamu katakan, sesungguhnya dia agak keras.”.”
Sejauh pengetahuan Saya, apabila berdasarkan tafsiran al-Ustâdz Dzûlqornain, maka seharusnya ada tambahan huruf fâ` dan menjadi فإنه متشدد
(7) Al-Ustâdz Dzûlqornain mengklaim mengetahui kesalahan Radio Rodja secara detail…maka ini harus disampaikan kepada umat jika memang benar, bukan malah disembunyikan. Ini yang ditunggu-tunggu, dan Saya rasa asâtidzah Radio Rodja juga menunggu-nunggu, karena tidak ada orang yang luput dari kesalahan.
(8) Ustâdz Dzûlqornain mengaku mengetahui banyak kesalahan-kesalahan Ustâdz Firanda. Saya rasa demikianlah Ustâdz Firanda, karena beliau banyak nulis dan ceramah tentu tidak lepas dari kesalahan. Kalau tidak pernah ceramah dan menulis tentu tidak tampak salahnya. Manusia tidak lepas dari kesalahan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Dan saya yakin, kesalahan yang tidak disengaja lebih dominan.
Dan saya rasa, apabila Ustâdz Firanda juga mau tatabbu’ al-Akhtha` (mencari-cari kesalahan), Saya yakin beliau juga mampu mencari-cari kesalahan Ustâdz Dzûlqornain. Namun, beliau bukanlah karakter yang seperti itu, sejauh pengetahuan Saya.
(9) Apabila Ustâdz Dzûlqornain beralasan dengan kesibukan, Saya rasa Ustâdz Firanda juga tidak kalah sibuknya. Akan tetapi “fatwa” Ustâdz Dzûlqornain tentang Rodja sudah tersebar ke mana-mana, dan telah membuat perpecahan di kalangan kaum muslimin… Ustâdz Dzûlqornain bisa saja mengeluarkan fatwa namun imbasnya yang ribut masyarakat awam yang baru ngaji.
(10) Ustâdz Dzûlqornain mengaku tidak pernah mengharamkan mendengarkan Radio Rodja atau menonton Rodja TV kepada orang awam, akan tetapi hanya kepada para penuntut ilmu. Menurut Saya, ini sungguh aneh :
– Apakah memang demikian, apabila penuntut ilmu maka haram hukumnya, tapi kalau orang awam maka boleh?? Bukankah yang benar malah sebaliknya, justru penuntut ilmu yang tidak mengapa karena bisa membedakan antara yang haq dan bâthil, sedangkan orang awam tidak begitu mengerti dan tidak bisa membedakan yang benar dan salah
– Apakah kajian Ustâdz Dzûlqornain tersebut (tatkala beliau mentahdzir dari mendengarkan Radio Rodja) itu hanya dihadiri khusus para penuntut ilmu, ataukah juga dihadiri orang awam??
– Jika memang hanya dihadiri orang khusus, bukankah rekamannya tersebar kemana-mana bahkan turut disebarkan oleh ahlul bid’ah pembenci dakwah salafiyah?!!
(11) Kita kembali kepada permasalahan ilmiyah yang dipaparkan oleh al-Ustâdz Firanda, Apakah semua orang yang bermuamalah dengan Ihyâ` at-Turâts otomatis jadi sururî sebagaimana praktek rekan-rekan al-Ustâdz Dzûlqornain? Jelaskan kepada kami wahai al-Ustâdz yang mulia, dengan penjelasan yang terang dan tegas…
(12) Adapun cerita tentang Ustâdz Firanda yang menerjemahkan ceramah Syaikh Sururî… maka setahu Saya, ini tidak benar. Apa benar syaikh tersebut sururi?? Bisakah Ustâdz menjelaskan siapakah syaikh tersebut?! Hal ini semakin memperkuat kalau manhaj Ustâdz Dzûlqornain sekarang memang lebih mudah mentahdzîr saudaranya sesama ahlus sunnah dan mencari-cari kesalahan. Semoga Allâh melindungi kita dari hawa nafsu.
Saya masih mencintai al-Ustâdz Dzûlqornain di dalam hal yang beliau berada di atas kebenaran, demikian pula dengan al-Ustâdz Firanda. Saya menuliskan hal ini bukanlah untuk membela al-Ustâdz Firanda sebagai individu, atau karena Saya memiliki kedekatan dengan beliau. Namun, ini murni karena Saya mencintai ahlus sunnah dan persaudaraan di atasnya. Al-Ustâdz Dzûlqornain banyak memberikan faidah bagi umat terutama muslim di Indonesia yang tidak bisa dipungkiri. Namun, janganlah sampai faidah ini rusak disebabkan oleh sikap-sikap kurang bijaksana dan adil di dalam menyikapi perbedaan khilâfiyah ijtihâdiyah.
‘Ala kulli hâl… Saya menunggu dari al-Ustâdz Dzûlqornain sebagaimana judul beliau dalam risalahnya, “Ada Apa Dengan Radio Rodja dan Rodja TV (Siapkah Anda Mendengar Jawaban?”. Iya, kita siap dan inilah yang kita tunggu-tunggu… bukan untuk memecah belah ahlus sunnah tapi untuk menjelaskan al-Haq dan agar ahlus sunnah bisa bersatu di atasnya.
Semoga Al-Ustâdz Dzûlqornain bisa segera menghubungi Syaikh Fauzân dan bermusyawarah dengan beliau, dan menjelaskan hasil liqo’ beliau tersebut kepada umat secara transparan. Semoga Allâh memberkahi dua ustadz kita yang mulia, Dzûlqornain dan Firanda –serta Saya dan seluruh kaum muslimin-, dan mempersatukan mereka di atas al-Haq dan mentautkan hati mereka di atas Islam dan sunnah. Âmîn ya Robbal ‘Âlamîn.
syukron syeikh pencerahannya…
Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami)
mudah2an Allah senantiasa menjaga ana, antum, ustadz firanda dan ustadz dzulqornain di atas kebenaran dan persatuan..
barakallahu fiikum..
Yang diskusi Ust. Firanda dan Ust. Dzulqarnain, kenapa yg komentar malah pihak ke-3? Selalu saja ada tuduhan berburuk sangka atau “Benar akhi,ini adalah dorongan hawa nafsu dzulqarnain”!!? ? Anda mencela orang yg suka mencap seseorang sbgai sururi serampangan, tapi anda sendiri suka mencap seseorang mengikuti hawa nafsunya!? Kapan selesainya kalau begini?
Alhamdulillah ust. Firanda dgn besar hati tidak berkomentar, dan Ust. Firanda membiarkan dalam jawaban ust. Dzul ada hal yg kurang tepat demi tercapainya mashlahat yg jauh lebih besar dibanding sekedar pembelaan diri -sebagaimana dalam catatan kecil di atas yg seharusnya tidak ditulis dan disebarkan karena tidak akan menambah kecuali kekeruhan saja-.
Bukankah sudah jelas bahwa beliau berdua akan bertemu dan bermusyawarah? Kenapa kita -sebagai pihak ketiga- tidak diam saja dan berdo’a saja agar Allah memberi jalan keluar? Waffaqallahu al jamii’.
-saking tidak tahannya lihat komentar pihak ke-3, sampai terseret ikut2an komentar segala. Hasbunallah wa ni’mal wakiil-
1. harusnya kedua ustadz tersebut menerjemahkan setiap tulisannya ke dalam bahasa arab, dan saling ada pengkoreksian, kemudian diserahkan kepada syaikh dan duduk bertiga,
2. dan saling mengkoreksi diri jikalau ada dalam tahdzir atau hajr disitu ada faktor hawa nafsu
selama hal itu tidak dilakukan, susah untuk bisa akur, dan
Quote : “Kalau Ustadz Firanda mencabut tulisannya untuk melanjutkan nasihat Syaikh Shalih Al-Fauzan, insya Allah tulisan ini juga akan Saya cabut.”
—————————
Ustadz Firanda hafidzhulloh sudah menyambut keinginan baik beliau Ustadz Dzulqarnain dengan mencabut tulisan beliau.
Link [ http://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/383-ada-apa-dengan-radiorodja-rodja-tv ] seperti yang dikutip di tulisan di atas sudah tidak bisa diakses lagi.
Ustadz Dzulqarnain hafidzahulloh saya lihat juga menyambut keinginan baik dengan mencabut tulisan beliau di dzulqarnain dot net.
Link [ http://dzulqarnain.net/ada-apa-dengan-radio-rodja-dan-rodja-tv-siapkah-anda-mendengar-jawaban.html ] juga sudah tidak bisa diakses lagi.
——————–
an-nashihah.com semoga juga sebentar lagi mau untuk mencabut tulisan Ustadz Dzulqornain hafidzahulloh ini juga, sebagaimana yang tercantum di link an-nashihah : http://an-nashihah.com/?p=275
Sementara ini masih ada saya lihat.
Ahsan jika Ustadz Abu Salma juga mencabut tulisan ustadz juga, agar tidak timbul permasalahan baru.
Baarokalloohu fiik
Afwan, ustadz firanda dan ustadz dzulkarnain sudah hapus artikelx tentang perselisihannya mengenai radio rodja. Mungkin ada baiknya artikel ini dhapus juga ustadz. Supaya tidak menambah permasalahan baru lagi.
gimana kalau dicabut saja tulisannya ustadz?? bukankah kedua ustadz havizakumulloh sudah mencabut tulisan mereka?baarakallahufiikum..
Biarin aje knape dicabut, terlanjur layar sdh terkembang, biar orang awam seperti ana tahu, walau ana bisa ambil ksimpulan sendiri dari dialog ust dzul and ust firanda dari akhlak jauh seperti langit dan bumi kcuali orang yg ghuluw and pengekor hawa nafsu
[…] ada pelanggan yang hendak cetak Assalamualaikum dalam tulisan jawi pun kita tak galakkan, sebaliknya kita cadang supaya ditulis dalam tulisan rumi,” […]