MENJAWAB SUARA SUMBANG TENTANG DAKWAH SALAFIYAH
MENJAWAB SUARA SUMBANG TENTANG DAKWAH SALAFIYAH
Tidak sedikit aktifis-aktifis islam yang berkata tentang dakwah salafiyyah : “Kaum muslimin yang lemah disembelih di negara mereka, gereja timur bersatu dengan gereja barat unttuk membantai kaum muslimin, dan orang-orang yahudi mencanangkan programnya untuk menghancurkan kita, sedangkan kalian berbicara masalah-masalah furu’iyyah (cabang) serta menebarkan perpecahan dan fitnah… !!!!” benarkah ungkapan ini ? Simaklah jawaban indah dan lembut yang disampaikan oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, Muhaddist negeri Syam dan murid Imam Al-Albani rahimahullah.
Sebagai jawabannya adalah, bahwa meninggalkan kewajiban syar’i karena menghawatirkan fitnah yang baru ada dalam praduga adalah sebagai bentuk fitnah itu sendiri. Firman-Nya : “Diantara mereka ada orang yang berkata, ‘Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus kedalam fitnah ‘.Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus kedalam fitnah. (QS. At-Taubah: 49)
Sesungguhnya fitnah tidak akan terjadi diantara kaum muslimin disebabkan saling menasehati dengan cara yang terbaik kepada sesuatu yang paling lurus. Sesungguhnya fitnah terjadi disebabkan perdebatan dan penolakan ketika kebenaran tampak dengan jelas dan dikuatkan oleh hujjah yang kuat. Sesungguhnya generasi muslim yang pertama juga menghadapi berbagai bahaya yang mengancam aksistensi mereka, namun hal itu tidak membuat mereka meniggalkan masalah furu’iyah, generasi pertama menetapkan kebenaran dan berpegang teguh dengan sesuatu yang harus dilakukan. Meskipun demikian, mereka dapat memimpin umat-umat lain, menjatuhkan singgasana orang-orang kafir dan menegakkan mercusuar keimanan. Yang melemahkan kekuataan umat islam adalah orang yang berdebat dalam kebenaraan setelah jelas baginya dan ngotot untuk tidak mentaatinya, bahkan menebarkan perdebatan dengan syubhat-syubhat yang lemah, bukannya menyerukan kaum muslimin untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika orang kafir saja diperintahkan dengan masalah-masalah furu’iyah dalam syari’at , manurut pendapat yang paling kuat, (lih. Adhwa’ Al-Bayan 4/118) lalu bagaimana dengan kaum muslimin , dimana Allah berfirman tentang mereka, “sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka, ialah ucapan , ‘Kami mendengar dan kami taat’. Dan mereka itulah orang-ornang yang beruntung .” (QS. An-Nur: 5) Dan Allah berfirman , “Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya.” (QS. Al-Baqarah 208), tanpa memilah-milah antara yang furu’iyah dan ushuliyah, antara yang lahir dan batin, antara kulit dan isi.
Allah memerintahkan orang-orang mu’min untuk menegakkan apa yang disyari’atkan dalam agama-Nya, meskipun dalam masalah ‘amaliah-yang mereka sebut sebagai furu’iyah-dalam medan yang sangat berat, yaitu dalam waktu berkecamuknya perang senjata bersama musuh. Firman-Nya : “dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata tajam kemudian apabila mereka (yang shalat beserta-mu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka “ (QS. An-Nisa: 102)
Janganlah beranggapan bahwa antara menghadapi dan melawan musuh dengan mempelajari masalah-masalah furu’iyah dan berpegang teguh kepadanya dengan sedetil-detilnya . sebagai suatu yang bertolak belakang, seperti ada dan tiada, menafikan dan menetapkan , atau dua hal yang berlawanan, seperti hitam dan putih, gerak dan diam . Janganlah berkhayal bahwa menghadapi musuh dan berpegang dalam masalah furu’iyah merupakan dua hal yang saling bertentangan yang tidak dapat dipadukan satu sama lainnya. Tetapi dua hal tadi sangat mungkin untuk dipadukan menurut akal (sehat –red) seperti dipadukannya antara putih dan dingin. Hakikat putih berbeda dengan hakikat dingin tetapi keduanya dapat dipadukan dalam satu hal, seperti salju. Sebab tidak ada kendala bila orang yang melaksanakan perintaah-perintah Allah (pokok ataupun cabang –red) dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dia juga orang yang sibuk dalam berjuang menghadapi musuh dengan segala kemampuan. Hal ini seperti dibuktikan dalam sejarah Rasul dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Hendaklah takut orang-orang yang membagi agama ini menjadi isi dan kulit, kemudian menyepelekan apa yang mereka khayalkan sebagai kulit- padahal semua syri’at islam adalah isi– karena Allah telah menyiksa orang yang menyia-nyiakan sebagian hukum Syari’at-Nya seperti disebutkan dalam firman-Nya : “….tetapi mereka sengaja melupakan sebahagian dari apa yang yang mereka telah diberi peringatan dengannya, maka Kami timbulkan diantara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat .” (QS. Al-Maidah: 14)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan kepada kita jalan keluar dari fitnah dan perpecahan dengan sabdanya : “ Sesungguhnya orang yang hidup diantara kamu akan melihat banyak perselisihan. Maka kewajiban kamu adalah memegang teguh sunnahku dan sunnah Khulafa’ Rasyidin yang terbiombing. Peganglah erat-erat sunnah-sunnah itu dan hindarilah olehmu segala hal yang baru (dalam agama), sebab setiap yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap yang bid’ah adalah sesat , dan setiap yang sesat adalah di neraka. (Shahih dengan banyaknya jalan. Lih. Al-Itmam hadist No: 17184 oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi)
Maka bila kaum muslimin tertimpa bencana dan malapetaka, sesungguhnya diantara sebab terangkatnya malapetaka dari mereka adalah semakin kokohnya mereka dalam berpegang teguh dengan sunnah dan melepaskan diri dari bentuk-bentuk bid’ah, dan bukan toleransi kepada para pelaku bid’ah dan mengghalangi para penda’wah sunnah.
Disarikan dari ‘Ilmu Ushuiul Bida’ (karya Syaikh Ali Hasan Al-Atsari),
dinukil dari Buletin Ilmiah al-Hujjah, Risalah No: 35 / Thn IV / Syawal / 1422H
Assalamu’alaikum
Salam kenal saja deh…
Assalamu’alaykum,
Afwan akh Abu Salma, ahsan avatar yg muncul di comment dihilangkan (disable)saja. Soalnya pas lihat comment di atas avatarnya kurang baik.
akh…apakah gambar pada komentar tidak bisa di hilangkan???ana bener bener ga ridho di situs ini ada gambar manusia seperti itu meskipun hanya wajah saja
Akhi, hapus komennya seluruhnya saja.
teruskan perjuanganmu duhai saudaraku..semoga antum selalu diberikan kekuatan
“…..Serulah mereka ke jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik, serta berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik……”
Mungkinkah kata-kata atau nasihat Imam Albani diatas bisa dilaksanakan? Sementara para salafiyun, rumahnya diketuk saja tidak mau dibuka?
Bagaimana mungkin terjadi dialog, jumpa umat saja tidak mau.
Kapankah para salafiyun berdakwah? kepada siapa? dan dimana?
Ini tanda tanya besarrrrr?