Buku-buku yang direkomendasikan dan diperingatkan oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad

 Jan, 12 - 2007   2 comments   Nasehat Ulama

Buku-buku yang direkomendasikan dan diperingatkan oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad

 

1. Hadits

  • Buku ‘Ujalatul Imla` karya an-Naji, buku yang sangat bermanfaat sekali. Nama asli penulisnya adalah al-Hafizh Burhanudin an-Naji.

  • Buku-buku karya Ibnu Rojab al-Hanbali yarhamuhullahu dalam bidang hadits.

  • Musnad ad-Darimi dan Sunan ad-Darimi, keduanya ini pada hakikatnya adalah satu buku yang sama.

  • Buku Tahdzibu as-Sunan karya Ibnul Qoyyim rahimahullahu.

  • Buku al-Lu`lu` wal Marjan fima ittafaqo ‘alayhi asy-Syaikhon karya Muhammad Fu`ad ‘Abdul Baqi, buku yang sangat bagus. Sanad-sanadnya dihilangkan agar ringkas dan jumlah haditsnya adalah 1906.

 2. ‘Aqidah

  • Buku Tathhiru al-I’tiqod karya ash-Shon’ani dan Syarh ash-Shudur fi Tahrimi Raf’il Quburi karya asy-Syaukani.

Syaikh ‘Abdul Muhsin berkata : “Keduanya adalah dua buku yang mulia. Aku banyak mengambil faidah dari keduanya terutama di dalam bantahanku terhadap Hasan al-Maliki.

  • Buku al-Ushulu ats-Tsalatsah karya Syaikhul Islam Ibnu ‘Abdil Wahhab.

3. Rudud (Bantahan)

  • Buku at-Tankil fir Raddi ‘alal Kautsari karya Mu’alimi al-Yamani, kitab yang baik dan di dalamnya sarat akan faidah.

  • Buku Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkholi hafizhahullahu yang berjudul Dahru Iftiro`at Ahli az-Zaigh wal Irtiyab ‘an Da’wati al-Imam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab, buku yang lurus, sangat bermanfaat sekali.

  • Buku Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rayyis di dalam membantah Hasan al-Maliki, buku yang ringkas namun bermanfaat.

  • Buku Madarikun Nazhar fis Siyasah.

4. Fiqh

  • Kitab fikih yang paling luas pembahasannya adalah al-Mughni karya Ibnu Qudamah, al-Majmu karya an-Nawawi dan al-Istidkzar karya Ibnu ‘Abdil Barr.

  • Buku Ahkamul Jana`iz wa Bida’uha karya Syaikh al-Albani rahimahullahu, Syaikh ‘Abdul Muhsin berkata tentangnya, “Aku tidak tahu ada buku yang lebih memadai daripada Ahkamul Jana`iz dan buku ini adalah yang paling utama yang pernah ditulis.”

  • Buku I’lamul Muwaqqi’in, buku agung yang Syaikh menasehatkan para pelajar untuk mempelajarinya dan mengambil faidah darinya. Buku ini mencakup hukum-hukukm syar’i dan penjelasan akan hikmah-hikmahnya.

5. Tafsir

  • Buku Tafsir Ibnu Katsir, merupakan buku tafsir yang paling bermanfaat, Syaikh menasehatkan para pelajar supaya mempelajarinya.

  • Buku Tafsir as-Sa’di, buku yang ringan cocok bagi para pelajar pemula dan ulama sekalipun.

 

Buku yang diperbincangkan dan dikritik

1. Buku Adab yang di dalamnya terdapat hadits-hadits lemah. Termasuk di dalamnya buku Suyuthi, ad-Dailami dan Ibnu ‘Asakir.

2. Buku Ahkamu Tamna al-Maut, tidak benar penisbatannya kepada Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab.

3. Ta’liq (komentar) Zuhair asy-Syawisy terhadap buku-buku Syaikh al-Albani rahimahullahu. Menurut Syaikh, ta’liqnya banyak kesalahannya.

Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Umaisan (murid Syaikh ‘Abdul Muhsin) menceritakan, bahwa beliau mengabarkan kepada Syaikh ‘Abdul Muhsin bahwa setelah wafat Syaikh al-Albani, buku terbitan al-Ma’arif sekarang sudah tanpa ta’liq lagi dari Zuhair asy-Syawisy, mendengarnya Syaikh menjadi terheran-heran kemudian beliau berkata, “alhamdulillah”. 1

4. Buku Dala`ilul Khairat, beliau sangat tidak menganjurkan untuk membaca dan menelaah buku ini.

 

Buku-buku karya Sayyid Quthb

Ucapan beliau terhadap Fi Zhilalil Qur’an :

Kitab Zhilalul Qur’an atau Fi Zhilalil Qur’an karya Syaikh Sayyid Quthb adalah termasuk tafsir kontemporer yang dibangun atas akal, bukan atas naql (periwayatan). Telah diketahui bahwa para penganut akal dan orang-orang yang berbicara dengan akalnya serta orang-orang yang berkata-kata dengan metode mereka, bisa benar dan bisa pula salah, mereka bisa melakukan kesalahan dan kebenaran…

Adapun Sayyid Quthb, maka beliau termasuk penulis dan sasterawan, beliau menulis dan berkata-kata dengan ushlub dan lafazh-lafazh sastera. Ucapannya tidak dibangun di atas atsar, oleh karena itu apabila ada orang membaca (bukunya ini) tidak akan mendapatkan bahwa (Sayyid) berkata : “Fulan berkata, Fulan berkata, Rasulullah bersabda ini dan ini…”, yaitu ia tidak akan mendapatkan kumpulan atsar dan sokongan dengan atsar, karena bukunya tidak dibangun di atas atsar, namun hanya dibangun atas akal dan ucapan-ucapan pendapat. Oleh karena itulah terdapat di dalam bukunya ini ucapan-ucapan yang tidak benar dan tidak tepat…”2

Syaikh ditanya tentang buku-buku Sayyid Quthb, apakah beliau menasehatkannya untuk dibaca? Syaikh menjawab :

Aku menasehatkan untuk membaca buku-buku yang isinya benar-benar selamat, adapun contoh dari buku-buku ini –karya Sayid Quthb-, keselamatan di dalamnya tidaklah jelas. Aku katakan, umur itu pendek maka hendaknya disibukkan dengan hal-hal yang lebih jelas keselamatannya, seperti buku-buku salaf.”

Kemudian syaikh ditanya lagi tentang bagaimana dengan menukil dari buku ini? Syaikh menjawab :

Segala puji hanyalah milik Alloh yang telah mencukupkan dari selainnya, sepatutnya menukil hanya dari buku-buku yang selamat.”

 

Muhammad Surur dan bukunya Manhajul Anbiya`

Syaikh ditanya tentang Muhammad Surur bin Zainal ‘Abidin dan bukunya Manhajul Anbiya` fid Da’wati ilallohi, apakah beliau nasehatkan untuk membacanya? Syaikh menjawab :

Aku tidak menasehatkan untuk membaca sedikitpun dari tulisan orang ini. Aku telah menelaah ucapannya yang jelek di dalam majalahnya “as-Sunnah” yang ia jadikan sebagai mimbar untuk memerangi ahlus sunnah dan mencela Ulama besar kerajaan dengan celaan yang keji.”

 

Buku Ihya’ Ulumuddin

Syaikh ditanya tentang buku Ihya` ‘Ulumuddin karya Abu Hamid al-Ghozali, apakah beliau nasehatkan untuk ditelaah dan dibaca? Syaikh menjawab :

Aku tidak menasehatkan untuk membacanya dikarenakan di dalamnya ada perkara yang baik dan ada yang buruk. Di dalamnya ada perkataan yang bagus dan ada perkataan yang jelek. Seorang manusia hendaknya membaca buku yang isinya benar-benar selamat (dari kesalahan dan kebatilan). Terkadang seseorang membaca buku ini kemudian merasuk sesuatu (yang buruk) pada sanubarinya, atau ia menganggap baik sesuatu yang sebenarnya buruk.”

 

[Dinukil secara ringkas dari Ithaful ‘Ibad bi Fawa`idi Durusi asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad al-‘Abbad : al-Fawa`idu al-Haditsiyyah karya ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Abdillah al-‘Umaisan, cet. I, 1426/2005, Darul Imam Ahmad, hal. 58-66.]

1 Lihat Ithaaful ‘Ibaad, op.cit., hal. 63.

2 Tanya Jawab setelah pelajaran “Sunan Nasa`i” di Masjid Nabawi, tertanggal 7/11/1414.


Related articles

 Comments 2 comments

  • pustakakita says:

    selama yang membuat buku itu manusia, tidak mungkin tidak lepas dari kesalahan…

  • Abu Fauzan says:

    ini comment 1 sifatnya melecehkan, merendahkan, atau memberikan nasihat? allahu’alam

  • Leave a Reply

    Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.