SILSILAH PEMBELAAN TERHADAP ULAMA AHLIS SUNNAH (1)
SILSILAH PEMBELAAN TERHADAP ULAMA AHLIS SUNNAH (BAGIAN 1)
PEMBELAAN AL-‘ALLÂMAH SHÂLIH AL-LUHAIDÂN TERHADAP SYAIKH SHÂLIH AS-SUHAIMỈ, ‘UBAID AL-JÂBIRỈ, RABỈ’ AL-MADKHALỈ DAN AHMAD AN-NAJMỈ
Akhir-akhir ini, banyak sekali fitnah yang melanda. Celaan demi celaan mengalir begitu derasnya menghantam para ulama ulama ahlus sunnah. Untuk itulah kami akan menurunkan silsilah (bunga rampai) pembelaan terhadap ulama ahlis sunnah secara berseri dan ringkas. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin.
Risalah pertama ini berisi tentang percakapan dengan al-‘Allâmah Shâlih bin Muhammad al-Luhaidân hafizhahullâhu yang menjawab tuduhan-tuduhan keji yang dilontarkan oleh sebuah website yang bernama al-atsarî, yang dikelola oleh fanatikus Syaikh Fâlih al-Harbî hadâhullâhu beserta murid-murid dan sahabat-sahabatnya (Diantaranya Fauzî al-Bahrainî penulis buku Mâdza Yurîdu Ahlus Sunnah bi Ahlis Sunnah bantahan terhadap Rifqon Ahlas Sunnah, Khâlid al-‘Âmî, dll).
Sebagai informasi saja, Syaikh Fâlih bin Nâfi’ al-Harbî hadâhullâhu adalah salah seorang pengibar dakwah haddâdîyah jadîdah yang sangat gemar menghujat dan mencela para ulama ahlus sunnah. Dia sendiri telah dinasehati oleh al-‘Allâmah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd hafizhahullâhu, guru beliau semasa menjadi mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Namun, sayangnya, nasehat lemah lembut dan ramah yang disampaikan al-‘Allâmah al-‘Abbâd hafizhahullâhu bukannya malah menjadikan beliau rujū’ dan bertaubat, namun malah menjadikan beliau semakin menjadi-jadi.
Dikarenakan nasehat yang tidak digubris, akhirnya al-‘Allâmah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd menulis buku yang mengkritik Syaikh Fâlih dan berkata :
“Yang mempelopori hal ini (fitnah tahdzîr, tabdî’, hajr dan semisalnya kepada ahlus sunnah) adalah salah seorang muridku di Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah, yang lulus pada tahun 1395-1396H (yaitu Syaikh Fâlih bin Nâfi’ al-Harbî hadâhullâhu). Dia meraih peringkat ke-104 dari jumlah lulusan yang mencapai 119 orang. Dia tidaklah dikenal sebagai orang yang menyibukkan diri dengan ilmu, dan tidak pula aku mengetahuinya memiliki pelajaran-pelajaran ilmiah yang terekam, tidak pula tulisan-tulisan ilmiah, kecil ataupun besar. Modal ilmunya yang terbesar adalah tajrih, tabdi’ dan tahdzir terhadap mayoritas Ahlus Sunnah, padahal si Jârih (pencela) ini ini tidaklah dapat menjangkau mata kaki orang-orang yang dicelanya dari sisi banyaknya kemanfaatan pada pelajaran-pelajaran, ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan mereka.” (Lihat al-Hatstsu ‘alâ Ittibâ’is Sunnah, Maktabah Mâlik Fahd, cet.I, 1425; hal. 64-5)
Setelah peringatan Syaikh al-‘Abbâd ini keluar, Syaikh Falih dan murid-muridnya semakin menjadi-jadi. Mereka semakin gemar menghujat para ‘ulamâ dan masyaikh ahlis sunnah. Bahkan al-Muhaddits al-Albânî rahimahullâhu pun tidak luput dari celaan mereka. Mereka menuduh al-Imâm al-Albânî berpemahaman irjâ’ sebagaimana tuduhan kaum takfirî yang dulunya mereka (Syaikh Fâlih cs) sangat keras membantah dan mentahdzîr kaum takfirîyîn. Bahkan Syaikh al-‘Abbâd sendiri mereka tuduh tamyî’ (bermanhaj lunak).
Anehnya, para hizbîyîn, harokîyîn dan takfirîyîn seringkali merujuk ke situs ini (yaitu al-Atsarî). Tidak terkecuali al-Ustâdz ‘Abduh Zulfidar Akaha dalam kedua buku beliau “Siapa Teroris Siapa Khowarij” dan “Belajar Dari Akhlak Ustadz Salafi”, walau buku yang terakhir ini tidak menunjukkan link URL ke situs ini, namun beliau ketika menyebut Syaikh Rabî’ bin Hâdî, menyebutkan bahwa murid Syaikh Falih memiliki tulisan yang membantah Syaikh Rabî’, yaitu al-Ustâdz Khâlid al-‘Ami dalam bukunya Qâmus Syatâ`im Rabî bin Hâdî. Buku ini ada di situs al-Atsarî ini.
Suatu hal yang tanâqudh dan kontradiktif adalah, ketika al-Ustâdz ‘Abduh menukil dari situs ini untuk mengkritik Syaikh Rabî’ disebabkan sikap ‘keras’ Syaikh Rabî’ terhadap dakwah harokah Islâmîyah dan tokohnya, namun beliau menutup mata (atau mungkin memang tidak tahu, Allôhu a’lam) bagaimana lebih keras dan lebih pedasnya ucapan Syaikh Fâlih dan murid-muridnya terhadap tokoh-tokoh harokah, bahkan termasuk orang-orang yang tengah dibela al-Ustâdz ‘Abduh semisal, DR. Salmân al-‘Audah, DR. Safar Hawalî, DR. ‘Â`idh al-Qornî, DR. ‘Abdurrahman ‘Abdul Khâliq dll. Bahkan, saya sendiri yakin, apabila al-Ustâdz mau mengumpulkan Qâmus Syatâ`im (Kamus Celaan) dari website al-Atsarî, Syaikh Fâlih berikut murid-muridnya, al-Ustâdz akan mendapati ucapan-ucapan yang lebih keras dan pedas. Bahkan tuduhan munâfiq, syaithân, dan semisalnya, tidak sulit kita dapatkan.
Baiklah, agar tidak berpanjang-panjang, berikut ini adalah transkrip percakapan telepon dengan al-‘Allâmah al-Luhaidân, ketua majlis pengadilan tinggi dan anggota lembaga ulama senior Kerajaan Arab Saudi, pada malam Jum’at tanggal 20/11/1426 H. Transkrip percakapan ini saya nukil dari situs Almanhaj.net, sebuah website bermanfaat yang Syaikh ‘Utsmân al-Khumayis (atau al-Khamis) menjadi salah satu adminnya. Situs ini juga dicuplik oleh al-Ustâdz ‘Abduh dari muntadiyat (forum) diskusinya berkenaan dengan masalah Jarh wa Ta’dîl.
Situs ini banyak berisi bantahan terhadap kelompok sesat, terutama terhadap Râfidhah dan Shufiyah. Diantara para ulama yang turut menjadi anggota dalam situs ini adalah Syaikh Shâlih al-Luhaidân, Ahmad al-Khâthib, Hamad al-‘Utsmân, dll. Yang kesemuanya dari Kuwait. Sebagai informasi pula, Syaikh ‘Utsmân al-Khumayis ini beberapa kali duduk memberikan ceramah bersama Syaikh ‘Alî Hasan al-Halabî hafizhahullâhu, beliau (i.e. Syaikh ‘Utsmân al-Khumayis) juga termasuk pembicara dalam Mu’tamar Markaz al-Imâm al-Albânî (2004/2005) di Yordania, yang saat itu, guru kami al-Ustâdz ‘Abdurrahman at-Tamimî juga termasuk salah satu pembicara.
Berikut ini adalah Teks percakapan tersebut :
Syaikh : Na’am (iya).
Penanya : Assalâmu’alaykum Warohmatullâhu Wabarokâtuhu
Syaikh : Wa’alaykumus Salâm Warohmatullâhu Wabarokâtuhu
Penanya : Semoga Allôh mengharumkan anda dengan kebaikan wahai syaikh kami
Syaikh : Ahlan wa Marhaban
Penanya : Bagaimana kabar Anda?
Syaikh : Alhamdulillâh
Penanya : Semoga Allôh senantiasa menjaga dan memberkahi Anda. Saya ada pertanyaan wahai syaikh kami, apabila anda berkenan?
Syaikh : Iya silakan…
Penanya : Ada suatu website (wahai Syaikh) -semoga Allôh memberikan keselamatan kepada Anda- yang bernama website al-Atsarî di internet…
Syaikh : Iya…
Penanya : Mereka menurunkan beberapa makalah/artikel yang aneh, berisi celaan terhadap ulama (ahlis) sunnah. Seperti, Fadhîlatusy Syaikh Shâlih as-Suhaimî, Fadhîlatusy Syaikh ‘Ubaid al-Jâbirî, Fadhîlatusy Syaikh Rabî’ bin Hâdî al-Madkhâlî, Fadhîlatusy Syaikh Ahmad an-Najmî dan selain mereka dari kalangan para ulama. Apa nasehat anda kepada orang-orang semisal mereka ini?
Syaikh : Nasehatku kepada mereka adalah, hendaknya mereka meminta ampunan kepada Allôh dan bertaubat serta menghentikan celaan-celaan terhadap saudara-saudara mereka.
Penanya : Ada beberapa hal wahai syaikh kami, dimana mereka menjelekkan masyaikh yang mana (masyaikh ini) tidak mungkin mengatakannya, yaitu yang dituduhkan oleh orang-orang kerdil ini, seperti misalnya mereka menuduh Syaikh Rabi’ bin Hâdî dan para ulama lainnya selain beliau, mereka menuduh bahwa beliau mencela Allôh Jallâ wa ‘Alâ dan mendiskreditkan al-Qur`ân!
Syaikh : (memotong) Percayalah, mereka ini berdusta!!!
Penanya : Allôhu Akbar! Allôhu Akbar! Allôhu Akbar!
Syaikh : Insyâ Allôh, Allôh sendirilah yang akan melepaskan tuduhan yang buruk lagi keji ini. Kita memohon kepada Allôh agar Ia memberikan hidayah-Nya kepada orang-orang yang sesat ini.
Penanya : Âmîn! Âmîn! Semoga Allôh membalas Anda dengan kebaikan dan memberkahi Anda wahai syaikh kami.
Syaikh : Hayyakallôhu.
Sumber : http://almanhaj.net/vb/showthread.php?t=1471&page=4
Teks Arabic :
مكالمة مع فضيلة الشيخ العلامة صالح بن محمد اللحيدان رئيس مجلس القضاء الأعلى وعضو هيئة كبار العلماء فيها دفاع الشيخ عن إخوانه العلماء الأجلاء : الشيخ صالح السحيمي والشيخ عبيد الجابري والشيخ ربيع المدخلي والشيخ أحمد النجمي – حفظ الله الجميع –
وكان الاتصال بالشيخ – وفقه الله – ليلة الجمعة 20/11/1426هـ وإليكم نص المكالمة مفرغة :
[- الشيخ : نعم .
– السائل : السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
– الشيخ : وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
– السائل : مسَّاك الله بالخير شيخنا .
– الشيخ : أهلاً ومرحباً .
– السائل : كيف حالك ؟
– الشيخ : الحمد لله .
– السائل : الله يحفظك ويبارك فيك .
– السائل : سؤالي شيخنا لو سمحت ؟
– الشيخ : أي نعم عجِّل .
– السائل : فيه سلَّمك الله –يعني– بعض المواقع : فيه موقع من المواقع يسمى موقع الأثري على شبكة الانترنت .
– الشيخ : أيوه .
– السائل : –يعني– ينزلون مقالات عجيبة في الطعن في علماء السنَّة ,ومنهم فضيلة الشيخ : صالح السحيمي ,و فضيلة الشيخ : عبيد الجابري ,و فضيلة الشيخ : ربيع بن هادي المدخلي ,و فضيلة الشيخ : أحمد النجمي وغيرهم وغيرهم من أهل العلم . فما نصيحتكم شيخنا لمثل هؤلاء ؟
– الشيخ : نصيحتي لهم أن يستغفروا الله ويتوبوا إليه ,ويكفُّوا عن الطَّعن في إخوانهم .
– السائل : فيه بعض الأشياء شيخنا ينزلونها على المشايخ –يعني– يتورع عن قولها –يعني– أن تُقال في صغار الناس ؛مثل أنهم يتَّهمون الشيخ ربيعاً بن هادي وغيره من إخوانه العلماء ,يتَّهمونه أنَّه يسبُّ الله جلَّ وعلا (!) وأنَّه يستهزئ بالقرآن (!)
–الشيخ – مقاطعاً – : يقيناً أنَّهم يكذبون .
– السائل : الله أكبر ,الله أكبر ,الله أكبر
– الشيخ : إن شاء الله أنَّ الله يُبرِّؤَُهُ من هذه التُّهمة الخبيثة القبيحة . نسأل الله أن يهدي هؤلاء الضالين .
– السائل : آمين آمين جزاك الله خيراً شيخنا وحفظك وبارك فيك .
– الشيخ : حياك الله ] .
Maaf ingin tanya,
apakah tahdzir harus selalu dibalas dengan tahdzir juga ?
Assalamu’alaikum..
Sungguh sangat mengecewakan, sesama ulama masih saja mencela.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang -orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya pangilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Hai orang -orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian dari kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamumemakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentukanlah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang.” [Al Hujaraat: 11-12]
Seharusnya para Ulama lebih mengerti dan memahami firman Allah ini. Sungguh mengherankan bagi ToHa.
selengkapnya
http://tohaboy.blog.m3-access.com/posts/37060_Ustadz-menghujat-Ustadz-Gimana-nich.html
konfliknya kok malah jadi berkembang ke arah yang aneh menurut saya.(kayaknya lebih enak belajar fiqh deh daripada pusink)
Saya mengira adanya pihak yang menkritik Syaikh Rabi’ karena beliau menegakkan manhaj kritik (naqd) ilmiah yang tidak menyebutkan kebaikan sama sekali. Sedangkan dalam jarh wa ta’dil memang terkadang disebutkan kebaikan-kebaikan dari subyek yang dikritisi. (Contohnya perkataan Ulama Jarh wa Ta’dil: Fulan jujur (kebaikan) namun lemah hafalannya (keburukan/cacat)). Apakah memang beda antara manhaj ahlussunnah dalam naqd dengan jarh wa ta’dil?