SIFAT HAJI RASULULLAH RINGKAS

 Dec, 10 - 2006   no comments

SIFAT HAJI RASULULLAH RINGKAS

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah berkata: “Bahwa Rasulullah tinggal di Madinah selama sembilan tahun, belum melakukan haji kemudian diumumkan di hadapan orang-orang bahwa pada tahun ke sepuluh Rasulullah akan menunaikan haji. Maka banyaklah orang yang datang ke Madinah masing-masing ingin berusaha mengikuti Rasulullah dan mengerjakan seperti yang dilakukan beliau. Kemudian kami keluar bersamanya hingga sampai ke Dzulhulaifah.

Pada waktu itu Asma’ binti ‘Umair melahirkan Muhammad bin Abu Bakar. Dia mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah untuk menanyakan: ‘Apa yang harus aku perbuat?’ Nabi menjawab: ‘Mandilah kamu, ikatlah dengan pembalut kuat-kuat untuk mencegah darah yang mengalir, lalu ihramlah.’ Kemudian Rasulullah shalat di masjid, dan mengendarai Qushwa’ (nama unta milik beliau) hingga setelah unta itu berada di padang pasir aku lihat ke depan sepanjang penglihatanku ada yang mengendarai kendaraan, ada yang berjalan kaki, ketika menoleh ke kanan begitu juga pemandangannya dari sebelah kiri seperti itu pula, dari arah belakang juga demikian. Rasulullah berada di tengah-tengah kami yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an dan hanya beliau yang mengetahui ta’wilnya (tafsirnya), apa-apa yang beliau kerjakan kami pun mengerjakan-nya. Beliau membaca talbiyah dengan suara keras:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْك لاَ شَرِيْكَ لَك

Orang-orang ber-ihlal (mengucapkan talbiyah) seperti yang diucapkan beliau, dan Rasulullah tidak menolak sedikit pun apa yang mereka lakukan. Rasulullah meneruskan talbiyahnya.

Jabir berkata: “Kami hanya berniat menunaikan haji, kami belum mengetahui tentang umrah sehingga ketika kami tiba di Baitullah bersama beliau, beliau mengusap rukun (rukun Yamani), beliau berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa empat kali, kemudian (berjalan ke belakang) menuju maqam Ibrahim dan membaca:

((واتخذوا من مقام إبراهيم مصلى))

Beliau menjadikan maqam berada di antara beliau dan Baitullah. Ayahku berkata: ‘Aku tidak mengetahui bacaan dzikir-nya selain yang diterima dari Nabi bahwa beliau membaca dalam shalat dua rakaatnya surat Al-Ikhlas dan surat Al-Kafirun. Kemudian beliau kembali ke rukun Yamani dan mengusapnya lagi. Beliau keluar dari pintu Bani Makhzum (pintu Shafa) menuju Shafa tatkala sudah dekat dengan Shafa, beliau membaca:

((إن الصفا و المروة من شعائر الله))

Beliau memulai dari Shafa, kemudian naik ke bukitnya sehingga dapat melihat Baitullah, beliau menghadap kiblat lalu membaca kalimat tauhid dan bertakbir kemudian membaca:

(( لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ ))

Terus berdoa setelahnya.Beliau mengulangi bacaan di atas sebanyak tiga kali. Kemu-dian beliau turun ke Marwah, sehingga kedua telapak kakinya benar-benar berpijak di perut lembah, beliau berjalan cepat dan setelah mendaki beliau berjalan kaki sehingga tiba di Marwah dan mengerjakan amalan-amalan seperti yang dilakukan di Shafa.

Ketika thawafnya (perjalanannya) berakhir di Marwah beliau bersabda: “Seandainya aku dapat melakukan lagi apa yang telah aku kerjakan, tentu aku tidak akan menggiring hadyu dan akan aku jadikan apa yang aku kerjakan tadi sebagai umrah. Barang-siapa di antara kamu tidak membawa hadyu maka bertahallul-lah dan jadikan ibadahnya sebagai umrah.”

Kemudian Suraqah bin Malik bin Ju’shum berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah hanya untuk tahun ini atau untuk selama-lamanya? Rasulullah lalu menyilangkan jari-jari tangan-nya yang satu pada yang lain dan bersabda: “Umrah sudah masuk dalam haji selama dua kali. Tidak, bahkan untuk selama-lamanya.”

Ali datang dari Yaman dengan membawa unta-unta Rasulullah , kemudian mendapati Fathimah termasuk orang-orang yang telah tahallul (dari umrah), ia memakai pakaian yang bercelup dan memakai celak, maka Ali menyalahkannya, Fathimah berkata: ‘Ayahku menyuruhku untuk melakukan ini’. Jabir berkata: ‘Ali pernah berkata ketika di Irak: ‘Aku menemui Rasulullah untuk mengadukan apa yang dilakukan Fathimah untuk meminta fatwa beliau tentang apa yang dilakukan Fathimah dan aku ceritakan kepada beliau bahwa aku menyalahkan yang telah dilakukannya. Rasulullah bersabda: ‘Benar, dia benar’. Apa yang engkau ucapkan ketika hendak memulai haji?’ Ali menjawab: ‘Ya Allah, aku berihlal (bertalbiyah) sebagaimana yang diucapkan oleh RasulMu’. Nabi bersabda: ‘Saya membawa hadyu, maka jangan bertahallul dulu’.”

Jabir berkata: ‘Jumlah hadyu (hewan kurban) yang dibawa Ali dari Yaman dan yang ada pada Rasulullah seratus ekor, maka orang-orang pun bertahallul dan memendekkan rambut selain Nabi dan orang-orang yang membawa hadyu. Pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) orang-orang menuju Mina dan berihlal untuk haji, Rasulullah naik kendaraan, dan di sana mengerjakan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh. Beliau tinggal disana sebentar, sehingga ketika matahari terbit beliau menyuruh mema-sang tenda di Namira (suatu tempat di sebelah Arafah yang tidak termasuk Arafah namun sebagian orang menguatkan bahwa itu termasuk wilayah Arafah). Kemudian beliau berjalan dan orang-orang Quraisy merasa yakin beliau akan wukuf di Masy’aril Haram (Muzdalifah). Sebagaimana yang dilakukan orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah, namun Rasulullah terus (tidak berhenti disana) dan menuju Arafah dan mendapati kemah telah didirikan di Namirah, maka beliau pun singgah disana. Dan tatkala matahari telah tergelincir beliau menghalau Qushwa (untanya) untuk ber-jalan sehingga tiba dibawah lembah, disana beliau berpidato di hadapan manusia: “Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu adalah suci bagimu sebagaimana sucinya hari ini, di bulan ini dan di negeri ini. Ketahuilah bahwa segala sesuatu tentang urusan jahiliyah berada di bawah telapak kakiku dan telah hapus. Dan tuntutan darah di masa jahiliyah dihapus (dibatalkan) dan tuntutan darah yang mula-mula dihapuskan dari darah kita ialah darah Ibnu Rabi’ah ibn Harits, ia disusukan di Bani Saad dan dibunuh oleh suku Hudzail. Riba jahiliyah juga dibatalkan, dan riba yang pertama aku batalkan adalah riba kita, riba Abbas Ibnu Abdul Muthallib, semuanya telah hapus. Dan takutlah kamu sekalian kepada Allah mengenai urusan wanita, karena kamu mengambil mereka dengan jaminan dari Allah dan kamu halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Dan adalah hak kamu atas mereka, mereka tidak dibolehkan memasukkan seorang pun yang tidak kamu senangi ke dalam rumahmu. Seandainya yang demikian itu mereka lakukan, boleh kamu memukul mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang kewajibanmu kepada mereka adalah memberi nafkah dan pakaian secara patut. Dan sungguh telah aku tinggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat nantinya yaitu Kitabullah. Dan kelak kamu akan ditanyai mengenai aku, maka apa yang akan kamu katakan? Mereka menjawab: ‘Kami mengakui, bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan memberikan nasihat. Nabi bersabda sambil mengacung-kan jari telunjuknya ke langit dan mengarahkannya ke manu-sia: ‘Ya Allah saksikanlah!, ya Allah saksikanlah!’ sebanyak tiga kali.”

Kemudian dikumandangkan adzan, iqamat dan melaksanakan shalat Zhuhur lalu iqamat lagi dan melakukan shalat Ashar, tanpa diselingi suatu shalat pun di antara keduanya. Kemudian Rasulullah menaiki kendaraannya (unta) sehingga tiba di Mauqif (tempat wukuf), beliau menghentikan kendaraannya sehingga perut Qushwa berada di atas tanah di bawah Jabal Rahmah dan menjadikan bukit sebagai tempat berhimpun orang-orang yang ada di depannya, beliau menghadap kiblat. Beliau masih berdiri atau diam sampai matahari terbenam, dan warna kuningnya lenyap dan bola mataharinya pun tenggelam. Beliau membonceng Usamah di belakangnya dan berangkat. Tali kekang unta Qushwa ditariknya kuat-kuat hingga kepala unta itu hampir saja bersen-tuhan dengan tempat si pengendara menaruh kakinya. Beliau bersabda sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya: “Wahai sekalian manusia, tenanglah, tenanglah.” Setiap melalui tempat mendaki, diulurkannya tali kekangnya sedikit, sehingga tiba di atas dan sampai di Muzdalifah. Kemudian melaksanakan shalat Maghrib dan Isya dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat, sedang di antara dua shalat itu beliau tidak melakukan shalat sunnah sedikit pun.

Kemudian Rasulullah berbaring tidur, sehingga terbit fajar. Dan setelah ternyata olehnya bahwa waktu Shubuh telah tiba, beliau mengerjakan shalat Shubuh dengan satu kali adzan dan satu kali iqamat. Kemudian beliau menaiki Qushwa sampai tiba di Masy’aril Haram, beliau menghadap kiblat, memanjatkan doa, membaca takbir, tahlil dan kalimat tauhid. Beliau tetap berada di situ sampai hari benar-benar terang. Dan sebelum matahari terbit, Nabi membonceng Al-Fadhal bin Abbas. Al-Fadhal adalah seorang pemuda yang berambut dan berparas elok dan putih kulitnya. Ketika beliau mulai berangkat lewatlah didekatnya kenda-raan-kendaraan yang penumpangnya para wanita Bahrain. Mata Al-Fadhal tak lepas dari memandangi mereka. Maka Rasulullah memalingkan wajah Al-Fadhal dengan telapak tangan beliau, se-hingga Al-Fadhal mengalihkan wajahnya dan memandangi mereka dari arah lain, kembali Rasulullah memalingkan wajah Al-Fadhal dari arah sebelah, sehingga Al-Fadhal terpaksa merubah lagi arah pandangannya. Sampailah beliau di lembah Muhassir, beliau mem-percepat sedikit jalannya lalu menempuh jalan tengah yang menuju ke jumrah Al-Kubra.

Beliau sampai di jumrah di dekat pohon, beliau melempar dengan tujuh kerikil setiap kali beliau melempar kerikil sebesar batu untuk khadz (ketapel) atau melempar. Beliau membaca takbir, beliau melemparkannya dari bahwa lembah. Kemudian beliau menuju ke tempat penyembelihan, beliau menyembelih 63 ekor dengan tangannya sendiri, kemudian menyerahkan kepada Ali untuk menyembelih sisa hewan dan digabungkan oleh Nabi dalam berkurbannya. Lalu disuruhnya mengambil sekerat dari tiap-tiap unta yang disembelih dimasukkan ke dalam belanga dan dimasak. Kemudian mereka makan daging itu dan mereka minum kuahnya. Setelah itu, Rasulllah  naik kendaraan dan melakukan thawaf ifadhah di Baitullah, lalu shalat Zhuhur di Mekkah, kemudian pergi ke Bani Abdul Muthalib untuk meminta air minum dari telaga Zamzam. Beliau bersabda: “Timbalah wahai Bani Muthalib. Sekiranya aku tidak takut orang-orang akan berebutan menimba air hingga mereka menyisihkan kalian tentu aku akan turut menimba bersama kalian.”

Lalu mereka pun memberikan air minum seember kepada Nabi dan Nabi minum sebagiannya. (HR. Muslim).

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Fields with * are mandatory.