INILAH HADDADIYAH…!!! KENALILAH DAN WASPADALAH DARINYA (3)
هذه هي الحدّادية…!!! فاعرفواها ثمّ احذروا منها
كشف الحقائف الحدادية الخفية عند مدعي السلفية الجديدة وهي الحزبية المقيتة
INILAH HADDADIYAH…!!! KENALILAH DAN WASPADALAH DARINYA
Menyingkap Karakter Haddadiyah Yang Tersembunyi Pada Pengaku-ngaku Salafiyah Yang Hakikatnya Adalah Hizbiyah Yang Membinasakan
[Bagian 3]
i. Menerapkan Hajr secara serampangan
Ini adalah bentuk kebodohan mereka yang kesekian kalinya, mereka tidak faham apa itu hajr, bagaimana cara dan syarat-syaratnya, oleh karena itulah sering sekali para masyaikh ahlus sunnah menjelaskan masalah ini, diantaranya adalah Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad di dalam Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, lalu juga Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, Syaikh ‘Ali Hasan al-Halabi dan selain mereka hafizhahumullah di dalam dauroh-dauroh mereka.
Kepada setiap orang yang mereka nilai sesat dan menyimpang, maka dengan serta merta mereka menghajrnya, tidak mau salam dengannya, tidak mau duduk bermajlis dengannya walaupun dalam rangka mendakwahinya, tidak mau bermuka masam kepada kaum muslimin dan sikap-sikap buruk lainnya yang menyebabkan manusia semakin lari dari dakwah al-Haq ini, hanya karena disebabkan orang-orang juhala’ semisal mereka ini.
Al-‘Allamah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad berkata di dalam Rifqon Ahlus Sunnah bi Ahlis Sunnah (hal. 52-53) :
والهجر المفيد بين أهل السنة ما كان نافعاً للمهجور، كهجر الوالد ولده، والشيخ تلميذه، وكذا صدور الهجر ممن يكون له منزلة رفيعة ومكانة عالية، فإن هجر مثل هؤلاء يكون مفيداً للمهجور، وأما إذا صدر الهجر من بعض الطلبة لغيرهم، لا سيما إذا كان في أمور لا يسوغ الهجر بسببها، فذلك لا يفيد المهجور شيئاً، بل يترتب عليه وجود الوحشة والتدابر والتقاطع
“Hajr yang bermanfa’at di kalangan Ahlus Sunnah adalah apa yang dapat memberikan manfaat bagi yang dihajr (dikucilkan), seperti orang tua mengucilkan anaknya, dan seorang Syeikh terhadap muridnya, dan begitu juga pengucilan yang datang dari seorang yang mempuyai kehormatan dan kedudukan yang tinggi, karena sesungguhnya pengucilan mereka sangat berfaedah bagi orang yang dikucilkan. Adapun apabila hal itu dilakukan oleh sebagian penuntut ilmu terhadap sebagian lainnya, apalagi bila disebabkan oleh persoalan yang tidak sepantasnya ada hal pengucilan dalam persoalan tersebut, maka yang demikian ini tidak akan membawa faedah bagi yang dikucilkan sedikitpun, bahkan akan berakibat terjadinya pertikaian, sikap saling membelakangi dan pemutusan hubungan.”
j. Memikulkan kesalahan seseorang kepada orang lain
Ini adalah kesesatan pemikiran mereka yang paling tampak nyata, mereka akan memikulkan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yang tidak ada sangkut pautnya. Pemikiran ini seperti aqidah nashrani yang meyakini adanya dosa ’warisan’ dan dan shufiyah yang meyakini bahwa amal perbuatan seseorang bisa ditanggung oleh orang lain.
Sebagaimana apa yang mereka lakukan kepada para du’at ahlus sunnah berupa celaan dan makian, mereka mencela seorang Ustadz hanya karena ada ustadz kenalannya yang melakukan suatu kesalahan. Alkisah ada seorang ustadz yang melakukan kesalahan yang menurut mereka sangat fatal –padahal belum tentu demikian-, maka mereka dengan serta merta bergembira ria atas kesalahan ustadz ini, mereka luangkan waktu untuk mentranskrip ucapan ustadz ini yang dipandang salah, namun tidak berakhir sampai di sini, mereka generalisir kesalahan ustadz ini kepada ustadz-ustadz lainnya yang tidak berbuat, dan mereka timpakan kesalahan yang sama kepada ustadz-ustadz lainnya yang kebetulan hanyalah mengenal ustadz yang tersalah ini. Dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya, sehingga dengan “aqidah” sesat seperti inilah salah seorang dari mereka berani menyematkan label “al-Kadzdzab” kepada salah seorang ustadz yang pernah memberikan ceramah di hadapan masyaikh dan thullabul ’ilmi di Markaz al-Imam al-Albani Yordania.
Alloh Ta’ala telah mengabarkan di dalam firman-Nya yang mulia :
أَلاَّ تَزِرُ وَازِرَةُ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنَّ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tidak akan mendapatkan selain apa yang ia usahakan.” (QS an-Najm : 38)
Alloh Ta’ala juga berfirman di tempat yang lain :
وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةُ وِزْرَ أُخْرَى
“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.” (QS al-Israa` : 15; lihat pula QS az-Zumar : 7, Fathir : 35 dan Al-An’am : 164)
Al-’Allamah Nashir as-Sa’di rahimahullahu ketika menafsirkan QS an-Najmi di atas dengan :
أي: كلّ عامل له عمله الحسن والسيئ فليس له من عمل عيره وسعيهم شيء ولا يحتمل أحد عم أحد ذنبا
“Setiap orang yang melakukan maka baginya sendiri amal baik atau buruknya, dan dia tidak memikul apa yang dilakukan oleh selainnya dan sedikitpun dari hasil usaha mereka, dan seseorang tidak memikul dosa orang selainnya.”
[Lihat : Taysirul Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan karya al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, ditahqiq oleh Syaikh ’Abdurrahman bin Mu’alla al-Luwaihiq, cet. 1, 1422/2001, Mu`assasah ar-Risalah, Beirut, hal. 822, juz 27, surat 53, ayat 38]
Namun aduhai, sungguh amat disayangkan sekali. Seorang yang mengaku-ngaku sebagai ahlus sunnah, bisa terjatuh kepada kesalahan semisal ini. Apakah hanya karena kebencian yang telah mendarah daging sehingga mereka menghalalkan segala cara hanya untuk memenuhi ambisi dan obsesi menjatuhkan kehormatan seorang muslim?!!
k. Mencela para ulama ahlus sunnah yang jatuh kepada kesalahan atau yang tidak sefaham dengan pemahaman mereka
Apabila pengekor Falih al-Harbi dulu gencar mencela para ulama dan menuduh mereka bermacam-macam, seperti menuduh Syaikh ’Abdurrazaq al-’Abbad, Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili dan selain mereka dengan tuduhan tamyi’, menuduh masyaikh Yordania sebagai hizbiyyun dan pembela hizbiyyun, Syaikh Bakr Abu Zaed sebagai takfiri quthbi, Syaikh Jibrin sebagai ikhwani dan semisalnya, mereka pun sekarang juga masih tetap meniru metode Falih yang merupakan dampak dari pemahaman haddadiyah bahwa setiap orang yang jatuh pada kebid’ahan maka otomatis ia menjadi bid’ah.
Masih segar di ingatan kita ucapan salah seorang jahil dari kalangan mereka yang mencela Syaikh Abu Bakr al-Jazairi sebagai tablighi, merajuk-rajuk kepada masyaikh Yordania dengan perkataan : “wahai syaikh, anda salah hadir di pertemuan mereka…” yang intinya mengatakan bahwa masyaikh salah dan saya yang benar!!! Menuduh syaikh Ahmad Surkati sebagai Mu’tazili Aqlani, bahkan dikatakan sebagai mubtadi’, penyeru kesesatan, agen kuffar Belanda dan tuduhan-tuduhan keji lainnya.
Mereka tidak memahami bedanya ucapan : “pada diri fulan ada pemahaman Asy’ariyah“, “pada diri Alan ada pemahaman aqlaniyah“, “Syaikh Fulan terjatuh pada kesalahan ini dan itu” atau ucapan-ucapan semisal yang tidak mengharuskan kesalahan-kesalahan mereka itu divonis bid’ah dan sesat. Mereka tidak cukup dengan metode seperti ini, karena hasrat dan ambisi mereka yang terbakar ghirah jahiliyah, hawa nafsu dan kedengkian yang membuncah, mengharuskan mereka untuk mencela dan menjatuhkan individu-individu dari para ulama tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
ليس منا من لم يجل كبيرنا ويرحم صغيرنا ويعرف لعالمنا حقه
“Bukanlah termasuk golongan kami siapa saja yang tidak menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan mengenal hak orang alim kita.” (HR Ahmad dan Hakim, dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 4319).
Imam Ibnu Asakir rahimahullahu berkata di dalam Tabyin Kadzibil Muftari :
واعلم يا أخي! وفقنا الله وأياك لمرضاته وجعلنا ممن يخشاه ويتقيه حق تقاته أنّ لحوم العلماء وحمة الله عليهم مسمومة وعادة الله في هتك أستار منتقصيهم معلومة.
“Ketahuilah saudaraku, semoga Allah menunjuki kami dan kalian kepada keridhaan-Nya dan semoga Dia menjadikan kita orang-orang yang takut kepada-Nya dan bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, bahwasanya daging para ulama –rahmatullahu ‘alaihim– adalah beracun dan merupakan kebiasaan Allah (sunnatullah) merobek tabir kekurangan mereka pula.”
Imam adz-Dzahabi di dalam Siyaru A’laamin Nubala’ (XIV/33) berkata :
ولو أن كلما أخطأ إمام في اجتهاده في آحاد مسائل خطأ مغفورا له قمنا عليه وبدعناه وهجرناه منا سلم معنا لا ابن نصر ولا ابن منده ولا من هو أكبر منهما والله هو هادي الخلق إلى الحق وهو أرحم الراحمين فنعوذ بالله من الهوى والفظاظة
“Kalau seandainya setiap kali seorang imam bersalah di dalam ijtihadnya pada suatu masalah dengan kesalahan yang terampuni, kemudian kita menvonisnya bid’ah dan menghajrnya, maka tak ada seorangpun yang selamat dari kita, tidak Ibnu Nashr (al-Marwazi), tidak pula Ibnu Mandah, ataupun yang lebih senior dari mereka berdua. Dan Allohlah Dia yang memberi petunjuk hamba-Nya kepada kebenaran dan Dia adalah yang paling penyayang. Kita memohon perlindungan dari hawa nafsu.”
Oleh karena itu, seharusnya mereka menjaga lisan dan diri mereka dari berkata buruk kepada ulama, apalagi yang telah wafat mendahului mereka, yang mana amal para ulama ini –insya Alloh– jauh melebihi mereka, bahkan mungkin menjangkau mata kakinya saja mereka tidak sampai. Apabila seseorang melihat ada kesalahan pada mereka, maka seharusnya ia menjaga dirinya dari berburuk sangka kepadanya, menjaga lisannya dari mencela, mengumpat, menghujat apalagi sampai melaknat dan menvonisnya sebagai ahli bid’ah dan kesesatan tanpa disertai burhan dan bashirah, karena apabila mereka ini mau bermuhasabah (introspeksi) niscaya kesalahan mereka akan lebih banyak dan besar daripada mereka (para ulama ini).
l. Lebih memprioritaskan dan menyibukkan diri dengan tahdzir daripada masalah pembenahan aqidah ummat
Al-Imam al-Albani rahimahullahu memiliki sebuah risalah yang sangat indah, yang merupakan transkrip rekaman ceramah beliau yang berjudul Tauhid Awwalan ya Du’atal Islaam (Tauhid dulu wahai para da’i islam!), demikian pula dengan Syaikh al-Qor’awi yang memiliki risalah Tauhid awwalan lau kaanuu ya’lamuun (Tauhid lebih dulu apabila mereka mengetahuinya), dan masih banyak lagi para ulama yang menjelaskan akan keutamaan dan prioritas tauhid dibandingkan lainnya.
Saya yakin, mereka semua faham bahwa dakwah yang diserukan awal mula dan pertama kali oleh para Nabi dan Rasul adalah seruan tauhid dan aqidah. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam ketika mengutus Mu’adz, beliau memerintahkan agar Mu’adz menyeru kepada tauhid terlebih dahulu, baru menyerukan hukum-hukum Islam lainnya. Tidak ada yang mengingkari kewajiban pertama dan utama ummat Islam adalah memahami masalah aqidah dan tauhid ini.
Sekarang, apakah kaum muslimin di Indonesia ini, mayoritas mereka bertauhid dan beraqidah yang shahihah ataukah tidak?! Pasti kita semua mengetahui bahwa mayoritas ummat di Indonesia -dan negara lainnya- tidak faham aqidah yang benar dan makna tauhid yang shahih. Fenomena kesyirikan semisal tabarruk di kuburan, meminta dan berdo’a kepada mayyit, beritsighotsah kepada orang-orang yang telah meninggal, bertawassul dengan hak-hak wali dan orang mati, dan segala bentuk kesyirikan lainnya yang dipenuhi oleh takhayul, khurofat dan bid’ah.
Namun sungguh aneh, mengetahui fenomena semisal ini, mereka –para oknum juhala’ ini- lebih mementingkan dan mendahulukan tahdzir, tahdzir dan tahdzir. Bukannya tahdzir kepada kesyirikan, kekufuran dan kebid’ahan yang tengah melanda ummat, namun mereka mentahdzir para du’at ahlus sunnah yang mengerahkan tenaga dan waktunya untuk berdakwah dan menyerukan tauhid. Mereka larikan ummat ini dari kebenaran yang disampaikan sehingga seakan-akan kebenaran itu hanyalah milik sendiri yang tidak boleh orang lainnya mendapatkannya. Ma’adzallohu!!!
Apakah ini pengejawantahan dakwah salafiyah yang hakiki wahai ghulat?! Apakah gembor-gembor dan syiar anda yang berisi makian, cacian, umpatan, fitnah, celaan, kedustaan, manipulasi, kebodohan dan segala bentuk kejelekan lainnya sebagai salah satu bentuk dakwah salafiyyah?! Pembelaan atasnya dengan mengkambinghitamkan ilmu jarh wa ta’dil?!! Allohumma, alangkah rusaknya kalian ini…!!!
m. Menyibukkan diri dengan metode investigasi ala kuffar untuk mencari-cari kesalahan dan menyandarkannya sebagai bagian dari manhaj salaf
Mereka sibukkan diri dengan metode investigasi ala agen rahasia atau CIA atau semisalnya, mereka browsing ke internet mencari informasi yang bisa mereka jadikan sarana untuk menghantam saudara mereka, mereka ikuti berita-berita di media-media massa baik majalah dan selainnya, mereka ikuti kaset-kaset ceramah para du’at bukannya untuk beristifadah darinya namun untuk mencari-cari kesalahan. Informasi-informasi sepenggal-sepenggal yang terkadang ‘gak nyambung’ mereka satukan bagaikan anak kecil yang bermain ‘jigshaw puzzle’, menggabungkan potongan-potongan gambar teka-teki menjadi satu bagian utuh. Namun bedanya, para ‘pengangguran’ ini menyatukan potongan-potongan yang tidak utuh dengan imajinasi dan fantasi mereka sendiri.
Dari potongan-potongan informasi yang mereka dapatkan itu, mereka susun sebuah gambaran kacau yang disertai dengan imajiner dan manipulatif, lalu mereka gabung-gabungkan antara satu dengan lainnya, lalu mereka mengambil konklusi darinya. Dengan metode ini, mereka menghantam dan menghajar pada du’at yang kebanyakan tidak mengetahui apa yang mereka susun itu, lalu mereka saling silangkan, korelasikan dan generalisir kesalahan-kesalahan yang mereka dapatkan kepada orang yang tidak tahu apa-apa.
Mereka menyatakan, lihatlah website alirsyad.or.id yang memuat tulisan tentang Safar Hawali atau foto-foto atau… atau… lalu dengan enaknya dan mudahnya mereka timpakan pula kepada Ma’had Ali Al-Irsyad yang tidak tahu menahu tentang masalah ini, dengan alasan kesamaan nama. Aduhai, alangkah bodohnya pola pikir mereka, alangkah rusaknya metode berfikir mereka dan alangkah jauhnya tuduhan mereka dengan hakikat sebenarnya. Apabila mereka hendak mencari kejelasan, maka mereka haruslah mengambil yang muhkam dari pendapat orang atau ma’had yang mereka tuduh, bukannya menggambil yang samar dan tidak jelas.
Sebagai contoh, misalnya ada ustadz Fulan, dia menjelaskan sikapnya yang jelas kepada hizbiyyah, ia mentahdzir darinya, bahkan ia terangkan dengan sejelas-jelasnya, maka ucapan ustadz ini adalah ucapan yang muhkam, yang tafshil dan yang sharih yang harusnya dipegang. Bukannya malah mencari-cari celah yang samar, yang mana mereka bertakalluf untuk mencari-cari kesalahannya dengan bukti-bukti dan argumentasi yang samar, mujmal dan tidak terang. Seakan-akan mereka ini tidak senang apabila ada orang selain mereka yang melakukan kebenaran, dan mereka lebih menghendaki orang atau ustadz tersebut salah, agar mereka bisa melemparkan tuduhan-tuduhan keji dan fitnah-fitnahnya. Dan cara yang mereka gunakan adalah investigasi-investigasi informasi ala CIA atau semisalnya, yang mana orang kuffar atau ahli bid’ah pun bisa melakukan hal yang sama dengan mereka. Tidakkah mereka mengetahui artikel yang berjudul : “Indonesia Backgrounder : Why Salafism dan Terrorism mostly don’t mix” oleh ICG (International Crisis Group) yang metode pengumpulan beritanya dari internet dan mereka banyak sekali melakukan kesalahan di dalamnya. Kemudian metode para hizbiyyun pembenci dakwah salafiyyah yang menyusun bantahan-bantahan dengan penukilan-penukilan dan penghimpunan informasi dari internet yang sepatahg-sepatah dan sepotong-sepotong. Bahkan, apabila mereka melihat tulisan yang menyerang Syaikh Rabi’ bin Hadi, yang berjudul “Syaikh Rabi’ bin Hadi fil Mizan” maka metode mereka pada hakikatnya sama dengan mereka-mereka ini. Yaitu asmot (asal comot) dari sana sini kemudian ditambah dengan gosip (digosok semakin sip).
Dan ini bukanlah metode dan manhaj salaf, karena manhaj salaf di dalam menilai pemikiran seseorang dari ahlus sunnah adalah dengan tahqiq dan verifikasi yang jelas, menelusuri sumbernya secara jelas dan bertabayun dan tatsabut atas berita yang sampai, serta membawa ucapan-ucapan yang mujmal kepada yang tafshil, membawa perkataan yang samar kepada yang muhkam, dst. Apabila mereka mendapatkan kesalahan maka mereka nasehati dulu kesalahan tersebut, dan apabila mereka tidak mampu, maka mereka meminta tolong kepada yang mampu untuk menjelaskannya.
n. Bodoh terhadap implementasi al-Wala` wal Baro`
Ini merupakan salah satu kebodohan mereka yang sangat menonjol, mereka tidak memahami hakikat al-Wala` wal Baro` dan penerapannya. Semua yang menyimpang dari kaum muslimin, betatapun tingkatnya maka diperlakukan dengan baro` secara sempurna seakan-akan mensikapi orang kafir. Sikap seperti ini telah ditengarai oleh Fadhilatusy Syaikh DR. Nashir ‘Abdul Karim al-‘Aql hafizhahullahu yang mana beliau berkata :
“Orang-orang beriman seluruhnya adalah wali Allah dan bagi seluruh mukmin diberikan wala’ (loyalitas) sebatas tingkat keimanannya, demikian pula sebaliknya (diberikan baro’ah (kebencian/berlepas diri) sebatas tingkat kemaksiatannya, pent.). Orang-orang kafir, seluruhnya adalah wali Syaithan dan tidak ada wala’ sedikitpun bagi orang kafir. Akan tetapi, mukmin yang bermaksiat, diberikan baro’ah kepadanya menurut kadar kemaksiatannya, demikian pula para pelaku bid’ah dari kaum muslimin, diberikan baro’ah menurut tingkat kebid’ahannya, dan bagi mereka wala’ sebatas keimanannya. Oleh karena itu, sesungguhnya orang kafir tidak terkumpul padanya wala’ dan baro’ sekaligus.
Seorang mukmin yang kholish (murni) yang berjalan di atas as-Sunnah, baginya wala` dan kecintaan yang sempurna. Jika ditemukan padanya kemaksiatan atau kebid’ahan maka terkumpul padanya dua perkara: yaitu kita berwala’ terhadap kebaikan dan iman yang dimilikinya dan kita membenci terhadap kemaksiatan dan kebid’ahannya. Dengan demikian, mayoritas kaum mukminin pelaku kemaksiatan dan kebid’ahan yang tidak sampai mengeluarkan dari agama, mayoritas mereka, bahkan seluruhnya dari para pelaku kemaksiatan dan bid’ah yang kecil, bagi mereka kecintaan dan wala’ sebatas keimanan dan amal shalih yang ada pada mereka serta baro’ dan kebencian sebatas kemaksiatan dan kebid’ahan mereka.”
Lalu beliau hafizhahullah melanjutkan :
هذه القاعدة اختلت عند كثير من ضعيفي العلم وقليلي الفقه في الدين والجهلة بمذهب السلف, حتى يعض مدعي السلفية وقعوا في هذا, فإنهم يعادون على البدعة عداء كاملا, وقد تكون البدعة غير مخرجة من الملة وقد تكون بدعة جزعية ليست متكاثرة في الشخص. كما أنهم قد يعادون على المعصية عداء كاملا أو على المخالفة والخطأ عداء كاملا. وهذا خطأ يجب أن يحذروا غيرهم من أن يعلموا بهذه القاعدة. والآن نرى من نتائج تطبيق ذلك ما يحدث بين شباب أهل السنة مع الأسف من نزاعات في أمور حول الدين والاجتهاديات وحول الدعوة إلى الله عز و جل. نجد أنهم يتنازعون في هذا ويطبقون على خصومهم والمخالفين من أهل السنة البراء الكامل, يبغضونهم في ذلك ويستبيحون الكلام فيهم والتشهير بهم ويحتسبون عند الله الدعوة ضدهم والتشهير بهم والتحذير منهم. هذا الخلاف الأصل الشرعي, نعم ما فيهم من أخطاء ينبه عليهم مع الاعتراف بفضلهم وقدرهم بما فيهم من فضل وقد, هذا أمر ضروري وإلا تقع فتنة بين المؤمنين.
“Kaidah ini jarang dipegang oleh kebanyakan orang-orang yang lemah ilmunya dan dangkal pemahaman agamanya serta bodoh dengan manhaj salaf, sampai-sampai sebagian orang yang mengaku sebagai salafiy juga jatuh kepada hal ini, yaitu mereka memusuhi bid’ah dengan permusuhan yang kamil (sempurna), walaupun terkadang bid’ahnya tidak sampai tingkatan mengeluarkan pelakunya dari agama, dan terkadang pula kebid’ahan tersebut hanya sebagian kecil saja tidak menyeluruh pada seseorang. Sebagaimana pula mereka memusuhi kemaksiatan dengan permusuhan sempurna, atau memusuhi suatu penyelewengan dan kesalahan dengan permusuhan yang sempurna.
Sekarang kita perhatikan dampak dari penerapan perilaku ini, yang marak terjadi di tengah-tengah ahlus sunnah, yang menimbulkan keprihatinan dan percekcokan di dalam permasalahan agama, perkara Ijtihadiyah dan seputar dakwah kepada Allah. Kita dapatkan mereka saling berselisih tentang hal ini dan menerapkan kepada musuh dan lawan mereka sesama ahlus sunnah, baro’ah yang sempurna, sampai mereka membenci mereka, memperbolehkan menjelekkan mereka, menyebarkan aib mereka, mereka berniat karena Allah mendakwahi lawan mereka namun mereka menyebarkan aib mereka dan mentahdzir mereka.
Hal ini menyelisihi ushul (pokok) syariat. Iya memang, jika mereka melakukan kesalahan diperingatkan kesalahan-kesalahannya, namun tetap dengan mengakui keutamaan dan kadar yang mereka miliki. Ini adalah perkara dharuri (yang wajib dilakukan), atau jika tidak, maka akan timbul fitnah di tengah-tengah kaum muslimin.”
[Lihat : Aqwaalu wa Fatawa al-Ulama`i fit Tahdziiri min Jamaa’ati al-Hajri wat Tabdi’, dihimpun oleh Majmu’atu min Thullabatil ’Ilmi, cet. II, 1424, hal. 38-39)
Dan inilah salah satu bentuk kebodohan mereka, apabila mereka telah membenci kepada suatu kaum, maka kebencian mereka akan mereka terapkan secara sempurna, dan mereka halalkan kehormatan saudara-saudara mereka sesama ahlus sunnah, mereka makan daging-nya, mereka injak-injak kehormatannya, dan mereka tutup jalan-jalan ifadah kepada para du’at yang terzhalimi ini. Tidak ada sedikitpun rasa wala`, mahabbah ataupun pembelaan mereka kepada saudara mereka sesama ahlus sunnah, dan mereka terapkan kepada para du’at ini kebencian dan baro` yang sempurna yang seharusnya hanya diterapkan kepada kaum kuffar. Wal’iyadzubillah.
o. Tidak mau melakukan tabayyun (verifikasi) dan tatsabbut (cek ricek) terhadap berita yang sampai
Menurut mereka, selama berita itu datang dari kalangan mereka yang mereka nilai semuanya tsiqoh dan terpercaya beritanya, maka tidak ada perlunya melakukan tabayyun dan tatsabbut. Apalagi jika berita yang sampai pada mereka adalah kejelekan atau aib seseorang yang mereka musuhi atau benci, maka tidak ada perlunya melakukan tabayyun, selama ambisi dan obsesi mereka untuk mencaci maki lawannya dapat terpenuhi dengan mudah. Karena manhaj mereka telah terasuki oleh kaidah al-Ghoyah tubarrirul Wasiilah (tujuan itu menghalalkan segala cara). Dengan demikian, berita apapun yang sampai pada mereka, dengan cara apapun, entah dengan identifikasi dan penggalian informasi ala agen rahasia, ataukah tajassus dan mencari-cari kesalahan musuhnya dari kaset-kaset rekaman atau selainnya.
Al-’Allamah ’Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullahu ditanya :
في قبول خبر الثقة, هل يقبل مطلقا دون التثبت؟ كان يقول: إن فلانا مثلا سبّ وطعن في الصحابة, هل يجب علي أن آخذ بهذا القول وأحكم به أم لا بدّ من التثبت؟
“Dalam masalah menerima berita dari orang yang tsiqoh (terpercaya), apakah diterima perkataannya secara mutlak tanpa tatsabut? Orang itu berkata misalnya : sesungguhnya Fulan telah memaki dan mencela sahabat, apakah wajib bagiku menerima perkataan ini (langsung) dan menghukuminya (sebagai pencela sahabat, pent.) ataukah aku harus tatsabut?
Syaikh hafizhahullahu menjawab :
لا بدّ من التثبت!!!
“Harus tatsabbut!!!”
Syaikh hafizhahullahu ditanya kembali :
ولو كان القائل أحد المشائخ؟
“Walaupun yang berkata adalah salah seorang masyaikh?”
Syaikh hafizhahullahu menjawab :
لا بدّ من التثبت!!! القائل إذا عزاه إلى كتاب له والكتاب موجودو فمنكن للناس الرجوغ لهذا الكتاب, أما مجرد كلام من غير أن يذكر له أساس لاسيما إذا كان الشخص الموجودين. أما إذا كان من المتقدمين وهو معروف بالبدعة أو من أئمتها هذا كل يعرفه, يعني مثل جهم بن صفوان, وكذا كل من قال أنه مبتدع فإن كلامه صحيح, أي إنسان يقوله, وأما بعض الناس الذين يحصل عندهم خطأ وعندهم جهود عظيمة في خدمة الدين فيحصل منهم زلة, فبعض الناس يمكن أنه يقضي عليه بمجرد هذه الزلة.
“Tetap harus tatsabbut!!! Orang yang berkata jika ia menisbatkan kepada bukunya dan bukunya harus ada, sehingga memungkinkan ummat untuk merujuk kepada buku ini. Adapun perkataan belaka yang tidak ada dasarnya atas yang disebutkan olehnya terutama jika orang-orang tersebut masih hidup. Adapun jika ia termasuk dari orang terdahulu dan dia memang dikenal dengan kebid’ahannya atau termasuk pembesarnya, hal ini semua orang mengetahuinya, yaitu seperti misalnya Jahm bin Shofwan, maka setiap orang yang mengatakan ia mubtadi’, maka sesungguhnya perkataannya benar, yaitu orang yang menyatakannya demikian. Adapun terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan sedangkan dia memiliki kesungguhan yang luar biasa dalam berkhidmat terhadap agama, kemudian dia tergelincir, maka sebagian orang memungkinkan untuk menghukuminya atas ketergelincirannya saja.”
[Lihat : Aqwaalu wa Fatawa al-Ulama’, op.cit., hal. 33-34)
p. Tidak mau membawa ucapan yang mujmal kepada yang mufashshol
Apabila sampai kepada mereka ucapan dari para du’at ahlus sunnah yang mereka musuhi yang bersifat mujmal yang zhahirnya tampak mereka fahami sebagai suatu kebatilan, padahal yang dimaksud oleh pengucap tidaklah sebagaimana yang dimaksudkan oleh mereka para penghujat dan pencela ini. Mereka memahaminya secara bathil dikarenakan rusaknya pemahaman mereka yang dibakar oleh kebencian dan permusuhan belaka. Sungguh benar ucapan seorang penyair :
و كم من عائب قولا صحيحا و آفته من الفهم السقيم
Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar ?
Oleh sebab pemahamannya yang sakit
Suatu waktu mereka mencela dengan caci maki yang bertubi, menuduh dan menggelari pada du’at salafiyyah dengan tuduhan dan gelar-gelar yang buruk, hanya karena mereka mendapatkan beberapa buku dari sebuah penerbit yang banyak menerbitkan terjemahan asatidzah dan du’at ahlis sunnah, mereka mendapatkan dua buku yang bercorak dengan pemahaman takfiri, yaitu buku “Thoghut” karya Abdul Mun’im Mustofa Halimah hadaahullahu seorang takfriy yang sekarang berdomisili di negeri Kafir, tepatnya di London Selatan, Inggris dan buku “Penjelasan Pembatal Keislaman” (terjemahan dari at-Tibyan fi Nawaqidhil Islam) karya Syaikh Sulaiman Nashir al-‘Ulwan saddadhullohu yang terpengaruh oleh pemahaman takfiriy.
Dengan girang dan gembiranya, mereka mendapatkan amunisi untuk menembakkan caci makinya kepada ustadz dan da’i yang terjemahan buku mereka banyak diterbitkan oleh penerbit tersebut. Mereka lemparkan celaan celaan kotor kepada para du’at ini sembari menggeneralisir umpatan dan makiannya kepada du’at lainnya yang tidak ada hubungannya dengan penerbitan ini. Parahnya, mereka berdusta dengan membuat opini bahwa seakan-akan para du’at salafiyyah ini ridha dan rela dengan diterbitkannya kedua buku bermasalah ini. Aduhai, sungguh murah sekali kedustaan itu di sini mereka, sebagaimana seorang penyair berkata :
فالبهت عندكم رخيص سعره حثوا بلا كيل ولا ميزان
Di sisi kalian dusta itu sangat murah harganya
Tanpa ditakar dan ditimbang mereka menghamburkannya
Padahal, apabila mereka mau bertabayyun dulu, atau bersikap sedikit tenang dan tidak mendahulukan hawa nafsu mereka yang membinasakan, niscaya mereka tidak akan jatuh kepada kedustaan dan fitnah-fitnah keji. Tidakkah mereka melihat, bahwa para du’at tersebut berlepas diri dari buku-buku bermasalah tersebut dan segala pemikiran yang menyimpang. Adakah mereka membaca bantahan terhadap buku “Thaghut” tersebut yang ditulis oleh saudara kami, Ali Hasan Bawazir dan dimuat di Majalah as-Sunnah dalam dua edisi, lalu pada edisi berikutnya disokong dan ditaqrizh oleh al-Ustadz Abu Ihsan?!! Adakah mereka membaca kritik dan bantahan terhadap buku Syaikh Sulaiman al-Ulwan tersebut di Majalah al-Furqon?! Juga bantahan-bantahan di kajian-kajian dan majelis ilmiah mereka?! Lantas mengapa mereka mereka lebih mendahulukan kejahatan hawa nafsu mereka dan ambisi serta obsesi mereka untuk bermusuhan dan mencaci maki yang disertai dengan kedustaan dan fitnah-fitnah?!! Aduhai, alangkah benarnya ucapan seorang penyair ini kepada mereka :
احذر لسانك أن يقول فتبتلى إن البلاء موكل بالمنطق
Jaga lidahmu untuk berujar dari petaka
Sebab petaka itu bergantung pada ucapan
Dan masih banyak lagi kejadian serupa, yang mana mereka lebih senang membawa suatu hal yang samar dan mujmal, namun mereka tidak mau mengembalikannya kepada yang muhkam dan mufashshol dari sikap para du’at dan asatidzah yang mereka cela dan maki itu.
Al-‘Allamah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullahu ditanya dengan pertanyaan berikut : “Jika didapatkan pada seorang alim perkataan yang mujmal (global) di dalam suatu perkara, dan terkadang perkataan mujmal tersebut secara zhohirnya menunjukkan kepada suatu perkara yang salah, dan didapatkan lagi padanya perkataan yang lain yang mufashshol (terperinci ) pada perkara yang sama tentang manhaj salaf, apakah dibawa perkataan seorang alim yang mujmal tersebut kepada perkara yang mufashshol?”
Syaikh hafizhahullahu menjawab :
نعم! يحمل على المفصل, ما دام هو شيئ موهم, فالشيئ الواضح الجلي هو المعتبر
“Iya, dibawa kepada yang mufashshol, selama perkara tersebut adalah sesuatu yang masih samar, sedangkan perkara yang jelas dan teranglah yang dianggap.”
[Lihat : Aqwaalu wa Fatawa al-Ulama’, op.cit., hal. 34)
q. Mengimplentasikan dan mempermainkan ilmu Jarh wa Ta’dil sekehendak hati mereka
Aduhai, betapa bangganya mereka, dengan menyebut bahwa website mereka terdahulu sebagai website “Jarh wa Ta’dil”. Mereka senantiasa mengklaim bahwa upaya caci maki dan tindakan ghibah mereka yang haram sebagai upaya penjagaan terhadap agama, sebagai upaya pemeliharaan dan bagian dari ilmu Islam yang mulia, yaitu Jarh wa Ta’dil.
Mereka permainkan ilmu ini sekehendak hati mereka, dan mereka implementasikan dan aplikasikan menurut hawa nafsu mereka, mereka jarh dengan jarh yang tidak pernah dikenal oleh ulama salaf sebelumnya, dan mereka ta’dil siapa saja yang sepakat dan selaras dengan pendapat dan pemahaman mereka.
Ulama salaf dahulu, mereka sangat waro’ (berhati-hati) terhadap penggunaan ilmu ini. Mereka sangat berhati-hati sekali agar jarh mereka kepada seorang perawi bukanlah berangkat dari hawa nafsu, dari kedengkian, hasad, subyektifitas dan permusuhan. Namun mereka melakukannya dengan ketakwaan, kehati-hatian dan keikhlasan dalam rangka memelihara dan menjaga agama ini.
Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullahu di dalam al-Muuqizhoh (hal. 82) mengatakan :
والكلام في الرواة يحتاج إلى ورع تام وبراءة من الهوى والميل
“Membicarakan para perawi memerlukan sifat waro’ yang sempurna dan terlepasnya diri dari hawa nafsu dan kecenderungan (subyektifitas)…”
Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullahu berkata di dalam al-Iqtiraah (hal. 302) :
أعراض المسلمين حفرة من حفر النار وقف على شقيرها طائفتان من الناس : المحدثون والحكام
“Kehormatan kaum muslimin adalah sebuah jurang dari jurang-jurang neraka. Berdiri di tepi jurang tersebut dua kelompok manusia, yaitu para muhaddits (yang membicarakan para rawi) dan hukkam (penguasa)…”
Imam Ibnu Sholah berkata di dalam Ulumul Hadits (hal. 350-351) : “Wajib bagi orang yang berkecimpung dalam hal ini (Jarh wa Ta’dil) untuk bertakwa kepada Alloh, bertatsabbut (melakukan cek dan ricek) dan menjauhi sikap tasahul (sikap memudahkan) agar ia tidak melakukan jarh kepada seorang yang sebenarnya selamat (dari hal tersebut) dan tidak menyifati orang yang tidak bersalah dengan sifat yang buruk, kemudian sifat jelek tersebut akhirnya tertempel pada orang tersebut sampai hari kiamat…
Apa yang kami riwayatkan atau sampaikan, bahwa Yusuf bin al-Hasan ar-Razi ash-Shufi datang menemui Ibnu Abi Hatim yang dalam keadaan sedang membaca buku karyanya tentang al-Jarh wat Ta’dil. Yusuf berkata : “Berapa banyak dari mereka (yaitu orang yang tercantum di dalam buku al-Jarh wat Ta’dil tersebut) telah menempati tempat-tempat mereka di Surga sejak seratus atau dua ratus tahun yang lalu, sementara anda masih sibuk menyebut-nyebut mereka dan melakukan ghibah kepada mereka.” (Mendengar hal ini), ‘Abdurrahman (bin Abi Hatim) pun menangis. (karena dari sikap waro’ dan ketakwaan beliau).
Juga telah sampai kepada kami, bahwa ketika Ibnu Abi Hatim sedang membaca kitabnya al-Jarh wat Ta’dil kepada khayalak, maka disampaikan kepadanya kabar dari Yahya bin Ma’in bahwa beliau berkata : “Sesungguhnya kita telah mencela orang-orang yang mungkin saja mereka telah menempati tempat-tempat mereka di surga sejak dua ratus tahun lebih.” (Mendengar hal ini), ’Abdurrahman (bin Abi Hatim) pun menangis, kedua tangannya gemetar sehingga jatuhlah kitab (yang sedang dibacanya) dari tangannya.”
[Nukilan-nukilan di atas dinukil dari Lerai Pertikaian Sudahi Permusuhan, karya al-Ustadz Firanda bin Abidin as-Soronji, cet. I, 1427/2006, Pustaka Cahaya Islam, hal. 38-41; Bacalah buku ini karena banyak sekali faidah dan manfaat yang bisa dipetik darinya,hanya saja mereka yang dengki dan terbakar semangat permusuhan tidak menyukai buku semacam ini dan membuat tuduhan yang macam-macam terhadap penulisnya raghmun unufihi]
Subhanalloh, adakah mereka yang terobsesi dan mempermainkan ilmu yang mulia ini, yaitu ilmu al-Jarh wat Ta’dil memiliki ketakwaan, waro’, ilmu, sikap obyektivitas, kesabaran, sifat tatsabbut dan semisalnya?!! Ataukah mereka adalah orang-orang yang bersikap diluar dari ketakwaan, tidak memiliki sifat waro’, gegabah, tidak pernah tatsabbut, lancang dan gemar merusak kehormatan seorang muslim?!! Allohu Syaahid ’ala maa yashna’un…
Bersambung ke bagian 4
Assalammualaikum Warahmatullahi wabarokatuh
Ana adalah seorang pegawai BUMN yg baru kenal kajian salaf lebih kurang 2 th dan tdk kenal apa itu Laskar Jihad.Tetapi ana sedang mengikuti kajian dgn ustadz M.Wildan. Lc di ma’had Anshorussunnah Batam.Setelah ana mengiktui kajian beliau ternyata kajian tsb sangat bagus yaitu Kitab Tauhid (Fathul Majid), Sahih Riyadus Sholihin,akhamul janaiz,dll ternyata disitu tdk ada hal2 yg seram dan mengerikan seperti apa yg ditulis oleh penulis ttg hadaddiyah. Sebenarnya siapa yg sebenarnya yg Hadadiyah itu ? dan siapa yg sebenarnya dibicarkan itu? dan janganlah membuat bingung kami2 yg baru kenal manhaj Salaf ini. Saya menghimbau Mohonlah kiranya para da’i -da’i yg bermanhaj salaf bersatu krn musuh kita bukan saja Yahudi dan nasrani tapi ana pikir juga Syiah yg sekarang saling berbunuhan antara sunni dan syiah di Irak dan di Indonesia sdh banyak sekali penganut syiah sampai2 masuk ke BUMN tempat ana bekerja.Sekali lagi marilah kita satukan langkah kita janganlah saling menghujad satu sama lainnya.Kalau kita memang satu manhaj salaf yg lurus tentu bagi Sdr2 kita yang menunjukan bukti-bukti kesesatan sdrnya kalau benar-benar terbukti kita tinggal islah/koreksi diri tapi kalau bukan kita yg dihujat tentu tulisan atau artikel yg dibuat tsb tdk mempengaruhi diri kita.
Kita tahu dan belajar kejelekan bukan untuk kita amalkan tapi untuk kita jauhi.
assalamu’alaiku.
artikel yg bagus,moga bermanfaat utk saudaraku semua,menjadikan muhasabah utk perbaikan diri,utk kedepannya menjadikan perbaikan persatuan kaum Muslimin kususnya di Indonesia.
semoga langkah penulis diikuti talabul’ilmi yg lainnya utk selalu berdialog & diskusi dlm menerangkan al-haq/menyigkap subhat baik sesama ahlussunnnah/ahlibid’ah karena banyak sekali saudara kita yg awam dlm dien islam ini.
Bismillaahir Rahmaanir Rahiimi
Alhamdulillaah shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Amma ba’du
Walhamdulillaah, asaatidzah tidaklah mengajarkan manhaj haddadiyah seperti yang engkau tuliskan…… Ustadzunaa Al Faadhil Abu Muhammad Dzulqornain bin Muhammad Sanusi, Al Ustadz Al Faadhil ‘Abdul Barr Kaisinda, Al Ustadz Al Faadhil Muhammad ‘Umar As Sewed, Al Ustadz Al Faadhil Abu Ishaq Muslim, Al Ustadz Al Faadhil Abul Mundzir Ja’far Shaalih, Al Ustadz Al Faadhil Abdurrahman Mubarak, Al Ustadz Al Faadhil Ahmad Hamdani Ibnu Muslim Hafidzhahumullaahu Ta’ala walhamdulillaah mengajarkan manhaj yang mulia, manhaj Ahlus Sunnah….
Maka apa yang tertulis di dalam artikelmu, sesungguhnya menjadikan ganjalan di hatiku….karena di dalam sebagian tulisanmu, engkau masih saja mengungkit tentang masalah Laskar Jihad yang walhamdulillaah asaatidzah telah rujuk dan mengakui kesalahan-kesalahannya…
dan ini bukanlah aib bahkan ini adalah sebuah kemuliaan, yakni rujuk kepada Al Haq…..
Dan ana walhamdulillaah mengenal dakwah salafiah tidaklah terkait dengan Laskar Jihad. Bahkan mungkin sebagian besar ikhwah di Jakarta (tempat ana mengikuti kajian) tidaklah ikut di dalam Laskar Jihad…dan ini waqi’…
Ma’had Salafiah di Depok menjadi bukti bahwa apa yang selama ini dituduhkan oleh sebagian manusia yang menggelari dengan julukan : “awas mantan LJ, keras, kaku, ngga mau njawab salam, angkuh, membuat lari umat dari dakwah…” ini tidaklah terbukti….bahkan walhamdulillaah di sana telah berkumpul keluarga-keluarga yang mendidik anak-anaknya di ma’had…mereka berbaur dengan masyarakat sekitar dan walhamdulillaah ini adalah keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala…..dan jumlahnya semakin hari semakin bertambah dan semarak…Subhanallah…
Maka sungguh aneh akan tetapi nyata kejadiannya…bahwa memang tuduhan-tuduhan kepada orang yang ikut kajian kepada Ustadz yang ana sebutkan di atas sebagai : “mantan LJ, kaku, ngga mau njawab salam, dsb” benar adanya…..Dan mereka pun tidak mau mengikuti kajian dari Ustadz yang ana maksud di atas….ini waqi’ dan nyata……Jadi ternyata sama… ya sama-sama saling “mentahdzir”, “menjauhi”….
Maka dari sisi mana lagi saya akan berkata…. Bahwa kenyataan yang ada memang membuktikan bahwa keadaan tersebut memang benar-benar terjadi….Maka tidaklah akan ditemui orang yang mengikuti kajian di majelis Ustadz Yazid Jawwas mau hadir di dalam kajian Ustadz Muhammad Umar As Sewed….dan silahkan engkau sebutkan dengan yang semisal….engkau akan mendapatkan keadaan yang demikian….
Bagaimana mungkin engkau menuduh haddadiyah sedangkan keadaan yang sebenarnya menunjukkan fenomena saling “menjauhi” kajian-kajian yang diadakan…..(silahkan dicek kebenarannya kalau mungkin suatu hari engkau datang ke Jakarta…)….Maka inilah sedikit masukan dan informasi untukmu dan untuk yang lainnya, bahwa keadaan yang sebenarnya memang menunjukkan apa yang ana maksudkan di atas…. Wallaahul Musta’an……
Wallaahul Muwaffiq
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, walhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin…
ini kalimat yang ana maksudkan (tentang mengungkit Laskar Jihad)
“Bukankah dulu mereka yang terjatuh kepada pencelaan kepada penguasa, khuruj dari ketaatan dan melakukan muzhoharoh (demonstrasi) dan pengumpulan massa ala hizbiyyin?! Lantas mengapa begitu mudahnya mereka melupakannya, mencuci tangan…………dst ” Siapa yang begitu mudah melupakannya?
Semoga Allah menjadikan taubat asaatidzah Ahlus Sunnah diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Tentu ana pribadi saja(yang notabene tidak bergabung dalam Laskar Jihad di kala itu) masih ingat kejadian itu, apalagi asaatidzah yang dahulu bergabung dalam LJ tentu masih mengingatnya….
Namun semua itu adalah perkara di masa lalu di mana setiap manusia tidaklah lepas dari kesalahan…., Dan walhamdulillaah dengan taufiq dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala asaatidzah kemudian rujuk dan bertaubat dari kesalahan-kesalahan tersebut…..ini adalah ciri Ahlus Sunnah….
Kemudian engkau katakan dengan kalimat :”begitu mudahnya melupakannya, mencuci tangan”…(kalimat bernada apakah ini?)
Cuci tangan? Semoga kalimat ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa perkara rujuk kepada Al Haq bukanlah bagian dari istilah “cuci tangan”….
Wallaahul Muwaffiq…
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga asaatidzah Ahlus Sunnah (yang mungkin dahulu bergabung dengan Laskar jihad),menjadikan dakwah yang disampaikan oleh mereka ikhlas karena mengharap wajah Allah Ta’ala…
Assalamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatuh.
saya sependapat dgn penulis,bahwa apa yg kita semua lakukan tentunya dlm koridor amar ma’ruf nahi munkar dlm bimbingan syari’at sebagai wujud cinta kita sesama saudara. adapun ada respek pro dan kontra,itu hal yg wajar,sebagaimana para pendahulu kita.Namun hal terpenting dari itu kita juga harus menauladani mereka yaitu tetap bersatu dlm satu jama’ah kaum muslimin,saling bertaawun,saling menasehati.bukan saling cela.dan tentunya kita harus selalu memohon pertolongan Alloh,serta bimbingan para Ahli ‘ilmu utk selalu berada dlm kebenaran.
Ya Akhi,
ana melihat tulisan dari web yg antum maksud.
ana melihat mereka berani dan memang punya data dan fakta, jadi bukan asal tuduh.
kalau memang antum punya sanggahan atau konfirmasi bisa antum tampilkan disini.
jadi kami org umum bisa melihat tulisan siapa yg lebih ilmiah.
Assalamualaikum ,
semoga penulis bisa menjadi orang pertama yang konsisten dengan apa yang ditulisnya.
Kalau kita bisa merasakan tidak enaknya dicubit, janganlah suka mencubit,kalau kita tidak suka divonis sesat janganlah suka menvonis sesat orang/kelompok lain.
sekian semoga bermanfaat. amin
wassalamualaikum
Assalamu’alaikum warohamtullohi wabarokatuh,
Ana sependapat akh.abu salma,sebaiknya para asatidzh yg bertikai tsb du2k bersama membahas apa yg selama ini membuat mereka berpecah belah,padahal manhajnya sama&kitab yg dibahasnya kebanyakan merujuk kpd para ulama saudi,yaman.jordan,serta ulama2 salaf di berbagai penjuru dunia baik yg ada di timur maupun barat,Alangkah baiknya klo para asatidz tsb diskusi ilmiah serta di rekam,biar para tholibul ilmi tau dimana du2k persoalan yg sebenarnya…Barakallohu Fiik.
Afwan Pak saya hanya ingin tanya apa isi dauroh yang diadakan oleh pihak cendana direkam atau tidak?
dari mulai Ust.Marhen dari pakanbaru,kemudian Ust.Ridwan dari payakumbuh,Ust Abu Muslim dari jateng(Kroya atau mana saya lupa pokoknya daerah ngapak).kemudian yang terakhir Ust.Zaenal Arifin
kira kira apa isinya Pak?
Sekali lagi afwan Pak ana bukan ingin mengungkit ungkit tapi selalunya permasalahan ini selalu diangkat dengan perkataan “MEREKA ITU SURURI ATAU HIZBIYAH ATAU MEREKA ITU HANYA BERBAJU SALAFY” tolong ini dijawab dengan jujur dari hati nurani bapak atau kembali buka rekamannya,bahkan salah seorang ust.yang baru mengenal manhaj salaf beberapa bulan yang lalu. yang ketika baru datang dari mesir ketika ditanyakan ulama salaf di mesir itu siapa?dia malah menyebutkan seorang ulama IM. telah berkata suruh ustadz yang disana itu bertobat.
Bagaimana juga kalau bpk ngaji ke AlKahfi ?InsyaAlloh dalam beberapa hari kemudian Bpk akan merasakan sikap mereka thd Bpk.
dan juga tolong tanyakan sama ikhwan cendana tentang Hang dan Al Kahfi apa jawaban yang bapak terima nanti silahkan bapak simak dan tidak perlu disebutkan disini.dan masih banyak lagi fakta dilapangan yang berbicara.
Sekali lagi ana mohon maaf kepada semuanya ini hanya sekedar memberikan contoh betapa permusuhan mereka terhadap saudaranya masih tetap seperti ketika LJ masih jaya.
Afwan Akhi Abu Salma
Wassalamu alaikum.
Assalammu’alaikum Warahmatullohi wabarokatuh
Melihat argumentasi2/balasan dari Sdr2ku akhirnya menjadi satu perdebatan yg semakin jauh dan gelap akhirnya tidak ada jalan keluar .Subhanallah
Apa jadinya ini siapa yang hakim ? dan siapa yang dihakimi ?
Mungkin waktu jugalah yang akan menjawab siapa yang benar dan siapa yg salah. Barakallahu fiikum
Wahabi = salafy = jammaah takfiriyah = fi annari jahannam kholidina fiha abada..!!!
Afwan, ana usul agar komentar ‘off’ kan saja. Sekiranya merupakan bantahan atau sanggahan, lebih baik disampaikan tanpa harus ditambahkan komentar terutama mereka yang tidak tahu duduk permasalahan. Bukankah ini nantinya akan diminta pertanggungjawaban di hari akhir kelak ? karena sesungguhnya Ar-Rahman Maha Adil dan Mengetahui, dan setahu ana jejak as-Salaf ash-Shalih masih ada hingga hari ini, dan kewajiban kita untuk mengikuti mereka, daripada mengikuti langkah-langkah para musuh Ahlussunnah.
Sesungguhnya para salaf berhenti diatas ilmu dengan bashirah yang tajam, mereka lebih mampu membahas sesuatu jika mereka ingin membahasnya
Menurut saya duduk masalah sudah jelas, tinggal siapa yang punya ketulusan dan kejujuran untuk ruju’ kepada kebenaran..
Lanjutan yg kemaren…
contohnya begini akh,
mengenai ust ridwan dimana fakta menulis berdasarkan sesuatu yg terjadi dan memang terjadi (mis : kerjasama dng wahdah).
kita semua tahu wahdah itu bagaima…
namun kenapa ust ridwan msh bersama wahdah tsb???
apakah kita akan mengatakan: ust ridwan tdk tahu mengenai wahdah dst.
sedangkan dari yg kita pelajari ttg salaf, kita tidak boleh begitu (kerjasama dng hisbi).
nah yg ana harapkan antum menulis konfirmasinya, artinya kenapa ust ridwan melakukan itu… dll.
inilah yg ana maksud dng istilah ilmiah (menurut ana).
Tuuh.. lihat-lihat.. makanya jangan dibudayakanlah fitnah itu.. nggak enak Kang.. nggak enak..
Harusnya Pihak SALAFY Berhenti menjuluki Sururi/hizbi dan Pihak SALAFI Berhenti menjuluki HAddadi/hizbi, Situs-2 kalian harusnya sama-2 bahu membahu melawan hizbi, melawan sururi dan haddadi.
Berkomunikasilah, adakan pertandingan Sepak Bola, ana yang jadi wasitnya. Kalian semua adalah Pejuang-2 Ahlussunnah, manusia adalah makhluk yg lemah, maafkanlah saudaramu.
Assalamu ‘alaikum….
Buat salafyun ana punya tulisan yang baik Insya allah buat semua salafyun
Klik aja http://abasalma.wordpress.com
Barokallahu fikum
Assalammualaikum Warahmatullahi wabarokatuh
Utk Sdr Akhi Abu Salam ana punya rekaman Dauroh tgl 18 dan 19 Maret 2007 dan antum ketahui ada beberapa ikhwan Al Kahfi yg ikut dauroh di Mesjid Nurul Islam Mukakuning dari Ust.zainal Arifin,Ust.Ali Basuki dan Ust.Muslim silahkan saja antum cek kebenarannya/informasi pd ikhwan Al Kahfi, maaf ana org awam di manhaj salaf tolong antum faham, krn ana mengenal salaf pertama sekali/belajar pd Ust.Abu Fairuz dan Alhammdulillah ana samapai hari ini secara pribadi tdk bermasalah dg beliau.
assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh…
al-akh abu salma afwan ya…ana mau jelasin dikit aja ke akhuna al-fadhil abu nabila…
akhi…afwan yaa…kenapa antum nggak datang sendiri ke dauroh yang di adain “ikhwah cendana”? Daurohnya dibuka untuk umum kok? Siapa aja boleh dateng…dan disitu antum bisa tanya sendiri kepada asatidz yang mengisi dauroh.
Oh ya …untuk informasinya…ana juga dulu pernah di batam…ana pernah ta’lim di ustadz Wildan, kmudian di ustadz Ridwan Abu Fairuz juga pernah…dan yang ana liat (afwan yaa…)ikhwah al-kahfi juga ada sdikit ta’ashub, terbukti waktu beberapa ikhwah ngedatengin ustadz Ibnu Yunus buat dauroh di Batam…eh ga ada yang dateng…malah ada yang bilang,kalo ikhwah yang ngedatengin ustadz Ibnu Yunus itu sebagai “Cilacapiyuun”, mau mecah -belah-lah…ada aja…
jadi saran ana…kalo antum mau tau kejelasan suatu perkara, yaa mending dateng aja langsung ke cendana atau ikut ta’lim…
kalo tentang sikap ikhwah cendana yang seperti antum gambarkan (sangar)kayaknya nggak semuanya kaya itu…
oh yaa…salam yaa buat semua di batam.
Jazakallah Khoir yaa Aba Salma.
# fachrizal/ Abu Rini Berkata:
Maret 24th, 2007 pada 4:38 pm
Assalammualaikum Warahmatullahi wabarokatuh
Utk Sdr Akhi Abu Salam ana punya rekaman Dauroh tgl 18 dan 19 Maret 2007 dan antum ketahui ada beberapa ikhwan Al Kahfi yg ikut dauroh di Mesjid Nurul Islam Mukakuning dari Ust.zainal Arifin,Ust.Ali Basuki dan Ust.Muslim silahkan saja antum cek kebenarannya/informasi pd ikhwan Al Kahfi, maaf ana org awam di manhaj salaf tolong antum faham, krn ana mengenal salaf pertama sekali/belajar pd Ust.Abu Fairuz dan Alhammdulillah ana samapai hari ini secara pribadi tdk bermasalah dg beliau.
Waalaikum salam Warohmatullohi Wabarokatuhu
Kepada saudaraku Abu Rini semoga Alloh selalu menjaga antum dan juga diri ana sendiri dari keburukan.
InsyaAlloh semua ana juga punya komplit,sebelumnya saya minta maaf bukan maksud ana merasa benar tidak sama sekali,demi Alloh saya juga memimpikan seperti apa yang Bpk impikan seandainya semua bisa bersatu tentunya akan sangat indah da’wah dibatam ini,tapi sekali lagi kenyataan dilapangan adalah lain,dan ana sendiri mengenal Al Ust.Wildan jauh lebih lama dari Al Ust Ridwan krn beberapa thn lalu kami semua mengaji pd beliau sebelum fitnah LJ timbul.
Ana mohon maaf apabila antum tersinggung sekali lg ana hanya ingin menjelaskan realita yang terjadi.
Dan kepada Al akh Abul Hasan
Terima kasih atas saran antum dan tentunya anapun mengikuti dauroh yang diadakan cendana makanya ana tahu,materinya bagus tapi pd saat sesi tanya jawab hampi selalu timbul adanya pertanyaan serupa yang seolah olah diulang terus tiada bosannya
Dan mengenai kesalah fahaman antum tentang taashub perlu ana luruskan permasalahannya ya akhi…
Afwan ya akhi antum tidak tahu permasalahannya sehingga antum mengatakan begitu,kita sudah minta untuk mengadakan pertemuan sampai kalau tidak salah tiga kali untuk koordinasi supaya jadwal kajian tidak bertumpuk,tapi apa jawabannya seorang ikhwan yang mengundang berkata kami tidak perlu kami minta idzin dari alkahfi,ketika kami konfirmasikan malah jawabannya lebih keras lagi keluar” bahwa perpecahan antara kita tidak miungkin dihindari”
Ya akhi kita tidak mengikat dan tidak punya haq untuk perorangan mendatangkan Ust atau mau mengadakan dauroh tetapi yang ingin kita lakukan adalah koordinasi dari jadwal sehingga tidak bentrok dan semua orang bisa mengikutinya,dan itulah yang terjadi akhirnya kajian Ust.Ibnu Yunus yang hadir hanya ikhwan dari cilacap.
Ya akhi banyak hal yang antum tidak ketahui mengapa ikhwan kita yang jengkel sama para ikhwan dr cilacap sehingga dijuluki “cilcapiyun’yang tidak perlu ana ceritakan disini.
seolah olah mereka ini suatu komunitas sendiri yang ada kepala sukunya walaupun mereka mengaku sudah ngaji salaf pada banyak ustadz yang terkenal di jawa sana.
Wassalamu alaikum
Abu Nabila
Afwan ada yang tertinggal
Ya akhi kita tidak mengikat dan tidak punya haq untuk “melarang” perorangan mendatangkan Ust
Wassalamu alaikum
Abu Nabila
asalamualikum warahmatallah wabarakatuh.buat saudara ku salafy semua nya .marilah kita bersyukur kepada allah subhanahuwatala kerna telah di berikan kepada kita dua nikmat pertama kita lahir dalam agama islam kedua kita diatas sunnah/salafy/.jangan lah asyik berdebat.banyak kan lah amal ya akhi dan hujah lah diri sendiri mungkin kita masih banyak dosa nya
assalamu’alaikum…
jazakallah khoiron atas jawabannya yaa Aba Nabila…
afwan yaa kalo ada salah-salah kata…
kalo mau berhubungan dengan ana imel ana
satriayudha@telkom.net
salam untuk Ust.Ridwan dan Ust.Raihan
Assalamu’alaikum
Ana mau komentar tentang pernyataan abu zaid.
“Lain ladang lain belalang”, lain tempat lain cerita. Kami ikhwah di tegal (jateng) malah sebaliknya. Kami sering (hampir selalu) mendatangi kajian ust umar assewed, tapi ketika kami ditanya sebagian murid beliau dimana kami taklim selain di situ kemudian kami jawab tempatnya (kami sering mengundang ust yazid, kholid syamhudi, abu umar basyir dll), dia langsung menjawab itu tempat sururi.
Memang alhamdulillah ada sebagian yang benar2 taubat, tapi ada juga yang taubat sambal.
Assalaamu’alaikum
bagi ikhwan yg sering mengatakan:sururi,hizbi. Ada baiknya mereka dikasih tulisan-tulisan yg ilmiah*, karena terkadang mereka hanya membebek saja. Bahkan ada tulisan yg lain yang sangat bermanfaat, seringnya tdk tahu (atau tdk mau tahu???).
Ala kulli haal, byk hal yang bisa diambil faedah dari tulisan ini.
Semoga Allah memberkahi usaha antum untuk menjelaskan kebenaran. Demikian juga majalah Adz Dzakiroh, semoga bisa terbit rutin.
* tulisan dari masyayaikh (syaikh Ibrohim Ruhaili, Abdul Muhsin Al Abbad, Abdul Malik Ramadhan dll)
asalamualikum warahmatallah wabarakatuh.
buat saudara ku salafy semuaNYa agar bisa melengakapi,silahkan kunjungi artikel yang ditulis oleh: Ustadz Muhammad Arifin Badri & Ustadz Firanda Andirja di htp/manhaj.or.id
assalamualaikum
ana ikhwan tegal juga alhamdulillah ana juga sering kajian di ustd umar sewed. dan ana juga sering kajian2 asatid2 dari ma’had MAIS ato pun al irsad no problem. cuman masalahnya hati2 jgn tunjukan klo antum suka kajian di asatid mais ntar di bilang surur. ntah murid2 yg kajian di ustd assewed sangat faseh mengatakan surur
wah…wah…ada abu hudzaifah…. 😀
barakallahu fiik
Barokallohu fiikum wa Jazzakallohu khoyron katsiiron ya aba salma ‘ala bayanikum fi kasyfil haqoqoti haddadiyah jadidah…
ana dukung antum 100% di dalam menjelaskan bahaya haddadiyah dan hizbiyah yg sekarang sedang melanda para pengaku-2 salafiyah…
Jangan hiraukan lontaran *** [diedit] ahli investigasi, atau *** al-malanji atau selainnya… mereka2 ini para juhala, sufaha, ruwabidhah, memiliki karakter haddadiyah khowarij… waspadalah darinya…
Lihat saja salah satu kelucuan mereka waktu menyikat syaikh surkaty, mereka melihat bahwa diantara guru beliau adl syaikh muhammad al-barzanji di makkah. Hanya karena nama belakang yg sama, maka dihubungkan dg shufiyah dan husain al-barzanji yg wafat pd abad 7… orang bodoh kalo membantah ya kayak gitu itu…
Assalamualaikum akhi….
ana melihat setiap bantahan antum tentang jamaah mereka…selalu saja mereka membantah balik. misalnya dalam http://fakta.********.com/ dengan judul ‘siapakah sebenarnya haddadiyah itu?’
ana mafhum kalo kita tidak seharusnya membahas masalah ini terus-menerus shg melupakan masalah lain yang lebih penting. Tapi ana ingin mereka tertutup mulutnya rapat-rapat dan tak bisa berkutik karena kesalahan nyata yang telah dilakukannya tanpa mengelak sedikitpun. hal ini juga mencegah ikhwan salafy yang masih mengnal manhaj salaf terkena fitnah olehnya.
wassalamualaikum
satu lagi akhi…ana melihat pada situs yang sama tuduhan2 keji thd antum…ana rasa ini perlu dijawab.
Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh
Ma’af, mungkin di luar topik, tapi ketika saya mengunjungi situs-situs yang mengaku salafy di Indonesia isinya kebanyakan ‘sama’, seperti ingin memperebutkan nama ‘salafy’. Apa ini sangat penting? Maksud saya, jika kita mengikuti AlQur’an dan Hadits bukankah dia secara OTOMATIS disebut sebagai salafy? Bukankah kewajiban kita mendakwahkan Islam bukan nama ‘salafy’?
Ma’af saya orang awam tetapi tertarik dengan da’wah ini karena berprinsip ‘sederhana’ dalam artian kalo g ada di Qur’an dan Hadits berarti salah (
Assalamualaikum warahmatullah,
Afwan, menurut ana sebaiknya, kolom komentar ini ditutup saja, demi kemaslahatan. Karena bagi yang baru belajar, akan bingung, mana semestinya salafi itu? mereka atau kita?
Akhukum fillah
Syamsul
Afwan mau nambah…
sekedar fakta yang ana temui di tempat ana di kab.purworejo jawa tengah…
ada kajian di tempat ana salaf juga…yang mengisi ustadz abdul mu’thi…kami dan beberapa ikhwah sempat hadir…
kami kemnudian juga mengadiri kajian yang diselenggarakan oleh majelis ta’lim al atsari purworejo..yang mengisi adalah ustadz zaid alumnus madinah,adik tingkat ustadz abdul mu’ti kalao tidak salah,,,
dikatakan kepada kami….oleh panitia kajian salaf yan pertama tadi…
majelis ta’lim al atsari itu sururi/ndak jelas manhajnya…ustadz zaid manhajnya tidak jelas…jangan hadir disana….nahhh siapa tuh yang melarang duluan…bahkan ana pernah didatangi seorang ummi (ibu) menemui istri saya…dia katakan..”ukhti…saya dulu juga membaca majalah as sunnah, alfurqon…tapi setelah ngaji disana..ternyata yang paling benar/pas hanya majalah Asy Syariah..makanya ngajinya disana saja…auw kama qoolat…nah ikhwan sekalian apakah antum masih menuduh sururi pada asatdz kits yang ikhlas mendakwahkan tauhid?
untuj abu salma…teruslah menyampaikan yang haq…barakallahufikum…
Assalamu ‘alaykum
Jazakallah khairan, akh abu salma. Tulisan akhi amat berguna bg saya.
menurut saya mengenai komentar, tidak perlu ditutup, bukannya bisa diedit dan dihapus? Ditutupnya komentar menurut saya, maaf jika saya salah. Biarlah tidak apa2 komentar bisa dijadikan masukan buat kita bersama.
Wassalamu ‘alaykum
nun jauh di sana terdapat makam-makam yang tidak jelas siapa yang berada di dalamnya, tetapi betapa banyaknya orang yang mengaku Islam datang kepadanya, meminta-minta kepada penghuninya, khusyuk di hadapannya lebih dahsyat dari pada ketika berada di masjid Allah….. ketika berada di dalamnya (masjid)mereka tergesa-gesa ingin keluar darinya menuju pasar dunia tapi tatkala berada di tempat pemujaan mereka, mereka tunduk dan seakan ingin beri’tikaf semalaman…..
wahai saudaraku……. yaaa ikhwaniyalmuslimiin…..
tinggalkanlah apa-apa yang tiada bermanfaat bagi dunia akhirat kalian …
masih banyak pe-er yang harus kita kerjakan sekarang…
kesyirikan….. liberalisme…..kristenisasi…..
hafalkanlah arba’in nawawiyah…pahamilah…. berhati-hatilah dalam mengeluarkan kata-kata….